[list_indonesia] Re: [ppiindia] Kampungan di DPR

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 23:13:18 -0800 (PST)

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Itulah akibat besar gaji berbanding terbalik dengan
otak. Jadinya tidak beres dan kampungan...:)

--- Nur Rochman <marketing.kybi@xxxxxxxxxx> wrote:

> Bagus memang kalau adu otot pukul-pukulan kursi,
> antem-anteman buat membela
> rakyat, lha ini diIndonesia ribut hanya buat dagelan
> naikin bargaining
> kenaikan gaji anggota DPR dan lain-lain hiden
> agenda.
> 
> Kasihan sekali rakyat nggak ada yang membela......
> 
> Regards
> 
> Oman
> -----Original Message-----
> From: Carla Annamarie
> [mailto:Carla.Annamarie@xxxxxxxxxxxxxxxx]
> Sent: Tuesday, March 22, 2005 1:40 PM
> To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
> Subject: RE: [ppiindia] Kampungan di DPR
> 
> 
> 
> 
> sebenarnya budaya perang otot di DPR gak cuma
> terjadi di indo aja, di korea
> n taiwan udah ritual perdebatan di sidang jadi ajang
> adu otot.., tp itu
> namanya demokrasi.., even it's still
> uncivilised..but it's democracy..,
> saya siy lebih prefer ngeliat DPR adu otot kayak
> gitu utk kepentingan
> rakyat..daripada cuman manggut2 kayak org bego...
> 
> 
> 
> 
>                       faris ahmad
>                       <tenabang_79@yaho        To:
> ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
>                       o.com>                   cc:
>                                               
> Subject:  RE: [ppiindia]
> Kampungan di DPR
>                       03/22/2005 01:17
>                       PM
>                       Please respond to
>                       ppiindia
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kabarnya ada SMS yang masuk ke salah satu stasius TV
> yang merasa
> tersinggung dengan ucapan Yorris Raweyai yang
> menyebut kata-kata: "Dasar
> kampungan!" SMS tersebut berbunyi:" SEbagai orang
> kampung saya merasa
> tersinggung dengan kata-kata kampungan. Sebab,
> sebagai orang kampung,
> perilaku saya bisa jadi lebih terhormat dari pada
> anggota Dewan yang hobi
> adu jotos!"
> Eh, bukannya Yorries juga orang kampung?
> TAULAN PINULUNG <petter_pinulung@xxxxxxxxx> wrote:
> 
> Yang kelihatan jelas di TV teriak2 kampungan kemarin
> itu anggota DPR
> yang brewokan, pake kacamata biar keliatan intelek.
> Mencitrakan diri gak
> suka berantem padahal....
> 
> Bener2 pentas kemunafikan
> 
> ptP
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Ambon [mailto:sea@xxxxxxxxxx]
> Sent: Saturday, March 19, 2005 4:05 AM
> To: Undisclosed-Recipient:;
> Subject: [ppiindia] Kampungan di DPR
> 
> 
>
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/19/Bahasa/1628205.htm
> Sabtu, 19 Maret 2005
> 
> Kampungan di DPR
> 
> 
> DI tengah hiruk-pikuk dan ingar-bingar Sidang
> Paripurna DPR yang jauh
> dari sempurna pada 16 Maret lalu, terdengar
> celetukan, "Kayak orang
> kampung aja." Eh, apa salahnya orang kampung
> sehingga si penceletuk
> menyamakan tingkah laku ngotot yang dipertunjukkan
> para wakil rakyat itu
> dengan karakter orang kampung?
> 
> Yang dimaksud tentu makna yang terkandung dalam kata
> kampungan. Kita
> kenal kata kampungan dalam dua arti. Pertama, tidak
> mengenal tata krama
> perkotaan. Ibaratnya, seperti rusa masuk kampung,
> demikianlah orang
> kampung masuk kota. Namun, orang kota pun kalau
> masuk kampung tingkahnya
> sama saja dengan rusa itu. Dengan kata lain, kalau
> orang kampung perlu
> belajar pakai toilet versi kota, orang kota juga
> perlu belajar pakai WC
> versi kampung. Jadi, tidak ada yang perlu
> dibanggakan atau diremehkan
> oleh salah satu pihak.
> 
> Kedua, kampungan berarti tidak tahu sopan santun,
> kasar, atau kurang
> ajar. Dari mana datangnya makna yang sangat menghina
> orang kampung itu?
> Tepat sekali. Dari orang kota, tentu. Karena bahasa
> adalah kekuasaan,
> orang kota yang lebih dekat pusat kekuasaan mendapat
> hak istimewa
> mengembangkan makna kata dan menyusun kamus. Kalau
> saja orang kampung
> punya kesempatan sama, sudah pasti akan ada entri
> istilah kotaan dalam
> Kamus Besar Bahasa Kampung Edisi Kedua dengan tiga
> arti. Pertama, tidak
> mengenal alam dan tindak-tanduk yang selaras dengan
> irama alami. Kedua,
> sombong, tak tahu diri, sok tahu. Ketiga, loyo tak
> berotot, kecuali
> jempol yang jempolan terlatih mengirim SMS.
> 
> Jadi, istilah kampungan yang dipakai dengan nada
> merendahkan itu sungguh
> tidak adil buat orang kampung yang punya kebiasaan
> hidup berbeda dengan
> orang kota tapi yang tidak pernah kalah ramah,
> sabar, dan sopan itu.
> Orang kasar kurang ajar tentu bukan hanya ada di
> kampung. Di kota dan di
> mana-mana pun, baik di pusat maupun di ujung dunia,
> tentu ada. Namun,
> lihat saja di mana kata kampungan paling banyak
> dipakai. Aha. Di kota,
> kan? Jadi, ada kontradiksi di sini. Yang dimaki itu
> orang kurang ajar
> yang ada di kota, tapi makiannya pakai kata kampung.
> Seharusnya orang
> yang dimaki itu senyum (efeknya sama seperti kalau
> dimaki "Kau ini kok
> seperti melati putih polos saja!") dan orang kampung
> tersinggung.
> 
> Nah, dalam kehebohan di ruang rapat Dewan Perwakilan
> Rakyat yang
> terhormat itu (ehm), orang-orang yang terlibat tidak
> terlihat seperti
> orang kampung. Kejadiannya pun jauh dari kampung,
> bahkan ada di pusat
> permainan politik. Dan politik, ditilik dari sejarah
> dan makna katanya,
> adalah ajang pergumulan pengaturan kota oleh warga
> kota. Walaupun
> kemudian maknanya diperluas mencakup semua warga
> negara termasuk warga
> kampung, tetap saja yang pegang peran mengatur
> negara ialah orang kota
> yang berkedudukan di ibukota. Mana ada ibukampung,
> bapakkampung, atau
> pamankampung?
> 
> Mungkin saja di antara para pengotot di DPR itu ada
> yang lahir dan besar
> di kampung. Namun, lihat dong jas dan sepatu keren
> mereka. Belum lagi
> kerut-merut dalam di dahi mereka yang menandakan
> keseriusan mereka tanpa
> pamrih (ehm-ehm) menangani masalah-masalah bangsa
> yang jauh lebih rumit
> dan abstrak daripada persoalan sepele orang kampung.
> Jelas mereka bukan
> orang kampung. Kalaupun pernah, pasti mereka sudah
> "lupa" bagaimana
> bertingkah laku sebagai orang kampung.
> 
> Celetukan itu sendiri jelas menunjukkan bahwa mereka
> yang bertingkah
> tidak bertatakrama itu tidak dianggap orang kampung
> tapi kayak orang
> kampung. Namun, di kampung mana ada kericuhan serupa
> itu sehingga dapat
> dijadikan acuan? Justru jangan-jangan sebaliknya,
> nanti para peserta
> sidang-sidang DPRD dan seterusnya sampai rapat-rapat
> kampung akan
> belajar bagaimana cara menyerukan suara rakyat
> (ehm-ehm-ehm) 
=== message truncated ===


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Make Yahoo! your home page 
http://www.yahoo.com/r/hs


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: