** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "ahmad hanafi" <anafli@...> wrote: > > > > > > > > > Sebaiknya jangan menghidupkan kembali semangat DI/TII karena SI yang > > diusungnya dulu telah mengakibatkan pemberontakan yang tidak perlu. > > Cukup GAM saja yang menjalani SI dan itupun tidak membuat rakyat lebih > > senang, lebih sejahtera, lebih pintar seperti yang dipropagandakan. > > > > Noteo > > > heheh, mau ketawa baca ulasan ini. > -- --------------------- TERTAWA? Coba baca ulasan ini: Kesia-siaan Mimpi Negara Teokrasi Oleh Victor Silaen Mimpi merupakan sesuatu yang teramat penting dimiliki oleh setiap orang, baik secara individual maupun kolektif, di dalam kehidupan ini. Dengan adanya mimpi,yang dalam konteks ini disamakan dengan cita-cita atau visi, niscaya seseorang atau sekelompok orang menjadi lebih terencana, terarah, dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Sebab, ada sesuatu yang teramat penting yang hendak dicapai atau diwujudkannya kelak. Tak heran, kalau bagi orang atau kelompok orang yang bermimpi itu, energi untuk berjuang seolah tak pernah habis meski telah kerap menghadapi rintangan. Sekaitan itu, Amerika Serikat (AS) adalah contoh bangsa di dunia ini yang telah menyadari betul arti dan pentingnya sebuah mimpi. Sampai- sampai, pada Olimpiade 1996 di Atlanta, AS menetapkan lagu "The Power of Dream" sebagai theme song pesta akbar olahraga sedunia itu. Padahal, untaian kata dalam lagu itu sebenarnya tak mengetengahkan hal-hal yang berkait langsung dengan olahraga. Cermati saja petikan syairnya berikut ini: /The world unites in hope and peace/ Pray that it always will be/ It is the power the dream that bring us here/. Bandingkan, misalnya, dengan Kejuaraan Sepakbola Dunia di Italia tahun 1990, yang menjadikan lagu "To Be Number One" sebagai theme song-nya. Tapi, itulah uniknya AS sebagai bangsa pemimpi. Bahkan sejak dulu, sebelum terbentuk menjadi bangsa baru pada 1776, mimpi menjadi teladan bagi bangsa-bangsa di dunia telah tertanam di dalam diri the founding fathers mereka. Hal ini tercermin, misalnya, dalam sebuah keyakinan kukuh yang dibawa oleh kaum Puritan asal Inggris ke benua baru tersebut pada awal abad ke-17. Mereka merasa diri sebagai umat pilihan Tuhan (God's chosen people) yang dipanggil untuk mendiami sebuah tanah impian yang telah dijanjikan Tuhan (God's promised land). Karena itulah, dengan semangat membara mereka datang ke Amerika membawa sebuah misi ilahi (divine mission) untuk mendirikan "sebuah kota di atas bukit" yang akan menerangi kegelapan hidup bangsa-bangsa lain. "We shall be as a City Upon a Hill, the eyes of all people are upon us," demikian inti khotbah John Winthrop, salah seorang pemimpin kaum Puritan yang kemudian menjadi gubernur pertama di Massachusetts (Bercovitch, 1978). Selanjutnya, wilayah Amerika pun dipandang sebagai negeri harapan oleh gelombang demi gelombang imigran baru (umumnya dari Eropa). Harapan mereka, antara lain, adalah mewujudkan kebebasan beragama dan mencari kehidupan yang lebih sejahtera. Memang, pada mulanya Amerika tak mampu memuaskan harapan itu, karena kenyataannya wilayah baru ini masih merupakan hutan-rimba yang liar dan ganas. Namun, dalam jangka waktu yang relatif singkat, kaum pendatang itu berhasil mengubah wajah suram Amerika menjadi sebuah negeri yang indah dan subur. Etika kerja Puritan (the Puritan Ethic atau kelak disebut the Protestant Ethic) yang mereka hayati dalam upaya menaklukkan dan menguasai the wilderness itu kelak memberikan dasar bagi tumbuhnya kemandirian dan optimisme yang besar di dalam kehidupan mereka (Ziff, 1974). Tapi, di awal kehidupan mereka itu, sebenarnya ada sebuah mimpi yang gagal total untuk diwujudkan. Yakni, hasrat membangun negara teokrasi di tengah masyarakat yang kian lama kian majemuk. Kristokrasi versi Puritanisme yang hendak dipaksakan itu justru menjadi pangkal penyebab perpecahan di antara mereka sendiri. Hal itu sebenarnya mudah dipahami. Sebab, kelompok demi kelompok imigran baru sesudah kaum Puritan asal Inggris itu justru datang ke Amerika untuk mencari kebebasan. Jadi, bagaimana mungkin keseragaman suatu agama (baik ajaran, syariat, dan lainnya) hendak dipaksakan kepada mereka? Singkat kata, menyadari kemustahilan mimpi tersebut, kaum Puritan pun segera berubah pikiran dengan menerima keanekaragaman sebagai hal yang niscaya di dalam kehidupan mereka. Itulah yang menjadi dasar kuat bagi berkembangnya Amerika kelak sebagai negara-bangsa demokratis pertama di dunia. Ketika negara-negara lain saat itu masih berbentuk kerajaan yang feodalistik, Amerika sudah berbentuk republik yang deklarasi kemerdekaannya menyebutkan dengan jelas perihal "kontrak sosial" antara rakyat dan pemerintahnya. Ketika negara-negara lain saat itu masih menyatukan pengelolaan urusan gereja dan pemerintahan, Amerika sudah memisahkannya sebagai dua institusi yang masing-masing setara. Ditambah pencantuman ketiga hak asasi mendasar (hak atas kehidupan, hak untuk mengejar kebahagiaan, dan hak atas kebebasan beragama) dan pengakuan atas kesetaraan semua orang di dalam deklarasi kemerdekaan mereka, maka jadilah Amerika sebagai kampiun demokrasi di dunia ini. Karena, merekalah yang pertama menjadi negara-bangsa yang demokratis. Itulah alasannya, dan bukan karena demokrasi mereka yang paling baik dan sempurna. Meskipun sebuah mimpi penting telah gagal total, tapi bagi AS, hidup harus terus bermimpi. Dan dalam kenyataannya, mereka memang berhasil menjadi negara-bangsa yang besar dan makmur, yang seiring waktu makin luas wilayahnya dan makin banyak penduduknya. Hal inilah kelak yang menumbuhkan perasaan supremasi, sebagai bangsa unggul di antara bangsa-bangsa lainnya. Dikarenakan hal itulah, maka misi ilahi yang sejak awal telah tertanam di dalam diri mereka terus bertahan dari waktu ke waktu, meski esensinya yang semula religius (Kristokrasi) telah berubah menjadi sekuler (demokrasi). Kelak, di bawah kepemimpinan Woodrow Wilson (1913-1921), AS mengungkapkan mimpi besarnya untuk menjadikan seluruh dunia ini "save for democracy" (Green, 1970). Lalu, apa yang dapat disimpulkan dari pengalaman AS itu? Mimpi mendirikan negara teokrasi di tengah masyarakat yang majemuk agaknya merupakan sesuatu yang teramat sulit diwujudkan. Mimpi itu sendiri sebenarnya sah-sah saja. Tapi, ia niscaya mengundang banyak penolakan disebabkan adanya kemajemukan itu. Jikapun dipaksakan, maka sebagai konsekuensi logisnya, penolakan itu akan berkembang menjadi perlawanan. Pengalaman yang hampir sama pernah terjadi di Indonesia, di masa revolusi melawan penjajah Belanda. Adalah Kartosuwirjo, yang selama 13 tahun berjuang untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) demi terciptanya Darul Islam (DI)-sebuah dunia baru masyarakat Islam, di mana kaum muslimin dan muslimat dapat menjalankan hukum Islam secara menyeluruh. Mulanya, Sekretaris Umum Partai Sarekat Islam Hindia Timoer di Batavia ini ingin mendirikan NII secara legal, baik dengan persetujuan pemerintah di Yogyakarta ataupun karena kejatuhan Pemerintah RI (Dengel, 1995). Karena itulah, pada 1948, ia meminta agar Panglima Sudirman mengangkatnya menjadi "panglima" atas rakyat dan semua jajaran TNI di Jawa Barat. Selain itu, ia juga meminta sebuah daerah percobaan untuk Negara Islam yang akan didirikannya. Tapi, Sudirman menolaknya. Pada 10 Februari 1948, 160 wakil organisasi Islam berkumpul di Cisayong, Jawa Barat, untuk mengadakan konferensi. Saat itu Kartosuwirjo hadir sebagai wakil Pengurus Besar Masjumi untuk Jawa Barat. Dalam konferensi tersebut, Masjumi dan semua cabang organisasinya diubah menjadi Madjlis Islam Pusat (MIP), yang dipimpin Kartosuwirjo sebagai Imam, dan yang merupakan sebuah pemerintahan Islam di daerah tersebut. Keputusan penting lainnya adalah pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII) yang telah lama direncanakan, sebagai gabungan Sabilillah, Hizbullah, dan organisasi Islam lainnya. Namun, Kartosuwirjo tak memberitahukan teman-temannya di Yogyakarta tentang perubahan MIP menjadi Dewan Imamah yang dipimpinnya itu. Bahkan, pada 6 Juli 1948, ia mengirim pesan rahasia kepada Kamran (komandan teritorial Sabilillah) atas nama Pemerintah Negara Islam Indonesia (PNII) yang ditandatanganinya sendiri sebagai Imam. Pada 25 Agustus 1948, keluarlah maklumat pertama PNII yang memerintahkan mobilisasi dan militerisasi total dari rakyat. Dua hari kemudian, selesailah penyusunan Kanun Azasi sebagai konstitusi NII. Dalam maklumat berikutnya, Kartosuwirjo menyatakan tak mungkin lagi dapat menyelesaikan masalah dengan Belanda secara damai. Karena itu, rakyat harus disiapkan untuk menghadapi perang total. Ketika pecah Agresi Militer yang menyebabkan tertangkapnya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta oleh Belanda, Kartosuwirjo segera mempermaklumkan "perang suci semesta" demi dapat mendirikan NII. Ia menyerukan pentingnya satu kesatuan komando untuk menghindarkan politik devide et impera di masa mendatang. Ia juga menyatakan kesanggupannya memegang kesatuan komando itu sebagai pimpinan NII. Ia berharap NII akhirnya dapat dilegalisir tanpa perlu proklamasi. Itulah awal bagi terjadinya kerusuhan panjang yang melibatkan DI/TII, rakyat, dan TNI, yang kelak mengakibatkan kerugian besar dan kerusakan berat dalam pembangunan daerah Jawa Barat. Menurut laporan resmi, jumlah korban yang terbunuh, luka parah, dan terculik mencapai 22.895 jiwa. Sedangkan jumlah kerugian materiil saat itu diperkirakan 650 juta rupiah. Selanjutnya, pertengahan 1960, dimulailah penumpasan dan pengisolasian gerakan DI/TII di Kabupaten Lebak (termasuk Korem Banten) melalui pelaksanaan konsep Perang Wilayah yang dipimpin Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie. Dalam keadaan terdesak, pada 11 Juni 1961, pihak DI mengeluarkan Perintah Perang Semesta. Banyak yang menyerah, tak sedikit pula yang mati. Namun, Kartosuwirjo tetap bertahan. Meski sakit parah, ia masih sempat memerintahkan membunuh Presiden Soekarno ketika sedang mengikuti salat Idul Adha di halaman Istana Negara, tahun 1962. Akhirnya, Kartosuwirjo tertangkap. Di depan Sidang Mahkamah Angkatan Darat, 16 Agustus 1962, ia dituntut hukuman mati karena didakwa bersalah atas kegiatan makar untuk merobohkan Negara RI dan dan makar untuk membunuh Kepala Negara. Pada 5 September 1962, Kartosuwirjo menemui ajalnya di hadapan regu penembak dari keempat angkatan. Holk H. Dengel, penulis Darul Islam dan Kartosuwirjo, Angan-angan yang Gagal (1995), menyimpulkan bahwa di satu sisi sebenarnya Islam berhasil menjadi kekuatannasional. Namun, di sisi lain, ia gagal menjadi simbol politik dan faktor pemersatu rakyat Indonesia. Kalaupun DI/TII mampu bertahan selama 13 tahun, hal itu dikarenakan ketaatan dan kesetiaan (dengan sumpah) para anggota gerakan terhadap Kartosuwirjo sebagai Imam dan Panglima Tertinggi. Uraian tentang kegagalan pengalaman dua kelompok religius untuk mendirikan negara teokrasi itu menjadi landasan penulis untuk menyimpulkan bahwa mimpi negara teokrasi di tengah masyarakat majemuk merupakan kesia-siaan belaka. Apalagi dewasa ini, di tengah kehidupan modern yang kian kompleks dan mengedepankan individualitas. Jadi, baik mimpi membangun Negara Islam Nusantara (yang mencakup sebagian besar wilayah Asia Tenggara bahkan sampai selatan Australia) maupun Negara Kristen Raya (kalau benar mimpi ini ada, seperti disebut Fauzan Al-Anshari, etua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahiddin, dalam artikelnya di Kompas 9-11-2002) yang meliputi Singapura, Taiwan, Hongkong, Macao, Sabah-Serawak-Perlis-Penang-Selangor-Perak, Maluku, Timor Timur, dan Sulawesi uara, selayaknya dipikir ulang beribu kali oleh kedua kelompok yang bersangkutan. Penulis adalah dosen Fisipol UKI, Jakarta. *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **