[list_indonesia] [ppiindia] Re: Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?

  • From: "Lina Dahlan" <linadahlan@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 04:33:09 -0000

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


Kita mutilasiin aja para koruptor yuk? kan kita yang sakit ati sama 
koruptor, pemerintah gak sakit hati sama koruptor kok...mereka 
malahan butuh koruptor...hukum rimba...alias dark justice....

wassalam,



--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ambon" <sea@xxxx> wrote:
> REPUBLIKA
> Minggu, 20 Maret 2005  20:50:00
> 
> 
> Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?
> Laporan: Edy M Ya'kub
> 
> Surabaya-RoL-- Banyak diam, matanya menerawang, rajin salat malam, 
tak lepas dari tasbih, tajam menatap orang-orang dekat, dan berusaha 
untuk tegar. Itulah hari terakhir Astini menjelang nafas terakhir di 
ujung peluru pada 20 Maret 2005 pukul 01.20 WIB.
> "Selera makannya tidak berubah, tapi dia ingin jaksa menunda 
hukuman mati untuk memperbanyak taubat kepada Allah Yang Maha 
Kuasa," kata seorang petugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I di 
Medaeng, Sidoarjo yang melayani terpidana mati itu pada 15-19 Maret.
>          
> Astini tampaknya tetap seorang manusia, meski ibu berusia 51 tahun 
itu sempat kehilangan "kemanusiaan" saat membunuh dan memotong-
motong tubuh tiga wanita, yakni Sri Astutik dan Rahayu (1992-1993) 
dan Puji Astutik (4 Januari 1996).
>          
> Bahkan, faktor yang membuatnya hilang "kemanusiaan" itu juga 
bersumber dari sifat kemanusiaan pula. Dia jengkel, karena dia 
berutang Rp20 ribu untuk anak-anaknya, tapi ditagih terus dan diolok-
olok seperti bukan manusia.
>          
> "Balungan kere, utang Rp20 ribu ae kok nggak nyaur-nyaur (dasar, 
memang sudah potongan orang miskin, utang Rp20 ribu saja tidak 
membayar)," kata salah seorang dari ketiga korban mutilasi Astini 
yang selalu mengulang kalimat itu terus-menerus pada almarhumah.
>          
> Namun, palu hakim di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya tetap 
menjatuhkan vonis hukuman mati, karena dia terbukti membunuh dengan 
cara memotong-motong tubuh tiga orang korban yang semuanya wanita 
itu.
>          
> Astini alias Bu Lastri (ibunya Sulastri, anak pertama Astini) 
dinyatakan bersalah, karena melakukan mutilasi (membunuh dan 
memotong mayat korban) dengan dimasukkan ke dalam tas kresek yang 
dibuang di beberapa tempat sampah dan sungai di Surabaya.
>          
> Setelah mendapat vonis mati di PN Surabaya itu, Astini pun 
mengajukan banding sampai ke tingkat MA (Mahkamah Agung) dan 
Peninjauan Kembali (PK), namun ditolak dan mengajukan grasi ke 
presiden dengan grasi terakhir ditolak Presiden Megawati pada 9 Juli 
2004.
>          
> Perjuangan Astini untuk hidup pun berakhir di ujung peluru, namun 
sebagai manusia, Astini yang berasal dari Wonorejo, Surabaya mengisi 
masa isolasi di Rutan Medaeng selama lima hari (15-19 Maret) dengan 
mengajukan permintaan bertemu dengan orang-orang yang dicintai 
menjelang eksekusi.
>          
> Secara marathon di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo, 
Astini bertemu dengan antara lain guru ngaji di Lapas Wanita Malang, 
dua pembina di Lapas Wanita Malang, Kepala Lapas Wanita Malang dan 
wakilnya, keluarga (suami dan dua anak), dan pengacaranya.
>          
> Guru ngaji Siti Rohmah datang bersama Martiningsih dan Lilik 
Sulistyowati (dua petugas Lapas Wanita Malang) dengan didampingi 
Kepala Lapas Wanita Kelas II Sukun, Malang Ny Purwani Suyatmi dan 
seorang petugas Lapas Wanita lainnya bernama Supiasih.
>          
> Mereka datang pada 17 Maret sekitar pukul 14.20 WIB dan hingga 
pukul 17.00 WIB belum keluar, bahkan ada 14 petugas Lapas Wanita 
Malang yang datang menyusul untuk bertemu juga.
>          
> "Astini memang meminta secara khusus kepada Kepala Rutan Medaeng H 
Wibowo Djoko Harjono Bc.IP SH MM untuk bertemu saya, guru ngaji di 
Lapas, dan dua orang pembina selama di Lapas Wanita Malang 
(Martiningsih dan Lilik Sulistyowati)," Kepala Lapas Wanita Kelas II 
Sukun, Malang, Ny Purwani Suyatmi di Surabaya (17/3).
>          
> Selang 10 menit dari kedatangan guru ngaji dan rombongan Kalapas 
Wanita Malang itu, keluarganya datang sekitar pukul 14.30 WIB yakni 
Supilin (60, suami), Pandu Fidiarto (21, anak ketiga), dan Sulastri 
(31, anak pertama).
>     
> Sementara itu, pengacara terpidana Sudiman Sidabukke SH CN MM 
datang bersama anggota tim pengacara Astini yang lain, yakni Ida 
Sampit Karo Karo SH pada pukul 15.40 WIB dan keluar dari dalam Rutan 
Medaeng sekitar pukul 17.15 WIB.
>          
> "Astini meminta kepada Kepala Rutan Medaeng, jika eksekusi hendak 
dilaksanakan, maka dia ingin bertemu pengacara dan bahkan ingin ada 
pengacara yang mendampingi saat eksekusi," kata Sudiman Sidabukke.
>          
> Satu-satunya permintaan terpidana mati yang sempat tertunda adalah 
bertemu dengan anak keduanya bernama Tedy Maryono, namun keinginan 
Astinya akhirnya terpenuhi di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng 
Sidoarjo pada 18 Maret.
>          
> Tedy datang sekitar pukul 10:15 WIB dengan mengenakan pakaian 
celana hitam, T-shirt hitam, jaket hitam, dan topi putih. Pertemuan 
keduanya (Astini dan Teddy) berlangsung sekitar lima jam lebih 
hingga pukul 14:50 WIB di sel khusus wanita No 2.
>          
> "Saya sudah lama ingin bertemu ibu, karena pertemuan terakhir 
sudah terjadi dua pekan lalu di Lapas Wanita Sukun Malang, karena 
itu saya semalam (Kamis malam) menghubungi pendeta Andreas 
Nurmandala untuk menanyakan kondisi ibu dan ternyata menjawab Ibu 
ingin bertemu dengan saya sebagai permintaan terakhir sebelum 
eksekusi," katanya, dengan mata berkaca-kaca.
>          
> Usai Tedy pulang, Astini juga mendapat kunjungan dari kepala 
keamanan Lapas Wanita Sukun Malang Nunuk Mardiati SH dan suaminya 
serta anaknya yang ketiga. Nunuk membawa surat dari karib Astini di 
Lapas yang bernama Mariam yang isinya meminta maaf dan minta kenang-
kenangan berupa pakaian bekas dan pakaian dalam.
>          
> Bahkan, salah seorang anggota eksekutor Jaksa Ariana Yuliastutik 
SH, Astini mengaku sudah ihlas, kemudian berpesan kepada anak-
anaknya agar meningkatkan ibadah dan suaminya tetap bersabar dalam 
mengasuh anak-anaknya.
>          
> Dengan terpenuhinya semua keinginan agaknya menjadi hari terakhir, 
namun kematian Astini juga menjadi saksi bahwa hukum lebih memihak 
orang besar dan bukan orang kecil seperti dirinya.
>          
> "Dia (Astini) memang sadis, karena memotong mayat korbannya, tapi 
saya rasa tetap tidak adil kalau dihukum mati, sedangkan koruptor 
dan bandar narkoba dibiarkan hidup," kata Aisyah, warga Kendangsari, 
Surabaya (17/3).
>          
> Menurut dia, Ny Astini memang tidak berperikemanusiaan, tapi dia 
melakukan karena terpaksa, berpendidikan rendah, dan diolok-olok 
berkali-kali, sehingga harga dirinya tergerak untuk melakukan hal di 
luar kesadarannya.
>          
> "Itu beda dengan koruptor dan bandar narkoba yang melakukan bukan 
terpaksa, tapi untuk menguntungkan diri sendiri, apalagi mereka juga 
bukan orang yang bodoh dan bukan dipengaruhi orang lain," kata 
pedagang sayur itu.
>          
> Senada dengan itu, warga Jalan Jemur Ngawinan, Mukromin, mengaku 
dirinya sempat kaget saat mengetahui Astini akan dieksekusi dalam 
waktu dekat dari media massa, karena hukuman mati bagi orang kecil 
seperti dia tampaknya terlalu berat.
>          
> "Kalau dihukum seumur hidup, saya kira lebih pas untuk membuat dia 
kembali kepada ajaran Tuhan, karena dia selama di penjara wanita di 
Malang juga semakin menjadi orang yang baik dan sadar atas 
kesalahannya," katanya.
>          
> Salah seorang guru SD itu menilai hukuman mati bagi Astini mungkin 
layak jika orang-orang besar yang merugikan rakyat kecil dijatuhi 
hukuman yang sama dan sudah banyak yang mengalami.
>          
> "Rasanya, kok tiba-tiba ada orang kecil akan ditembak, tapi orang 
kecil seperti dia juga banyak yang ditembak karena mencuri sepeda 
motor, mencuri ayam, dan sejenisnya, sedangkan koruptor tak ada satu 
pun yang ditembak," katanya.
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: