[breaktime-corner] berita militer...

  • From: "Saikhu Rochman" <saikhu.rochman@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 16 May 2012 15:24:16 +0800

 

Pengusaha Jatim Bisa Bangkrut Karena Kapal Perang AS Sandar di Dermaga
Niaga 

 
<http://4.bp.blogspot.com/-m0OmwV65ZnA/T7HqvuSa6UI/AAAAAAAAaCM/_STdVh5H7
UU/s1600/antarafoto.jpg> 

USS. Blue Ridge (LCC 19) bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta,
Jumat (11/5). Kapal Pusat Komunikasi dan Komando Armada ke-7 Angkatan
Laut Amerika yang mengkoordinir wilayah seluas 52 juta meter persegi di
kawasan pacifik itu melakukan kunjungan ke Indonesia selama beberapa
hari. (Foto: ANTARA/Zabur Karuru/Spt/12)

15 Mei 2012, Surabaya: Hubungan Indonesia- Amerika Serikat terganjal
kerikil. Rencana kedatangan tiga unit kapal perang milik Armada ke-7
Amerika Serikat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, akhir Mei
nanti,menuai protes.

Asosiasi Pengusaha di Pelabuhan Tanjung Perak menilai kedatangan kapal
perang negeri Paman Sam selama 10 hari (28 Mei-8 Juni) akan mengganggu
kelancaran arus bongkar muat. Asosiasi pengusaha yang mengajukan protes
di antaranya, Indonesia National Shipowner Asociation (INSA) Surabaya,
Asosiasi Logistik dan Forweder Indonesia Jawa Timur (Jatim), Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jatim, Gabungan Pengusaha
Ekspor Indonesia (GPEI), dan Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia
(APBMI) Jatim. Asosiasi pengusaha ini memperkirakan, sandarnya kapal
perang itu akan memicu kerugian logistik sebesar USD4,5 juta dan
berdampak pada biaya ekonomi tinggi.

Para asosiasi juga sepakat mengajukan surat keberatan ke pihak terkait.
Di antaranya,Panglima TNI, Menteri Pertahanan, Menteri Koordinator
Perekonomian, Kepala Staf Angkatan Laut, Panglima Armada Timur, Gubernur
Jatim, DPR RI dan DPRD Jatim. Ketua Umum GPEI Jatim Isdarmawan Asrikan
mengatakan, rata-rata kapal sandar di Jamrud Utara berkapasitas 20.000
ton. Jika biaya logistik per kapal sekiar USD12.000 hingga USD15.000 per
hari, maka untuk tiga kapal mencapai USD45.000 per hari.Bila ditotal
selama 10 hari maka biayanya menjadi USD450.000. Saat ini antrean
Pelabuhan Tanjung Perak mencapai 10 hingga 15 kapal. "Jika antrean
berlangsung 10 hari, maka kerugian sekitar USD4,5 juta. Lagipula,
dermaga Jamrud itu zona bisnis, bukan untuk kepentingan militer, apalagi
untuk militer asing,"katanya.

Ketua Umum DPC INSA Surabaya, Steven H Lasawengen mengaku keberatan jika
kapal perang AS bersandar di Surabaya.Sebab,jumlah dermaga Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya cukup terbatas. Kondisinya juga kurang memadai
lantaran usianya sudah mencapai 100 tahun. "Kapal AS malah mau sandar
selama 10 hari. Ini tentu akan merugikan kami,"tandasnya.

Menanggapi protes asosiasi pengusaha di Pelabuhan Tanjung Perak,Kepala
Otoritas Pelabuhan III, I Nyoman Gde Saputra mengatakan, tiga unit kapal
perang AS bersandar di Tanjung Perak karena pemerintah belum punya
dermaga yang khusus. "Nah, agar tidak mengganggu proses bongkar kapal di
pelabuhan, nanti kami akan terapkan sistem tidak menetap atau tidak
permanen. Jadi sewaktu-waktu kapal bisa dipindah," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah,Lantamal V Surabaya siap menerima keluhan sejumlah
asosiasi pengusaha di Pelabuhan Tanjung Perak. Kabagpen Lantamal V Mayor
Laut (KH) Agus Setiawan mengatakan, kegiatan kapal perang Amerika
Serikat di Surabaya sejatinya adalah gawe TNI AL. "Kami ini hanya
ketamuan saja.

Jadi sudah seyogyanya memberi bantuan pengamanan, akomodasi dan acara
penyambutan. Nah, kalau ada yang keberatan berkaitan dengan sandarnya
kapal, mestinya ke pihak otoritas pelabuhan. Sebab itu urusan mereka,
"tandasnya.

Wakil Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat, Philip W Roskamp
dihubungi melalui sambungan telepon selular tadi malam, belum bisa
memberi keterangan terkait rencana kunjungan tiga kapal perang ke
Tanjung Perak, Surabaya. "Saya masih di dalam taksi. Nanti saya carikan
informasinya ke kantor," kata pria yang biasanya mengurusi wartawan
Jakarta ini.

Komisi I Setujui Hibah Meriam untuk Timor Leste
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/05/komisi-i-setujui-hibah-meriam-
untuk.html>  

 
<http://3.bp.blogspot.com/-CpWBIURvr9M/T7LfcU4ZZqI/AAAAAAAAaC8/GRT5UVdJA
Xg/s1600/Cannon+Salute.JPG> 


16 Mei 2012, Senayan - Komisi I DPR RI menyetujui hibah 6 Meriam Salute
Gun untuk Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste. Persetujuan hibah
ini tercapai dalam rapat kerja Komisi I dengan pemerintah di Ruang
Komisi I, Selasa (15/5).

Dalam raker yang dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan
wakilnya, Panglima TNI, dan pejabat Kementerian Luar Negeri itu, Ketua
Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, terkait rencana hibah 6
Meriam Salute Gun ke Timur Leste, semua fraksi setuju.

"Dengan demikian, atas suara bulat, semua fraksi tidak ada yang
keberatan atas hibah meriam ini ke Timor Leste, Komisi selanjutnya akan
menyampaikan ke Pimpinan Dewan," ujar Mahfudz Siddiq.

Sementara itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Presiden SBY pada
19-20 Mei mendatang akan memenuhi undangan dari Pemerintah Timor Leste
untuk menghadiri peringatan 10 tahun kemerdekaan negara tersebut dan
pelantikan Presiden baru.

"Sehingga hibah Meriam Salute Gun itu di antaranya akan dipergunakan
Pemerintah Timor Leste untuk menyambut tamu negara untuk acara
tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, pada Maret lalu, DPR juga telah menyetujui hibah aset negara
berupa Meriam Salute Gun milik Kementerian Pertahanan kepada Papua New
Guinea.

 


Membaca Pergerakan Militer di LCS 

 

Kondisi di Laut Cina Selatan (LCS) setahun belakangan ini menjadi
catatan stabilo merah bagi hampir semua negara ASEAN. Hal itu disebabkan
oleh makin benderangnya kehadiran kapal-kapal angkatan laut Cina baik
yang memakai kamuflase kapal niaga atau kapal nelayan maupun jelas-jelas
postur kapal perang.  Sangat diyakini jua bahwa beberapa kapal selam
Cina dan AS melakukan patroli bawah laut dan melakukan operasi intelijen
di perairan strategis dan kaya itu.

 

Cina sudah lebih dari duapuluh tahun lalu mengumumkan peta lidah naga,
bahwa kawasan LCS merupakan wilayah teritorinya sejak jaman sebelum
masehi.  Namun selama waktu itu tidak ada gesekan militer karena wajah
Cina masih imut-imut alias malu-malu kucing alias tahu diri karena
kemampuan militernya belum setaraf ofensif.  Kekuatan militer Cina yang
mulai tumbuh taring dan semburan naganya beberapa tahun terakhir ini
merupakan cikal bakal terjadinya ketidaknyamanan memandang peta LCS
dengan banyaknya pergerakan militer berbagai negara.

 

Itu sebabnya mengapa AS tidak membolehkan situasi ini menjadi tanpa
payung sehingga diperlukan pergeseran kekuatan militer ke kawasan Asia
Tenggara.  Memang jika dikumpulkan seluruh kekuatan militer ASEAN belum
mampu mengimbangi kekuatan milter Cina yang tahun 2020 nanti menjelma
menjadi sosok naga yang siap menghamburkan api dan panas konflik,
setidak-tidaknya untuk menakut-nakuti. Padahal diantara 10 negara ASEAN
ada juga yang pro Cina seperti Myanmar, Laos dan Kamboja yang juga tak
punya konflik teritori di LCS.

 

Kawasan LCS yang menjadi pusat pergerakan militer 

 

Sejatinya kepentingan AS terhadap LCS bukanlah sekedar membendung laju
militer Cina yang mengancam hegemoninya.  Tetapi karena keinginan yang
kuat untuk menjaga potensi sumber daya fosil yang terkandung didalam LCS
tetap dalam kontrol dan kondisi status quo.  Situasi ini dalam jangka
panjang merupakan peluang bagi AS untuk bisa mengeksplorasi dan
mengekspolitasi sesuai pengaruh kekuatan politiknya, setidaknya oleh
perusahaan minyaknya.  Tidak dapat dibantah masa depan sumber daya
energi fosil akan menjadi pusat perebutan kekuasaan negara-negara besar.

 

Indonesia sebagai pemilik teritori terbesar di kawasan Asia Tenggara dan
berkepentingan di LCS tentu tidak ingin kawasan LCS menjadi pusat
konflik.  Indonesia bersahabat baik dengan AS juga dengan Cina. Posisi
ini mestinya dipandang menjadi sebuah keunggulan posisi jika RI mampu
menjalankan diplomasi optimal untuk meyakinkan kedua seteru AS dan Cina
untuk bersepaham tidak menggunakan kacamata militer dalam menyelesaikan
klaim teritori LCS.  AS tak punya klaim teritori di LCS, hanya saja ada
negara-negara ASEAN yang butuh pertolongan negara adidaya itu misalnya
Filipina.  Dan inilah pintu masuk menjaga status quo itu.

 

Kemampuan diplomasi RI di era Ali Alatas sebagai Menlu, yang mampu
mendamaikan pertikaian perang saudara di Kamboja, awalnya dianggap
sebuah kerja sia-sia oleh banyak pengamat dan negara Barat.  Namun
dengan beberapa tahapan informal meeting, situasi keras yang ditampilkan
kedua seteru di Kamboja bisa mencair dan bahkan berdamai abadi
sebagaimana yang dapat kita saksikan sekarang.  Ini adalah sebuah
prestasi yang membanggakan dan diakui dunia manakala RI berhasil
menjalankan misi diplomatik mendamaikan pertikaian di Kamboja. Begitu
hormatnya Kamboja kepada RI salah satunya dengan mengirimkan pasukan
khususnya untuk dilatih dan dididik oleh Kopassus.  Padahal mestinya dia
berkiblat ke Cina untuk urusan militernya.

 

Mencermati dinamika LCS, yang terjadi sekarang adalah saling berebut
pengaruh untuk membawa RI masuk ke dalam blok AC ( Amerika atau Cina).
Misalnya tiba-tiba saja ada rencana latihan militer bersama angkatan
laut segitiga RI-AS-Australia di pantai barat Sumatera tahun depan.
Sementara Singapura langsung oke saja ketika 4 kapal perang AS
ditempatkan disana secara permanen.  Filipina berteriak lantang minta
bantuan militer kepada induk semangnya AS karena Paman Panda mulai pamer
kekuatan di posisi klaim tumpang tindih itu.  Persoalannya adalah
bagaimana cara membujuk Cina yang kaku itu atau mungkinkah arogansi
sosok Paman Sam bisa diajak untuk mendinginkan suhu lalu duduk sama
rendah berdiri sama tinggi di ruang dialog.

 

Jalan dialog adalah harapan paling asa yang disandangkan jika tidak
ingin halaman depan rumah kita di LCS menjadi ajang adu kuat berbaju
militer. Langkah ini diyakini pada awalnya akan sangat sulit, berliku
dan hampir mustahil membuahkan hasil.  Tetapi dengan keyakinan kuat
sebagai negara yang bersahabat baik dengan AS dan Cina langkah-langkah
panjang dan melelahkan tadi diniscayakan akan membawa hasil.  Peran
Indonesia sangat menentukan karena posisi gaulnya yang lebih dinamis dan
merdeka.  Untuk urusan diplomasi ini memang diperlukan figur setara Ali
Alatas yang mampu melewati berbagai rintangan dan selalu memberikan
inspirasi bagi pola diplomasi RI.

 

Disamping upaya diplomasi tentu perkuatan militer kita tidak boleh
diabaikan.  Itu sebabnya program Minimum Essential Force (MEF) tahap I
harus disambung dengan MEF tahap II meski terjadi pergantian pucuk
pimpinan negara tahun 2014. Kita tidak boleh lagi setengah hati
membangun kekuatan militer karena ini akan menjadi kekuatan pendamping
upaya diplomasi. Kesinambungan perkuatan militer merupakan satu
kebutuhan karena di sekeliling kita perkuatan yang sama juga dilakukan. 

 

Pergerakan militer di LCS merupakan upaya unjuk kekuatan.  Upaya ini
akan terus menjadi gerakan berbalas pantun.  Cina kerahkan armada pasti
akan dibalas oleh Vietnam, Malaysia dan Filipina.  Demikian juga dengan
AS tentu tak mau kehilangan kuku militernya dengan menggerakkan kapal
induknya.  Kondisi ini akan terus menerus terjadi dan bukan tidak
mungkin akan terjadi insiden yang menyulut pertempuran laut.  

 

Inisiatif yang diambil Indonesia untuk melakukan jalan dialog dengan
tahapan awal berupa dialog informal merupakan langkah tepat.  Upaya ini
tentu tidak langsung membuahkan hasil.  Masih diperlukan langkah
bertahun-tahun dan melelahkan untuk menemukan solusi paling tepat bagi
semua negara yang bersengketa.  Kekakuan Cina dan arogansi AS bisa saja
luruh dan mencair manakala upaya tanpa mengenal lelah itu telah menembus
matahati mereka.

Danguskamlatim Hadiri Pembukaan Latma Cassowarry Exercise 12
<http://beritahankam.blogspot.com/2012/05/danguskamlatim-hadiri-pembukaa
n-latma.html>  

 
<http://2.bp.blogspot.com/-rUOq8MFVUtA/T7H2j5RjrZI/AAAAAAAAaCs/h-pCx_jSU
BQ/s1600/15+pembukaan+latma+cassowarry+exercise.jpg> 


15 Mei 2012, Darwin: Komandan Gugus Keamanan Laut Wilayah Timur
(Danguskamlatim) Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Aji, menghadiri
upacara pembukaan (opening Ceremony), Latihan Bersama (Latma) Cassowarry
Exercise (Cassoex) tahun 2012 di Darwin Naval Base, Jum'at (11/05).

Kehadiran Danguskamlatim di komplek militer gabungan komando utara
Larrakeyah Barrack itu bersama dengan pejabat tinggi Angkatan Laut (AL)
Australia, Commodore Braddon Wheeler, Director General Maritime
Operation, Royal Australian Navy (RAN). Turut hadir mendampingi pejabat
tinggi AL kedua negara, Atase Laut Indonesia untuk Australia Kolonel
Laut (P) Bambang Pramushinto dan Atase Laut Australia Untuk Indonesia
Captain Katja Bizilj serta para pejabat latihan dan Perwira kapal perang
yang terlibat dalam Latma tersebut.

Bertindak sebagai Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) adalah Commander
Task Group (CTG) Cassoex 12 adalah, Commander Alex Hawes yang menjabat
sebagai (Commander Sea Training Group, Minor War Vessels). Sedangkan
komandan kontingen dari Indonesia Deputy Commander Task Group (DCTG)
dijabat oleh Komandan KRI Kakap Mayor Laut (P) Himawan. Pejabat Latma
Cassoex 12, Commander Alek Haws dan Mayor Laut (P) Himawan membacakan
laporan kesiapan dan rencana kegiatan latihan yang akan dilaksanakan
selanjutnya.

Pada kesempatan itu Director General Maritime Operation, Commodore
Braddon Wheeler menyampaikan sambutan dan ucapan selamat datang di
Darwin Naval Base kepada unsur Kapal Perang Republik Indonesi (KRI)
yaitu KRI Kakap-811dan KRI Tongkol-813 beserta awak kapal dan tim
pendukung lainnya. Diakhir acara pembukaan Latma Cassoex 12,
Danguskamlatim menyampaikan amanatnya mengenai kegiatan latihan tersebut
diantaranya, latihan bersama Cassowary 12 merupakan bentuk kerjasama
antara TNI Angkatan Laut dan Royal Australian Navy yang dilaksanakan
secara rutin setiap dua tahun sekali.

Latihan ini untuk meningkatkan hubungan bilateral dan kerjasama yang
baik antara Indonesia dan Australia khususnya Angakatan Laut kedua
negara. Menurut Danguskamlatim, Indonesia dan Australia merupakan negara
tetangga yang dipisahkan oleh lautan. Membutuhkan kerjasama dan
komunikasi yang baik antara Angkatan Laut kedua negara untuk menjaga
perairan laut masing-masing dari tindakan pelanggaran dilaut berupa
penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing), pencurian kayu
(illegal logging), penyelundupan manusia (illegal entry) dan
penanggulangan aksi terorisme dilaut (maritime terrorism).

"Latma Cassoex 12, bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit
KRI dan RAN serta menyamakan persepsi dan menjalin kordinasi ketika
menangani korban bencana dan kecelakaan di laut", kata Danguskamlatim.

Sebelum acara pembukaan dimulai, prajurit KRI Kakap dan KRI Tongkol
mendapat undangan dari pihak RAN untuk melaksanakan jamuan minum kopi
(coffee morning ) di markas HMAS Coonawarra, Darwin Naval Base.

Kemudian pejabat latihan dan Perwira yang terlibat Satgas Latma Cassoex
melaksanakan rapat koordinasi di Ruang Briefing Room HMAS Coonawarra.
Rapat tersebut membahas tentang rencana operasi dan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh unsur kapal perang kedua negara selama latihan
berlangsung.

 

 

JPEG image

JPEG image

JPEG image

Other related posts: