** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Itulah akibat besar gaji berbanding terbalik dengan otak. Jadinya tidak beres dan kampungan...:) --- Nur Rochman <marketing.kybi@xxxxxxxxxx> wrote: > Bagus memang kalau adu otot pukul-pukulan kursi, > antem-anteman buat membela > rakyat, lha ini diIndonesia ribut hanya buat dagelan > naikin bargaining > kenaikan gaji anggota DPR dan lain-lain hiden > agenda. > > Kasihan sekali rakyat nggak ada yang membela...... > > Regards > > Oman > -----Original Message----- > From: Carla Annamarie > [mailto:Carla.Annamarie@xxxxxxxxxxxxxxxx] > Sent: Tuesday, March 22, 2005 1:40 PM > To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx > Subject: RE: [ppiindia] Kampungan di DPR > > > > > sebenarnya budaya perang otot di DPR gak cuma > terjadi di indo aja, di korea > n taiwan udah ritual perdebatan di sidang jadi ajang > adu otot.., tp itu > namanya demokrasi.., even it's still > uncivilised..but it's democracy.., > saya siy lebih prefer ngeliat DPR adu otot kayak > gitu utk kepentingan > rakyat..daripada cuman manggut2 kayak org bego... > > > > > faris ahmad > <tenabang_79@yaho To: > ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx > o.com> cc: > > Subject: RE: [ppiindia] > Kampungan di DPR > 03/22/2005 01:17 > PM > Please respond to > ppiindia > > > > > > > > Kabarnya ada SMS yang masuk ke salah satu stasius TV > yang merasa > tersinggung dengan ucapan Yorris Raweyai yang > menyebut kata-kata: "Dasar > kampungan!" SMS tersebut berbunyi:" SEbagai orang > kampung saya merasa > tersinggung dengan kata-kata kampungan. Sebab, > sebagai orang kampung, > perilaku saya bisa jadi lebih terhormat dari pada > anggota Dewan yang hobi > adu jotos!" > Eh, bukannya Yorries juga orang kampung? > TAULAN PINULUNG <petter_pinulung@xxxxxxxxx> wrote: > > Yang kelihatan jelas di TV teriak2 kampungan kemarin > itu anggota DPR > yang brewokan, pake kacamata biar keliatan intelek. > Mencitrakan diri gak > suka berantem padahal.... > > Bener2 pentas kemunafikan > > ptP > > > -----Original Message----- > From: Ambon [mailto:sea@xxxxxxxxxx] > Sent: Saturday, March 19, 2005 4:05 AM > To: Undisclosed-Recipient:; > Subject: [ppiindia] Kampungan di DPR > > > http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/19/Bahasa/1628205.htm > Sabtu, 19 Maret 2005 > > Kampungan di DPR > > > DI tengah hiruk-pikuk dan ingar-bingar Sidang > Paripurna DPR yang jauh > dari sempurna pada 16 Maret lalu, terdengar > celetukan, "Kayak orang > kampung aja." Eh, apa salahnya orang kampung > sehingga si penceletuk > menyamakan tingkah laku ngotot yang dipertunjukkan > para wakil rakyat itu > dengan karakter orang kampung? > > Yang dimaksud tentu makna yang terkandung dalam kata > kampungan. Kita > kenal kata kampungan dalam dua arti. Pertama, tidak > mengenal tata krama > perkotaan. Ibaratnya, seperti rusa masuk kampung, > demikianlah orang > kampung masuk kota. Namun, orang kota pun kalau > masuk kampung tingkahnya > sama saja dengan rusa itu. Dengan kata lain, kalau > orang kampung perlu > belajar pakai toilet versi kota, orang kota juga > perlu belajar pakai WC > versi kampung. Jadi, tidak ada yang perlu > dibanggakan atau diremehkan > oleh salah satu pihak. > > Kedua, kampungan berarti tidak tahu sopan santun, > kasar, atau kurang > ajar. Dari mana datangnya makna yang sangat menghina > orang kampung itu? > Tepat sekali. Dari orang kota, tentu. Karena bahasa > adalah kekuasaan, > orang kota yang lebih dekat pusat kekuasaan mendapat > hak istimewa > mengembangkan makna kata dan menyusun kamus. Kalau > saja orang kampung > punya kesempatan sama, sudah pasti akan ada entri > istilah kotaan dalam > Kamus Besar Bahasa Kampung Edisi Kedua dengan tiga > arti. Pertama, tidak > mengenal alam dan tindak-tanduk yang selaras dengan > irama alami. Kedua, > sombong, tak tahu diri, sok tahu. Ketiga, loyo tak > berotot, kecuali > jempol yang jempolan terlatih mengirim SMS. > > Jadi, istilah kampungan yang dipakai dengan nada > merendahkan itu sungguh > tidak adil buat orang kampung yang punya kebiasaan > hidup berbeda dengan > orang kota tapi yang tidak pernah kalah ramah, > sabar, dan sopan itu. > Orang kasar kurang ajar tentu bukan hanya ada di > kampung. Di kota dan di > mana-mana pun, baik di pusat maupun di ujung dunia, > tentu ada. Namun, > lihat saja di mana kata kampungan paling banyak > dipakai. Aha. Di kota, > kan? Jadi, ada kontradiksi di sini. Yang dimaki itu > orang kurang ajar > yang ada di kota, tapi makiannya pakai kata kampung. > Seharusnya orang > yang dimaki itu senyum (efeknya sama seperti kalau > dimaki "Kau ini kok > seperti melati putih polos saja!") dan orang kampung > tersinggung. > > Nah, dalam kehebohan di ruang rapat Dewan Perwakilan > Rakyat yang > terhormat itu (ehm), orang-orang yang terlibat tidak > terlihat seperti > orang kampung. Kejadiannya pun jauh dari kampung, > bahkan ada di pusat > permainan politik. Dan politik, ditilik dari sejarah > dan makna katanya, > adalah ajang pergumulan pengaturan kota oleh warga > kota. Walaupun > kemudian maknanya diperluas mencakup semua warga > negara termasuk warga > kampung, tetap saja yang pegang peran mengatur > negara ialah orang kota > yang berkedudukan di ibukota. Mana ada ibukampung, > bapakkampung, atau > pamankampung? > > Mungkin saja di antara para pengotot di DPR itu ada > yang lahir dan besar > di kampung. Namun, lihat dong jas dan sepatu keren > mereka. Belum lagi > kerut-merut dalam di dahi mereka yang menandakan > keseriusan mereka tanpa > pamrih (ehm-ehm) menangani masalah-masalah bangsa > yang jauh lebih rumit > dan abstrak daripada persoalan sepele orang kampung. > Jelas mereka bukan > orang kampung. Kalaupun pernah, pasti mereka sudah > "lupa" bagaimana > bertingkah laku sebagai orang kampung. > > Celetukan itu sendiri jelas menunjukkan bahwa mereka > yang bertingkah > tidak bertatakrama itu tidak dianggap orang kampung > tapi kayak orang > kampung. Namun, di kampung mana ada kericuhan serupa > itu sehingga dapat > dijadikan acuan? Justru jangan-jangan sebaliknya, > nanti para peserta > sidang-sidang DPRD dan seterusnya sampai rapat-rapat > kampung akan > belajar bagaimana cara menyerukan suara rakyat > (ehm-ehm-ehm) === message truncated === Bacalah artikel tentang Islam di: http://www.nizami.org __________________________________ Do you Yahoo!? Make Yahoo! your home page http://www.yahoo.com/r/hs ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **