[list_indonesia] [ppiindia] Re: Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?

  • From: "Lina Dahlan" <linadahlan@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 05:30:33 -0000

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


Om Oman (ikutan tante Listy neh), 
pakek gayanya si Nick Ramyzada di dark justicenya itu dong...
Jadi preman juga ngeri. Jangan kalah gertak ama preman.

Indonesia ini udah kayak Godham City, jadi butuh Batman..gitu 
llloooh...

gaya militerisme dalam memerangi kejahatan perlu neh! bukan ngadepin 
mahasiswa...

Hidup petrus...

--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Nur Rochman" <marketing.kybi@xxxx> 
wrote:
> Memangnya berani mbak, lha yang ngawal para koruptor kan preman, 
tentara
> sama polisi, jangan-jangan malah dimutilasi dulu sebelum nyampai
> kekoruptornya hiiiii seremmm (lihat diTV yang demo dirumahnya 
koruptor,
> malah dihadang sama preman yang seram-seram dan polisi)
> 
> Regards,
> 
> Oman
> 
> -----Original Message-----
> From: Lina Dahlan [mailto:linadahlan@xxxx]
> Sent: Monday, March 21, 2005 11:33 AM
> To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
> Subject: [ppiindia] Re: Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?
> 
> 
> 
> 
> Kita mutilasiin aja para koruptor yuk? kan kita yang sakit ati sama
> koruptor, pemerintah gak sakit hati sama koruptor kok...mereka
> malahan butuh koruptor...hukum rimba...alias dark justice....
> 
> wassalam,
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ambon" <sea@xxxx> wrote:
> > REPUBLIKA
> > Minggu, 20 Maret 2005  20:50:00
> >
> >
> > Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?
> > Laporan: Edy M Ya'kub
> >
> > Surabaya-RoL-- Banyak diam, matanya menerawang, rajin salat 
malam,
> tak lepas dari tasbih, tajam menatap orang-orang dekat, dan 
berusaha
> untuk tegar. Itulah hari terakhir Astini menjelang nafas terakhir 
di
> ujung peluru pada 20 Maret 2005 pukul 01.20 WIB.
> > "Selera makannya tidak berubah, tapi dia ingin jaksa menunda
> hukuman mati untuk memperbanyak taubat kepada Allah Yang Maha
> Kuasa," kata seorang petugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I 
di
> Medaeng, Sidoarjo yang melayani terpidana mati itu pada 15-19 
Maret.
> >
> > Astini tampaknya tetap seorang manusia, meski ibu berusia 51 
tahun
> itu sempat kehilangan "kemanusiaan" saat membunuh dan memotong-
> motong tubuh tiga wanita, yakni Sri Astutik dan Rahayu (1992-1993)
> dan Puji Astutik (4 Januari 1996).
> >
> > Bahkan, faktor yang membuatnya hilang "kemanusiaan" itu juga
> bersumber dari sifat kemanusiaan pula. Dia jengkel, karena dia
> berutang Rp20 ribu untuk anak-anaknya, tapi ditagih terus dan 
diolok-
> olok seperti bukan manusia.
> >
> > "Balungan kere, utang Rp20 ribu ae kok nggak nyaur-nyaur (dasar,
> memang sudah potongan orang miskin, utang Rp20 ribu saja tidak
> membayar)," kata salah seorang dari ketiga korban mutilasi Astini
> yang selalu mengulang kalimat itu terus-menerus pada almarhumah.
> >
> > Namun, palu hakim di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya tetap
> menjatuhkan vonis hukuman mati, karena dia terbukti membunuh dengan
> cara memotong-motong tubuh tiga orang korban yang semuanya wanita
> itu.
> >
> > Astini alias Bu Lastri (ibunya Sulastri, anak pertama Astini)
> dinyatakan bersalah, karena melakukan mutilasi (membunuh dan
> memotong mayat korban) dengan dimasukkan ke dalam tas kresek yang
> dibuang di beberapa tempat sampah dan sungai di Surabaya.
> >
> > Setelah mendapat vonis mati di PN Surabaya itu, Astini pun
> mengajukan banding sampai ke tingkat MA (Mahkamah Agung) dan
> Peninjauan Kembali (PK), namun ditolak dan mengajukan grasi ke
> presiden dengan grasi terakhir ditolak Presiden Megawati pada 9 
Juli
> 2004.
> >
> > Perjuangan Astini untuk hidup pun berakhir di ujung peluru, namun
> sebagai manusia, Astini yang berasal dari Wonorejo, Surabaya 
mengisi
> masa isolasi di Rutan Medaeng selama lima hari (15-19 Maret) dengan
> mengajukan permintaan bertemu dengan orang-orang yang dicintai
> menjelang eksekusi.
> >
> > Secara marathon di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo,
> Astini bertemu dengan antara lain guru ngaji di Lapas Wanita 
Malang,
> dua pembina di Lapas Wanita Malang, Kepala Lapas Wanita Malang dan
> wakilnya, keluarga (suami dan dua anak), dan pengacaranya.
> >
> > Guru ngaji Siti Rohmah datang bersama Martiningsih dan Lilik
> Sulistyowati (dua petugas Lapas Wanita Malang) dengan didampingi
> Kepala Lapas Wanita Kelas II Sukun, Malang Ny Purwani Suyatmi dan
> seorang petugas Lapas Wanita lainnya bernama Supiasih.
> >
> > Mereka datang pada 17 Maret sekitar pukul 14.20 WIB dan hingga
> pukul 17.00 WIB belum keluar, bahkan ada 14 petugas Lapas Wanita
> Malang yang datang menyusul untuk bertemu juga.
> >
> > "Astini memang meminta secara khusus kepada Kepala Rutan Medaeng 
H
> Wibowo Djoko Harjono Bc.IP SH MM untuk bertemu saya, guru ngaji di
> Lapas, dan dua orang pembina selama di Lapas Wanita Malang
> (Martiningsih dan Lilik Sulistyowati)," Kepala Lapas Wanita Kelas 
II
> Sukun, Malang, Ny Purwani Suyatmi di Surabaya (17/3).
> >
> > Selang 10 menit dari kedatangan guru ngaji dan rombongan Kalapas
> Wanita Malang itu, keluarganya datang sekitar pukul 14.30 WIB yakni
> Supilin (60, suami), Pandu Fidiarto (21, anak ketiga), dan Sulastri
> (31, anak pertama).
> >
> > Sementara itu, pengacara terpidana Sudiman Sidabukke SH CN MM
> datang bersama anggota tim pengacara Astini yang lain, yakni Ida
> Sampit Karo Karo SH pada pukul 15.40 WIB dan keluar dari dalam 
Rutan
> Medaeng sekitar pukul 17.15 WIB.
> >
> > "Astini meminta kepada Kepala Rutan Medaeng, jika eksekusi hendak
> dilaksanakan, maka dia ingin bertemu pengacara dan bahkan ingin ada
> pengacara yang mendampingi saat eksekusi," kata Sudiman Sidabukke.
> >
> > Satu-satunya permintaan terpidana mati yang sempat tertunda 
adalah
> bertemu dengan anak keduanya bernama Tedy Maryono, namun keinginan
> Astinya akhirnya terpenuhi di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng
> Sidoarjo pada 18 Maret.
> >
> > Tedy datang sekitar pukul 10:15 WIB dengan mengenakan pakaian
> celana hitam, T-shirt hitam, jaket hitam, dan topi putih. Pertemuan
> keduanya (Astini dan Teddy) berlangsung sekitar lima jam lebih
> hingga pukul 14:50 WIB di sel khusus wanita No 2.
> >
> > "Saya sudah lama ingin bertemu ibu, karena pertemuan terakhir
> sudah terjadi dua pekan lalu di Lapas Wanita Sukun Malang, karena
> itu saya semalam (Kamis malam) menghubungi pendeta Andreas
> Nurmandala untuk menanyakan kondisi ibu dan ternyata menjawab Ibu
> ingin bertemu dengan saya sebagai permintaan terakhir sebelum
> eksekusi," katanya, dengan mata berkaca-kaca.
> >
> > Usai Tedy pulang, Astini juga mendapat kunjungan dari kepala
> keamanan Lapas Wanita Sukun Malang Nunuk Mardiati SH dan suaminya
> serta anaknya yang ketiga. Nunuk membawa surat dari karib Astini di
> Lapas yang bernama Mariam yang isinya meminta maaf dan minta 
kenang-
> kenangan berupa pakaian bekas dan pakaian dalam.
> >
> > Bahkan, salah seorang anggota eksekutor Jaksa Ariana Yuliastutik
> SH, Astini mengaku sudah ihlas, kemudian berpesan kepada anak-
> anaknya agar meningkatkan ibadah dan suaminya tetap bersabar dalam
> mengasuh anak-anaknya.
> >
> > Dengan terpenuhinya semua keinginan agaknya menjadi hari 
terakhir,
> namun kematian Astini juga menjadi saksi bahwa hukum lebih memihak
> orang besar dan bukan orang kecil seperti dirinya.
> >
> > "Dia (Astini) memang sadis, karena memotong mayat korbannya, tapi
> saya rasa tetap tidak adil kalau dihukum mati, sedangkan koruptor
> dan bandar narkoba dibiarkan hidup," kata Aisyah, warga 
Kendangsari,
> Surabaya (17/3).
> >
> > Menurut dia, Ny Astini memang tidak berperikemanusiaan, tapi dia
> melakukan karena terpaksa, berpendidikan rendah, dan diolok-olok
> berkali-kali, sehingga harga dirinya tergerak untuk melakukan hal 
di
> luar kesadarannya.
> >
> > "Itu beda dengan koruptor dan bandar narkoba yang melakukan bukan
> terpaksa, tapi untuk menguntungkan diri sendiri, apalagi mereka 
juga
> bukan orang yang bodoh dan bukan dipengaruhi orang lain," kata
> pedagang sayur itu.
> >
> > Senada dengan itu, warga Jalan Jemur Ngawinan, Mukromin, mengaku
> dirinya sempat kaget saat mengetahui Astini akan dieksekusi dalam
> waktu dekat dari media massa, karena hukuman mati bagi orang kecil
> seperti dia tampaknya terlalu berat.
> >
> > "Kalau dihukum seumur hidup, saya kira lebih pas untuk membuat 
dia
> kembali kepada ajaran Tuhan, karena dia selama di penjara wanita di
> Malang juga semakin menjadi orang yang baik dan sadar atas
> kesalahannya," katanya.
> >
> > Salah seorang guru SD itu menilai hukuman mati bagi Astini 
mungkin
> layak jika orang-orang besar yang merugikan rakyat kecil dijatuhi
> hukuman yang sama dan sudah banyak yang mengalami.
> >
> > "Rasanya, kok tiba-tiba ada orang kecil akan ditembak, tapi orang
> kecil seperti dia juga banyak yang ditembak karena mencuri sepeda
> motor, mencuri ayam, dan sejenisnya, sedangkan koruptor tak ada 
satu
> pun yang ditembak," katanya.
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
*********************************************************************
******
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
> 
*********************************************************************
******
> 
_____________________________________________________________________
_____
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
> 
> Yahoo! Groups Links





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: