** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com ** Ayaan Ayaan, anak gadis yang kelak membuat heboh Eropa itu, memulai pemberontakannya di sebuah gedung bioskop. Itu terjadi ketika ia, asal Somalia, bersama ibu, kakak, dan adiknya tinggal sebagai keluarga pengungsi di Kenya pada akhir tahun 1980-an. Pada umur belasan tahun itu ia jatuh cinta kepada seorang pemuda yang ia beri nama rahasia ?Yussuf?. Bagi keluarga Ayaan, hubungan itu salah. Pemuda itu orang Kenya. Tapi seandainya pun bukan, pacaran adalah perbuatan cela bagi gadis muslimah seperti dia. Maka di dalam gelap di depan layar putih itulah Ayaan menemukan jalan bagaimana bisa duduk berdampingan dengan ?Yussuf?. Mereka bersentuhan tangan. Tapi hatinya berdebar keras oleh gairah dan juga rasa bersalah. Di depan mereka adegan-adegan A Secret Admirer--sebuah film komedi Hollywood buat remaja--diputar, dan mereka melihat bagaimana anak-anak muda nun di ?Barat? itu berciuman di bibir, tanpa ketakutan, dan akhirnya bahagia. Ayaan bukannya tak datang dari sebuah keluarga terpelajar. Ayahnya, Hirsi Magan Isse, seorang pakar bahasa dan bahkan pernah belajar di AS. Lelaki ini percaya bahwa demokrasi penting, begitu juga pendidikan untuk perempuan. Ia jadi seorang aktivis. Somalia berada di bawah kediktatoran Mohammad Said Barre, dan Hirsi melawan. Ia dipenjarakan. Ketika itu Ayaan lahir. Keluarga itu meninggalkan tanah kelahiran mereka. Anak gadis itu kemudian bersekolah di Nairobi, di sebuah sekolah buat muslimah kecil. Ia menutup tubuhnya brukut dari ubun sampai ke jempol kaki dan dengan bersemangat ikut demonstrasi mengutuk Salman Rushdie. Tapi perubahan dalam dirinya terjadi, secara radikal, yang kemudian membawanya ke Belanda, menjadikannya seorang yang menuding Islam sebagai asal penindasan perempuan dan ketidakbebasan manusia untuk berpikir. Dari sinilah berkobar konfrontasi yang sengit yang berakhir (mungkin juga tak berakhir) pada pembunuhan Theo van Gogh di sebuah jalan Amsterdam pada suatu pagi awal November 2004. Dalam Murder in Amsterdam (terbitan The Penguin Press, New York, 2006), Ian Buruma dengan sensitif, cerah, dan memukau menampilkan sosok Ayaan serta problem yang dihadapi hampir siapa pun di Belanda dan Eropa kini: dilema, ketakutan, rasa curiga dan benci, juga hipokrisi, ketika di negeri yang pernah bangga akan Pencerahan itu harus menghadapi kenyataan, bahwa ide-ide tentang kebhinekaan, toleransi, dan ke-universal-an terbentur dengan realitas yang baru. Kita tentu masih ingat peristiwa pembantaian itu. Pembuat film, penyelenggara acara debat talk-show yang terkenal dengan ucapannya yang kasar itu, Theo van Gogh, ditembak, disembelih, dan ditikam Mohammad Bouyeri di tepi jalan. Di pisau kecil yang tertancap di dada korbannya itu, sang pemuda Belanda keturunan Maroko menyematkan selembar surat. Isinya dialamatkan Ayaan Hirsi--yang telah meninggalkan agamanya, memilih jadi atheis, dan kemudian bersama Van Gogh membuat film 12 menit berjudul Submission yang memang dimaksudkan untuk menunjukkan buruknya Islam--akan jadi sasaran pembantaian berikutnya. Apa gerangan yang terjadi pada Ayaan? Dalam kisah yang dicatat Buruma, perjalanan itu cukup berliku. Dari Somalia, anak tapol itu bersama keluarganya hidup sebagai pelarian di seberang pelbagai perbatasan. Sebelum di Kenya, mereka tinggal di Arab Saudi, di mana Ayaan bertemu ayahnya yang menghilang dari negerinya. Di sana, di lingkungan ajaran Wahabi, ia, seperti tiap perempuan, praktis tidak bisa berada di luar rumah. Tapi tak serta-merta Ayaan membangkang. Malah sesampai di Kenya, setelah Sudan, ia tertarik ke dalam ide-ide Ikhwanul Muslimin yang baginya memberi idealisme. Tapi ia juga telah menyaksikan dari dekat, dari hidupnya sendiri, betapa perempuan ditampik sebagai sesama yang berhak. Pada usia 22, Ayaan diperintah jadi istri seorang sepupu yang hidup di Kanada. Ia dikirim ke sana. Tapi melarikan diri ke Belanda. Ia bekerja di pabrik, dan bersua dengan seorang pacar yang memberinya buku ?Manifesto Atheis?. Mulai tumbuh sikap berontak terhadap imannya yang lama, dan ia jadi aktivis, masuk politik, jadi anggota parlemen--dan jadi seorang penantang. ?Yang dibutuhkan kebudayaan Islam,? begitu tulisnya, ?adalah buku, lakon, puisi dan lagu yang?mengejek aturan agama.? Ia ingin berperan sebagai Voltaire yang menghajar Gereja Katolik dan dengan demikian membuka pintu Pencerahan. Eropa bisa bangkit karena meninggalkan imannya dan masuk ke pemikiran yang universal, terbuka, dan merangkum. Ayaan melihat, Islam terus-menerus menampik untuk menjabat dunia yang diciptakan beraneka, dan ia tak sendirian menyaksikan itu. Yang tak dilihat segera ialah Eropa sendiri--dengan prestasi Pencerahan--belum juga memecahkan soal itu. Para imigran, seperti Ayaan, mengalami Eropa yang tertutup. Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir Majalah Tempo, 2 Oktober 2006) At 09:57 PM 10/2/2006, you wrote: >Lalu, dimanakah gerangan posisi gerakan wanita yang tepat? Posisi >Hizbut Tahir yang menginginkan wanita selalu men-subordinate diri, >atau posisi, yang memperjuangkan kepentingan wanita agar mendapat >perlakuan yang setara? > >Dimanakah posisi wanita Indonesia yang benar? seperti di Afganistan >dizaman Taliban (sampai kini) atau seperti di Mesir atau Jordania, >atau Jerman, Canada atau Australia? > >Salam > >Danardono [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **