** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Inilah penyakit akut umat Islam, merasa bahwa penderitaan yang dialaminya adalah akibat perbuatan orang lain. Bukankah itu semua terjadi karena kelemahan kita sendiri, karena kita bodoh? Kalau kita kuat, tentu itu tidak akan terjadi. Itulah sebenarnya inferioritas!! Berhentilah menyalahkan orang lain, berkacalah pada diri sendiri. Keberdayaan sebuah masyarakat tidak muncul karena sebuah hukum yang turun dari langit, tapi karena ada proses belajar yang mencerdaskan dan menyadarkan dalam masyarakat tersebut. Jadi prosesnya bottom-up. Logika yang digunakan mbak Aris, bahwa seluruh negara muslim sekarang hanyalah negeri2 kecil, terpecah belah dan tidak berdasarkan hukum Islam, sehingga lemah, jelas menggunakan pendekatan top-down. Kalau saya tangkap, menurut mbak Aris ini menciptakan sebuah masyarakat yang kuat harus dimulai dengan menciptakan sebuah kekhalifahan yang besar, yang berdasar hukum Islam. Naif menurut saya, karena berkaca dari sejarah manapun, penguasa besar dunia mana pun (termasuk Muhammad Saw) dahulu selalu memulainya dari yang kecil. Lha, wang ngurus yang kecil saja gak bisa, gimana mau ngurus yang besar???!!! Kalau anda ngotot ingin membentuk khilafah Islam, saya memberi saran, sebaiknya mulailah dengan menguatkan Indonesia, menguatkan Bangladesh, Saudi Arabia, dst. Karena hanya sebuah masyarakat yang kuatlah yang dapat menjalin kerjasama dengan masyarakat lain dengan baik, menjadikannya sebuah kekuatan. Kalau anda katakan bahwa Rasulullah adalah contoh terbaik, berarti anda tidak konsisten dengan pendapat anda! Kalau pendapat anda yang diambil, maka yang dilakukan Rasulullah dulu tentu membangun dulu khilafah Islam, baru kemudian menegakkan syariah Islam. Ternyata, bukan itu yang dilakukan beliau. Beliau memulai penyebaran Islam dengan sebuah kelompok kecil yang solid, yang kemudian meluas hingga ke seluruh dunia, sebuah pendekatan bottom-up. Mbak Aris wrote: "...hanya saja negeri tersebut Banglades, pakistan, indonesia, malaysia dll mereka akan menjadi semacam propinsi dibawah gubernur (Wali atau qadhi, bahasa kerennya), wali mengatur semua urusan didaerahnya sesuai hasil ijtihad dia .Tentu saja ijtihad diwilayah yang tak bertentangan dengan kekhilafahan atau pemerintah pusat. > > Sementara pemerintah pusat hanya melegalisasi hukum islam yang sifatnya menjaga kesatuan negara saja. Bukan semua hukum diadopsi. Ini tidak boleh karena berarti mematikan kreativitas ijtihad. (ijtihad beda dengan fatwa atau pendapat) menjadi mujtahid itu harus punya ilmu yang mumpuni dan orang seperti ini di dunia sangat langka sekarang." Ini yang saya ngeri membayangkannya. Bagaimana bisa sebuah negara diatur hanya oleh seorang wali ditambah beberapa gelintir mujtahid? Siapa mereka, dan bagaimana mereka dipilih? Lantas apa yang bisa menjamin bahwa fatwa atau ijtihad mereka benar, dan sesuai dengan Al- Qur'an dan Sunnah Rasul? Atas pertanyaan ini, biasanya kawan-kawan mbak Aris akan menjawab bahwa wali itu orang saleh, suci, sudah sampai level maksum. Lha, setahu saya, penilaian seperti itu adalah hak prerogatif Tuhan. Bagaimana mungkin manusia melakukannya???!!! Satu lagi mbak Aris. Pada masa Ali, interpretasi terhadap Al-Quran dan sunnah Rasul sudah demikian beragam. Padahal pada saat itu begitu banyak orang yang masih merasakan hidup bersama Rasul, melihat tingkah laku dan tindak tanduk beliau. Tapi koq bisa mereka berbeda pendapat tentang sesuatu hal??? Kalau mereka saja begitu, bagaimana dengan kita? Sam ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **