** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Kasihan saudara saudara kita yang makan saja kesulitan ya mbak? Orang orang macam ini makin mempersulit saudara saudara kita cari makan. Salam danardono --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Listy" <listy@xxxx> wrote: > > > dari milis yg satu ke milis yg lain.. untuk Anda.. > -----Original Message----- > > > "Punya Rumah Senilai Rp 10 M di Kemang" > JAKARTA, Investor Daily Online > > Survei dari Transparency International Indonesia > (TII) menempatkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan > Cukai (BC) dan Ditjen Pajak sebagai instansi terkorup > di Indonesia. Hasil survei itu tak begitu mengagetkan > publik, sebab kedua instansi tersebut selama ini > dikenal sebagai instansi yang 'basah', rawan praktik > suap, korupsi, kolusi. > > Hasil penelusuran Investor Daily terhadap beberapa > pegawai pajak di Jakarta dan Tangerang makin > mengukuhkan survei TII. Sebut saja MJH, kepala seksi > Ditjen Pajak di Jakarta, golongan IVA. Sesuai standar > PNS, glolongan IVA berarti mempunyai gaji pokok Rp > 1,5 juta per bulan. Kalau ditambah dengan tunjangan > lainnya, gaji bruto yang ia peroleh sekitar Rp 5 juta > per bulan. > > Namun kenyataannya, MJH menempati rumah seluas 400 M2 > di kawasan Rawamangun, senilai Rp 1,5 miliar. Tidak > hanya itu, MJH juga mempunyai empat rumah lainnya yang > berlokasi tak jauh dari tempat tinggalnya. Keempat rumah > itu sekarang dikontrakkan. Selain itu, MJH punya dua > mobil Kijang. Awal tahun 2005, ia mendapat mobil dinas > baru, juga jenis Kijang. Karena garasi rumahnya tidak > muat menampung tiga mobil, ia menyewa garasi tetangga > dengan membayar Rp 450.000 per bulan. > > Yang cukup mengejutkan, dengan gaji sekitar Rp 5 juta, > pria kelahiran Medan ini sanggup menyekolahkan anak > pertamanya ke Kanada sejak tahun 2005. Bisa > dibayangkan, berapa puluh ribu dolar AS yang harus > ditransfer setiap bulan ke Kanada. Belum lagi, ia > wajib mendepositokan uangnya di bank sebagai jaminan > biaya kuliah anaknya selama di Kanada. Luar bisa > bukan? > > Gaya hidup pegawai pajak ini sangat berbeda dengan > tetangganya yang menjadi direktur sebuah perusahaan > publik. Direktur yang bergaji sekitar Rp 20 juta per > bulan itu mengaku tidak tidak sanggup membiayai putri > tunggal untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. > > Kekayaan petugas pajak itu menimbulkan 'bisik-bisik' > tetangga. Sejumlah warga Rawamangun mengaku malas > membayar pajak karena dananya tidak masuk ke kas negara, > melainkan 'mampir' ke petugas Pajak. Sudah menjadi > rahasia umum, petugas pajak juga sering 'kompromi' > dengan wajib pajak untuk urusan membayar pajak. > 'Kemewahan' gaya hidup MJH juga melanda SML, pensiunan > kepala bagian Ditjen Pajak. Mantan pegawai pajak > golongan IVC dengan gaji pokok Rp 1,7 juta per bulan > itu mempunyai tiga rumah di kawasan Kemang, Jakarta > Selatan. > > Penelusuran Investor Daily ke rumah SML menunjukkan, > rumah seluas 2.500 M2 di daerah Panglima Polim itu > akan dijual seharga Rp 10 miliar. Menurut mantan sopir > SML yang disuruh menjaga rumah itu, rumah tersebut > dilengkapi dengan kolam renang dan lapangan tenins. > "Ada beberapa pensiunan pejabat Pertamina yang mau > beli. Tapi harganya terlalu mahal. Ada juga Bupati > dari Sumatera yang sudah menawar," papar penjaga rumah > yang namanya tak mau disebutkan. Rumah bertingkat dua > itu lantainya dilapisi marmer impor dari Italia, mirip > vila mewah di kawasan Puncak, Bogor. > > Belanja ke Luar Negeri > Menurut penjaga rumah tersebut, SML saat masih aktif > bertugas sering mampir ke rumah itu. "Rumah ini sudah > kosong lebih dari satu tahun. Sebelumnya, rumah ini > pernah dikontrak duta besar," kata dia. Menurut dia, > SML lebih banyak tinggal di Sumatera Utara mengurusi > usahanya seperti hotel dan kebun. Sebagian uang hasil > penjualan rumah itu, katanya, akan dipakai pemilik > rumah untuk berobat ke Australia. > > Sementara itu, kepala seksi Kantor Pelayanan Pajak > (KPP) Karawaci, golongan IV A, mempunyai tiga rumah > di Tangerang. Ia juga memiliki beberapa rumah kost > di Tangerang. > > Demikian juga dengan BKM, yang baru bekerja 5 tahun > di KPP Jakarta Timur. Ia mampu membeli tanah seluas > 800 M2 di daerah Kali Malang seharga Rp 900 juta. > Selain tanah, BKM belum lama ini membangun rumah > kontrakan yang terdiri 40 kamar di daerah Pramuka. > Setiap kamar disewakan Rp 500.000 per bulan, sehingga > tiap bulan istri BKM mengantongi Rp 20 juta. "Tiap > akhir bulan, Ibu datang ke sini me nagih uang kost. > Ibu juga sering belanja ke luar negeri," ujar Tony, > satpam rumah kontrakan itu. > > Melihat gaya hidup tiga petugas pajak itu, bisa > dibayangkan berapa triliun rupiah penerimaan pajak itu > 'ditelep' petugas setiap tahunnya. Tidak mustahil, > petugas pajak seperti MJH, SML dan TNJ jumlahnya > ratusan orang di Ditjen Pajak. Namun, tidak semua pegawai > Ditjen Pajak memperkaya diri. Masih banyak pegawai jujur > dan bersih yang mau mengabdi. > > JKI, misalnya, hidupnya relatif sederhana, meskipun ia > golongannya IVB dengan jabatan kepala seksi. Luas rumah > yang dihuni JKI dengan empat anak di Cibubur, Jakarta > Timur, cuma 200 M2. Rumah itu pun tak tergolong > mewah, hanya ada sedan Toyota dan satu sepeda motor. > > Traktir Pengusaha > Menurut pengalaman Ismet Hasan Putro, ketua Masyarakat > Profesional Madani (MPM) yang juga sebagai pengusaha, > petugas pajak umumnya lebih berani dan galak dari > pengusaha. Buktinya, petugas pajak tak segan merogoh > koceknya untuk mentraktir pe ngusaha makan di hotel > berbintang lima untuk melobi dan bernegosiasi. > "Saya pernah memberi uang Rp 1 juta kepada staf saya > di Surabaya untuk menjamu dua petugas pajak di Hotel > Shangrila. Namun, staf saya mengembalikan uang itu > karena makanan sudah dibayar oleh petugas pajak," > ungkap Ismet pada acara diskusi "Qou Vadis Ditjen > Pajak" belum lama ini di Jakarta. > > Menurut Ismet, semua pengusaha di Indonesia takut > berhubungan dengan petugas pajak. Sebab, mereka > seringkali mempersulit pengusaha yang akan membayar > pajak. Ia melukiskan, berhubungan dengan petugas pajak > sama rumitnya dengan polisi. Akibatnya, tidak ada > pengusaha yang tidak berkolusi dengan petugas pajak. > > "Kalau pengusaha membayar jumlah pajak sesuai dengan > perhitungan sendiri (self assestment) di Surat > Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), petugas pajak > pasti menolak. Perhitungan mereka selalu lebih besar > dari perhitungan pengusaha. Perbedaan inilah yang > sering dimanfaatkan petugas untuk berk olusi dengan > pengusaha," katanya. > > Ismet mengaku, jika pengusaha menolak kemauan petugas > pajak, tahun berikutnya mereka akan mempersulit dan > 'ngerjain' pengusaha. Sebaliknya, kalau pengusaha > menyewa konsultan pajak, tingkat suap dan kolusi bisa > berkurang. Tapi, indikasi suap dan kolusi antara > petugas pajak dan konsultan pajak tetap kental. > "Jadi, posisi pengusaha itu serba salah dan tidak tau > harus berbuat apa dengan urusan pajak," tegasnya. > > Tentu banyak juga pengusaha nakal yang mengelak bayar > pajak. Buktinya, belum lama ini Ditjen Pajak berhasil > mengungkapkan sindikasi pemalsuan faktur pajak di Pulo > Mas, Jakarta Timur. Dua orang pemilik usaha distribusi > itu kini ditahan polisi. Total kerugian negara ditaksir > mencapai Rp 55 miliar. Modus serupa juga berhasil > dibongkar di Surabaya. > > Hal serupa dilontarkan Emmy Hafild, sekretaris > jenderal TII. Menurut Emmy, hasil surveil TII > menunjukkan bahwa petugas pajak seringkali mendikte > pengusaha, khususnya pengusa ha kecil dan menengah > (UKM), sebab administrasi pengusaha UKM tidak rapi. > Emmy mengatakan, persentasi perusahaan yang mau > membayar pajak sesuai dengan perhitungan petugas pajak > cukup banyak. "Tapi petugas pajak tidak berani > mendikte perusahaan multinasional. Karena mereka punya > akses langsung ke Menteri Keuangan," ungkap Emmy. > > Lain lagi pengalaman ekonom Universitas Indonesia > Faisal Basri. Ia kesulitan memindahkan nomor pokok > wajib pajak (NPWP) dari Jakarta Timur ke Jakarta > Selatan. Saat terdaftar sebagai pemegang NPWP, Faisal > berdomisili di Jakarta Timur. Tapi beberapa tahun > kemudian, ia pindah ke Jakarta Selatan. Alasan KPP > Jakarta Timur menolak memindahkan NPWP itu, karena > Faisal dianggap sebagai salah satu andalan pembayar > pajak. "Saya lebih suka pindah ke KPP Jakarta Selatan > sebab menurut teman-teman layanan petugas pajak di sana > lebih baik dibanding KPP lainnya. Saya sarankan, > jangan mau pindah ke KPP Kuningan, petugas di sana > terkenal 'galak'," paparnya. > > Faisal Basri meyakini, bila petugas semua pajak itu > jujur dan bersih, Indonesia tak perlu 'meminta-minta' > uang kepada negara donor dan multilateral lewat Group > on Consultative Indonesia (CGI). Menurut dia, tidaklah > sulit untuk mendapatkan tambahan pajak senilai Rp 30 > triliun untuk APBN, seandainya korupsi bisa > diminimalisasi. Saat ini, rasio penerimaan pajak > terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 13,1%. > > Ismet, Faisal dan Emmy berpendapat, salah satu upaya > mengurangi kebocoran penerimaan pajak adalah dengan > membatasi wewenang Ditjen Pajak. Sebab Ditjen Pajak > berfungsi ganda, sebagai pembuat hukum (policy maker), > pemeriksa dan pengumpul pajak. Menurut mereka, sebagian > wewenang itu harus dialihkan kepada lembaga lain di > Depkeu, sehingga ada lembaga yang mengontrol kinerja > Ditjen Pajak. > > Begitu besarnya dugaan praktik suap, korupsi dan > kolusi di lingkungan Ditjen Pajak, mengapa petugas > pajak tidak diwajibkan melaporkan harta kekayaannya > kepada Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)?. Apakah > kita membiarkan terus para koruptur hidup dalam > kemewahan? Sementara itu, lebih dari 110 juta > penduduk hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 2 > (Rp 18.400) per hari. > (karidun pardossi) > > NB: > Pak Presiden, berantas dulu yang seperti ini, > br bicara kenaikan BBM...... > Trus klo di Pertamina bgmn ya? ..... > kyknya setali tiga uang deh.......... ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **