[list_indonesia] [ppiindia] Re: Jangankan Sekolah, Bisa Makan Saja Sudah Untung

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx, lisi <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx>, sabili <sabili@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 22 Mar 2005 02:26:15 -0800 (PST)

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Kisah di bawah adalah kisah nyata. Di mana seorang
anak nyaris terganggu jiwanya akibat tak bisa sekolah.
Itulah dampak kenaikan harga BBM.
Dana kompensasi? Seharusnya ada atau tak ada kenaikan
harga BBM, pemerintah bertanggung-jawab untuk
memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi
rakyatnya yang tidak mampu. Pemerintah
bertanggung-jawab mensejahterakan rakyatnya.

Dana kita kurang? Kenapa kalau untuk pendidikan dan
kesehatan dana selalu kurang. Tapi kenapa pemerintah
mampu menggaji Direktur BUMN hingga Rp 150 juta sampai
250 juta, begitu pula dengan para pejabat lainnya?
Kenapa para pejabat bisa sering jalan2 ke luar negeri?

Saya ragu kalau dana kompensasi itu harus pilih2 orang
dan pakai surat miskin segala akan sampai. Memang
gampang menyalurkan dana ke jutaan orang? Mengawasi
distribusi minyak tanah saja tidak becus. 

Sebaiknya langsung saja pendidikan SD dan SMP di
sekolah negeri digratiskan, begitu pula di Puskesmas
atau RS ruang kelas III. Toh orang kaya juga tidak
akan menyekolahkan anaknya sembarangan dan tidak akan
berobat ke Puskesmas atau RS ruang kelas III.

--- Ambon <sea@xxxxxxxxxx> wrote:

>
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/22/utama/1633640.htm
> 
>  Jangankan Sekolah, Bisa Makan Saja Sudah Untung 
> 
> BULAN Februari lalu, saat musim hujan turun di Jawa
> Barat, setiap hari sepulang sekolah, Irman Maulana
> (16), siswa Kelas II SMP Negeri Cibatu I, Kabupaten
> Garut, Jawa Barat, harus menaiki Gunung Kancil dalam
> keadaan lapar. Guyuran hujan dan sambaran petir tak
> mematahkan usahanya mendaki.
> 
> Anak kelima dari enam bersaudara ini sudah yatim.
> Ibunya bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah
> tangga, sedangkan dia tinggal bersama keluarga
> kakaknya di rumah panggung milik orangtuanya di
> Kampung Kancil, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut.
> Kampung ini berada di puncak Gunung Kancil. Jarak
> antara rumah dan sekolahnya sekitar enam kilometer.
> 
> Kampung tersebut sebetulnya hanya bisa dicapai
> dengan berjalan kaki. Ketika menuju kampung itu,
> Kompas harus menggunakan ojek motor. Namun, untuk
> bisa sampai ke rumah Irman, Kompas harus berjalan
> kaki lebih dari setengah perjalanan karena bongkahan
> batunya cukup besar dan sulit dilalui kendaraan roda
> dua, apalagi berboncengan.
> 
> Bongkahan batu ini sudah disusun masyarakat Kampung
> Kancil. Mereka berharap pemerintah bisa segera
> menutupinya dengan batu-batu tajam sekaligus
> mengaspalnya. Namun, sampai sekarang harapan itu
> masih tinggal harapan. Di beberapa bagian jalan
> setapak selebar satu meter tersebut masih terdapat
> jalan-jalan yang hanya bertanah merah. Di jalan
> inilah biasanya Irman tergelincir.
> 
> TIBA di rumah, dengan tubuh menggigil, Irman
> langsung mencuci seragamnya agar bisa digunakan
> kembali ke sekolah esok harinya. Ia hanya memiliki
> dua kemeja dan satu celana seragam sekolah.
> 
> Jika keluarganya memiliki makanan, Irman bisa
> langsung makan. Namun, dia lebih sering melupakan
> rasa lapar dengan tidur siang atau mencari kayu
> bakar ke hutan karena kakaknya tidak memiliki
> makanan.
> 
> Meski hidup begitu sulit, Irman yang hobi membuat
> puisi dan menggambar itu tidak pernah berniat
> berhenti sekolah. Bahkan, meski dia tahu bahwa
> dirinya tidak pernah mengantongi uang sepeser pun.
> 
> Impitan ekonomi tidak hanya membuat Irman harus
> belajar dalam keadaan lapar, tetapi membuatnya
> minder kalau harus bergaul dengan teman-teman
> sebayanya di sekolah. Ia sering diledek sebagai anak
> gunung. Irman kini duduk sendiri di kelas karena
> merasa tidak nyaman berada bersama teman- temannya
> yang berkehidupan lebih baik. Kondisi psikologi yang
> tertekan sebetulnya membuatnya semakin sulit
> memecahkan masalah.
> 
> Ketika guru mengadakan ulangan mendadak, misalnya,
> Irman beberapa kali tidak bisa mengikutinya. "Kalau
> pinjam ke teman, sering kali tidak dikasih," kata
> Irman. Akibatnya, dia hanya duduk melamun di kelas
> sambil menahan kesedihan karena tidak bisa ikut
> ulangan dan mendapat kesempatan memiliki nilai
> seperti teman- temannya.
> 
> Hal yang sama sering menimpa Ade Sutrisna (14),
> teman sekelas Irman.
> 
> ADE kerap tidak ikut ulangan karena tidak mempunyai
> uang. Kehidupan keluarga Ade semakin sulit sebab
> ayah tirinya, yang bekerja sebagai pedagang asongan
> di Jakarta, sudah dua bulan tidak pulang atau
> mengirimkan uang.
> 
> Ayah kandungnya meninggal sejak Ade berusia dua
> tahun. Ibunya, Sunengsih, menikah lagi dan
> melahirkan dua anak. Salah seorang sudah sekolah di
> sekolah dasar.
> 
> Sebelum harga BBM naik, ayah tiri Ade mengirimkan
> uang sebesar Rp 50.000 per bulan. Kini setelah harga
> BBM naik, diikuti dengan melonjaknya harga-harga
> kebutuhan lainnya, keluarga ini tidak bisa membeli
> barang apa pun.
> 
> Melihat kesulitan keluarga, anak lelaki bertubuh
> kurus ini sering membantu ibunya, yang buruh tani,
> merontokkan padi atau mencari kayu bakar untuk
> tetangganya. Dari menjual tenaga itu, Ade bisa
> menerima upah sebanyak Rp 1.000 atau sepiring nasi
> dan lauk. Tak jarang ia bekerja sampai malam.
> 
> Sebulan lalu ibunya meminta Ade berhenti sekolah
> karena tidak punya uang untuk mengongkosi pergi
> pulang ke sekolah, membelikan bahan-bahan untuk
> pelajaran keterampilan dan olahraga, serta membayar
> fotokopian soal ulangan. Ibunya pun mengirim surat
> pengunduran diri anaknya sebagai siswa di SMP Negeri
> Cibatu I.
> 
> Sejak itu, selama dua minggu, Ade tinggal di rumah.
> "Saya sering melihatnya bengong sambil mengasuh
> adiknya. Saya merasa berdosa menyuruhnya berhenti
> sekolah. Tapi, saya tidak punya jalan lain," ujar
> Sunengsih.
> 
> >small 2small 0< mengirim surat pengunduran diri,
> pihak sekolah mencoba mencarikan solusi dengan
> membentuk teman asuh. Sejak dua minggu lalu
> teman-teman sekelasnya menyumbang agar Ade bisa
> tetap sekolah. Tiap hari, sepulang sekolah, melalui
> bendahara kelas, Ade diberi ongkos Rp 1.500.
> 
> "Tapi, saya malu juga setiap hari merepotkan
> teman-teman," ujar Ade yang bercita-cita jadi
> insinyur elektro untuk membahagiakan keluarganya.
> 
> Ade dan keluarganya kini menumpang di rumah keluarga
> ayahnya di Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu,
> Kabupaten Garut. Rumah panggung berdinding dan
> berlantai bambu itu hanya memiliki satu kamar, ruang
> tengah, dan dapur kecil. Mereka menumpang karena
> gubuk mereka sudah roboh.
> 
> Agar tidak membebani ibunya, Ade yang tidak memiliki
> buku Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih banyak
> menghabiskan waktu istirahatnya dengan menyalin
> soal-soal dalam LKS. Dalam hati kecilnya, saat
> istirahat, Ade ingin juga jajan seperti
> teman-temannya. Sudah lama Ade ingin membeli roti
> seharga Rp 1.000 yang dijual di koperasi sekolah.
> 
> KISAH Euis Nurhayati (13) pun miris. Anak yatim yang
> ditinggal ibunya bekerja di Arab Saudi ini hanya
> tinggal dengan neneknya, Murbaisih (64). Sejak
> bekerja di Arab Saudi, bulan November 2004, ibunya
> tidak pernah mengirimkan uang ataupun memberi kabar.
> 
> Karena tidak punya uang, neneknya memutuskan agar
> Euis berhenti sekolah. Euis langsung menangis
> menjerit-jerit. Tiap hari ia mengurung diri karena
> sedih melihat teman-temannya bisa berangkat ke
> sekolah. Melihat perilaku Euis, Murbaisih diam-diam
> sering menangis.
> 
> Seminggu setelah berhenti, guru-gurunya datang dan
> memintanya melanjutkan sekolah dengan bantuan biaya
> dari para guru. Saat neneknya bercerita, Euis hanya
> mendengarkan sambil menengadahkan kepala dan menelan
> ludah. Ia berusaha menahan tangis.
> 
> Peristiwa putus sekolah yang sempat dialaminya
> sangat mengguncang jiwa Euis. Saat Kompas
> mengajaknya berbincang, bibir Euis bergerak-gerak,
> tetapi tidak ada suara yang keluar.
> 
> Rumah Euis terletak di Desa Sukaluyu, Kecamatan
> Sukawangi, Kabupaten Garut. Setiap hari, selama
> sebulan, Euis pergi ke sekolah yang berjarak dua
> kilometer dari rumahnya. Adakalanya ia berjalan
> sambil menangis karena tidak punya uang sepeser pun
> untuk ongkos, apalagi untuk jajan seperti anak yang
> lain. "Saya malu, tidak pernah ikut menyumbang iuran
> di sekolah," ujarnya tercekat, berusaha untuk
> bicara.
> 
> Sekolah merupakan kebutuhan mewah buat anak-anak
> dari keluarga miskin. Di Jawa Barat masih ada
> ratusan ribu anak yang terancam putus sekolah. Yang
> mereka butuhkan bukan cuma kebijakan pemerintah,
> tetapi tindakan yang bisa menyelamatkan mereka
> secepatnya. (Y09)
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Re: Jangankan Sekolah, Bisa Makan Saja Sudah Untung