[list_indonesia] [ppiindia] Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 20 Mar 2005 20:55:22 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

REPUBLIKA
Minggu, 20 Maret 2005  20:50:00


Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?
Laporan: Edy M Ya'kub

Surabaya-RoL-- Banyak diam, matanya menerawang, rajin salat malam, tak lepas 
dari tasbih, tajam menatap orang-orang dekat, dan berusaha untuk tegar. Itulah 
hari terakhir Astini menjelang nafas terakhir di ujung peluru pada 20 Maret 
2005 pukul 01.20 WIB.
"Selera makannya tidak berubah, tapi dia ingin jaksa menunda hukuman mati untuk 
memperbanyak taubat kepada Allah Yang Maha Kuasa," kata seorang petugas Rumah 
Tahanan Negara (Rutan) Kelas I di Medaeng, Sidoarjo yang melayani terpidana 
mati itu pada 15-19 Maret.
         
Astini tampaknya tetap seorang manusia, meski ibu berusia 51 tahun itu sempat 
kehilangan "kemanusiaan" saat membunuh dan memotong-motong tubuh tiga wanita, 
yakni Sri Astutik dan Rahayu (1992-1993) dan Puji Astutik (4 Januari 1996).
         
Bahkan, faktor yang membuatnya hilang "kemanusiaan" itu juga bersumber dari 
sifat kemanusiaan pula. Dia jengkel, karena dia berutang Rp20 ribu untuk 
anak-anaknya, tapi ditagih terus dan diolok-olok seperti bukan manusia.
         
"Balungan kere, utang Rp20 ribu ae kok nggak nyaur-nyaur (dasar, memang sudah 
potongan orang miskin, utang Rp20 ribu saja tidak membayar)," kata salah 
seorang dari ketiga korban mutilasi Astini yang selalu mengulang kalimat itu 
terus-menerus pada almarhumah.
         
Namun, palu hakim di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya tetap menjatuhkan vonis 
hukuman mati, karena dia terbukti membunuh dengan cara memotong-motong tubuh 
tiga orang korban yang semuanya wanita itu.
         
Astini alias Bu Lastri (ibunya Sulastri, anak pertama Astini) dinyatakan 
bersalah, karena melakukan mutilasi (membunuh dan memotong mayat korban) dengan 
dimasukkan ke dalam tas kresek yang dibuang di beberapa tempat sampah dan 
sungai di Surabaya.
         
Setelah mendapat vonis mati di PN Surabaya itu, Astini pun mengajukan banding 
sampai ke tingkat MA (Mahkamah Agung) dan Peninjauan Kembali (PK), namun 
ditolak dan mengajukan grasi ke presiden dengan grasi terakhir ditolak Presiden 
Megawati pada 9 Juli 2004.
         
Perjuangan Astini untuk hidup pun berakhir di ujung peluru, namun sebagai 
manusia, Astini yang berasal dari Wonorejo, Surabaya mengisi masa isolasi di 
Rutan Medaeng selama lima hari (15-19 Maret) dengan mengajukan permintaan 
bertemu dengan orang-orang yang dicintai menjelang eksekusi.
         
Secara marathon di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo, Astini bertemu 
dengan antara lain guru ngaji di Lapas Wanita Malang, dua pembina di Lapas 
Wanita Malang, Kepala Lapas Wanita Malang dan wakilnya, keluarga (suami dan dua 
anak), dan pengacaranya.
         
Guru ngaji Siti Rohmah datang bersama Martiningsih dan Lilik Sulistyowati (dua 
petugas Lapas Wanita Malang) dengan didampingi Kepala Lapas Wanita Kelas II 
Sukun, Malang Ny Purwani Suyatmi dan seorang petugas Lapas Wanita lainnya 
bernama Supiasih.
         
Mereka datang pada 17 Maret sekitar pukul 14.20 WIB dan hingga pukul 17.00 WIB 
belum keluar, bahkan ada 14 petugas Lapas Wanita Malang yang datang menyusul 
untuk bertemu juga.
         
"Astini memang meminta secara khusus kepada Kepala Rutan Medaeng H Wibowo Djoko 
Harjono Bc.IP SH MM untuk bertemu saya, guru ngaji di Lapas, dan dua orang 
pembina selama di Lapas Wanita Malang (Martiningsih dan Lilik Sulistyowati)," 
Kepala Lapas Wanita Kelas II Sukun, Malang, Ny Purwani Suyatmi di Surabaya 
(17/3).
         
Selang 10 menit dari kedatangan guru ngaji dan rombongan Kalapas Wanita Malang 
itu, keluarganya datang sekitar pukul 14.30 WIB yakni Supilin (60, suami), 
Pandu Fidiarto (21, anak ketiga), dan Sulastri (31, anak pertama).
    
Sementara itu, pengacara terpidana Sudiman Sidabukke SH CN MM datang bersama 
anggota tim pengacara Astini yang lain, yakni Ida Sampit Karo Karo SH pada 
pukul 15.40 WIB dan keluar dari dalam Rutan Medaeng sekitar pukul 17.15 WIB.
         
"Astini meminta kepada Kepala Rutan Medaeng, jika eksekusi hendak dilaksanakan, 
maka dia ingin bertemu pengacara dan bahkan ingin ada pengacara yang 
mendampingi saat eksekusi," kata Sudiman Sidabukke.
         
Satu-satunya permintaan terpidana mati yang sempat tertunda adalah bertemu 
dengan anak keduanya bernama Tedy Maryono, namun keinginan Astinya akhirnya 
terpenuhi di Rutan Kelas I Surabaya di Medaeng Sidoarjo pada 18 Maret.
         
Tedy datang sekitar pukul 10:15 WIB dengan mengenakan pakaian celana hitam, 
T-shirt hitam, jaket hitam, dan topi putih. Pertemuan keduanya (Astini dan 
Teddy) berlangsung sekitar lima jam lebih hingga pukul 14:50 WIB di sel khusus 
wanita No 2.
         
"Saya sudah lama ingin bertemu ibu, karena pertemuan terakhir sudah terjadi dua 
pekan lalu di Lapas Wanita Sukun Malang, karena itu saya semalam (Kamis malam) 
menghubungi pendeta Andreas Nurmandala untuk menanyakan kondisi ibu dan 
ternyata menjawab Ibu ingin bertemu dengan saya sebagai permintaan terakhir 
sebelum eksekusi," katanya, dengan mata berkaca-kaca.
         
Usai Tedy pulang, Astini juga mendapat kunjungan dari kepala keamanan Lapas 
Wanita Sukun Malang Nunuk Mardiati SH dan suaminya serta anaknya yang ketiga. 
Nunuk membawa surat dari karib Astini di Lapas yang bernama Mariam yang isinya 
meminta maaf dan minta kenang-kenangan berupa pakaian bekas dan pakaian dalam.
         
Bahkan, salah seorang anggota eksekutor Jaksa Ariana Yuliastutik SH, Astini 
mengaku sudah ihlas, kemudian berpesan kepada anak-anaknya agar meningkatkan 
ibadah dan suaminya tetap bersabar dalam mengasuh anak-anaknya.
         
Dengan terpenuhinya semua keinginan agaknya menjadi hari terakhir, namun 
kematian Astini juga menjadi saksi bahwa hukum lebih memihak orang besar dan 
bukan orang kecil seperti dirinya.
         
"Dia (Astini) memang sadis, karena memotong mayat korbannya, tapi saya rasa 
tetap tidak adil kalau dihukum mati, sedangkan koruptor dan bandar narkoba 
dibiarkan hidup," kata Aisyah, warga Kendangsari, Surabaya (17/3).
         
Menurut dia, Ny Astini memang tidak berperikemanusiaan, tapi dia melakukan 
karena terpaksa, berpendidikan rendah, dan diolok-olok berkali-kali, sehingga 
harga dirinya tergerak untuk melakukan hal di luar kesadarannya.
         
"Itu beda dengan koruptor dan bandar narkoba yang melakukan bukan terpaksa, 
tapi untuk menguntungkan diri sendiri, apalagi mereka juga bukan orang yang 
bodoh dan bukan dipengaruhi orang lain," kata pedagang sayur itu.
         
Senada dengan itu, warga Jalan Jemur Ngawinan, Mukromin, mengaku dirinya sempat 
kaget saat mengetahui Astini akan dieksekusi dalam waktu dekat dari media 
massa, karena hukuman mati bagi orang kecil seperti dia tampaknya terlalu berat.
         
"Kalau dihukum seumur hidup, saya kira lebih pas untuk membuat dia kembali 
kepada ajaran Tuhan, karena dia selama di penjara wanita di Malang juga semakin 
menjadi orang yang baik dan sadar atas kesalahannya," katanya.
         
Salah seorang guru SD itu menilai hukuman mati bagi Astini mungkin layak jika 
orang-orang besar yang merugikan rakyat kecil dijatuhi hukuman yang sama dan 
sudah banyak yang mengalami.
         
"Rasanya, kok tiba-tiba ada orang kecil akan ditembak, tapi orang kecil seperti 
dia juga banyak yang ditembak karena mencuri sepeda motor, mencuri ayam, dan 
sejenisnya, sedangkan koruptor tak ada satu pun yang ditembak," katanya.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Astini Dieksekusi, Kapan Giliran Koruptor?