** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/12/opini/1600950.htm Sabtu, 12 Maret 2005 Krisis Panduan di Ruang Publik Oleh Garin Nugroho SEORANG ahli tata cahaya panggung dengan keterampilannya mampu memberi fokus pada peristiwa yang diinginkan kepada penonton lewat lampu panggungnya. Akibatnya, penonton mampu mengikuti ide lewat skenario yang dibangun, terdeskripsi babak demi babak, yang mengandung panduan dalam hukum drama yang memikat dan mengajak partisipasi. Keterlambatan dan ketidaktepatan mengarahkan lampu menjadikan penonton kehilangan arah, partisipasi, deskripsi ide, dan bangunan skenarionya. Ilustrasi sederhana itu ditulis Robert B. Reich dalam The Power of Public Ideas, menunjukkan ide atau kebijakan yang lahir dari kepemimpinan mengandung beberapa prasyarat utama, yakni perhatian publik lewat strategi komunikasi, partisipasi yang berproses berdasar pemahaman kebijakan, negosiasi politik, dan mobilisasi yang didukung panutan sosial terhadap nilai kenegarawanan yang lahir dari kepemimpinan. Oleh karena itu, menarik memberi catatan atas kemampuan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam memandu berbagai persoalan di ruang publik mengingat ruang publik sebagai ruang sehari-hari bernegara dan bermasyarakat adalah cermin kualitas roda pemerintahan. "Kami tidak pernah mendengar pengumuman dana bantuan, kok jatuh ke tangan orang- orang mampu, bukan kami yang tertimpa musibah." Demikian keluhan seorang nelayan di Meulaboh, 26 Februari 2005. Bahkan, seorang ibu yang panik bila air pasang setiap ada gempa di Banda Aceh menanyakan, "Mengapa tidak dibuat siaran informasi khusus wilayah bencana sehingga jika terjadi gempa lagi, pemerintah mampu memberi panduan seketika, yang menjadikan masyarakat tidak panik dan termakan berbagai isu tentang datangnya tsunami kedua." "Biaya sosialisasi itu mahal, kami berusaha, namun sosialisasinya tidak cukup muncul di masyarakat, ini juga masalah anggaran yang tidak sesuai waktu dengan penyebaran demam berdarah." Inilah jawaban seorang petugas kesehatan di sebuah radio swasta. Padahal, musibah semacam ini sudah terjadi setiap musim hujan dalam periode beberapa tahun. Hal ini juga berlaku pada kasus tanah longsor di beberapa daerah di Jawa Barat. Simak kasus kenaikan harga BBM, perdebatan senantiasa dilakukan menjelang hari-hari pengambilan keputusan kenaikan harga. Karena itu, jangan heran seorang ibu berucap, "Kenapa yang diomongkan sama terus, kompensasi pengalihan subsidi untuk rakyat miskin, itu-itu terus, dan seluruh pemimpin berlomba menerangkan harga akan dinaikkan. Jika salah satu alasannya adalah kebijakan energi alternatif, jadikan saja kebijakan energi menjadi bagian mata pelajaran dari tahap sekolah dasar." CATATAN sederhana itu sebenarnya merefleksikan beberapa kelemahan panduan pemecahan masalah di ruang pulik. Pertama, ide dan kebijakan pemerintahan SBY tidak disertai secara bersamaan dengan tersedianya strategi komunikasi berbangsa, disertai pilihan skala prioritas terhadap infrastrukturnya. Contoh, strategi pengelolaan media bersifat publik dan untuk publik. Pada aspek ini pemerintahan SBY, meski mau mencoba mengembangkan TVRI ke arah televisi publik, tetapi transformasi itu terasa amat lambat dan tidak menjadi skala priorotas utama. Akibatnya, sosialisasi ataupun konsultasi publik terhadap kebijakan pemerintahan tidak memiliki daya hidup yang mampu memandu masyarakat, khususnya pada peristiwa emergency karena harus ditayangkan di televisi swasta. Yang berarti, modal sosial harus dihadapkan dengan modal ekonomi yang amat mahal dan diseleksi oleh syarat hidup teknokapitalis televisi swasta. Yakni, diukur oleh kepopuleran dalam skala rating dan kemampuan membayar waktu tayang yang amat mahal. Sebutlah, sebuah iklan layanan yang efektif harus membayar sekitar satu setengah miliar rupiah untuk waktu tayang satu bulan. Sejarah transformasi krisis mencatat, saat Korea Selatan mengalami transformasi militer ke demokrasi yang disertai krisis ekonomi, yang pertama dilakukan adalah membangun strategi komunikasi demokrasi dengan mengubah televisi propaganda menjadi televisi publik. Dalam penyaluran dana untuk rakyat miskin, masyarakat Korea Selatan mendapat pemahaman proses, dari prosedurnya, sistem laporan dan monitoringnya, hingga individu yang mendapatkan, termasuk ruang bagi debat pro-kontra. Harus dicatat, salah satu kewajiban televisi publik adalah menayangkan jalannya kerja dan kebijakan pemerintahan dengan kritis dan partisipatif, berdasar nilai pentingnya bagi publik, bukan berdasar rating seperti televisi swasta. Dengan kata lain, pasca-100 hari pemerintahan SBY yang dipenuhi berbagai pencanangan kebijakan, ibarat sebuah bendungan penuh air, yang lamban membangun kanal-kanal untuk mengalirkan air ke sawah dan menggerakkan kerja petani. Kedua, kebijakan dan program kerja pemerintahan SBY tidak disertai kecepatan kemampuan transformasi individu-individu kabinet dari berbagai profesi yang secara umum intelektual untuk menjadi negarawan. Dalam perspektif ini kenegarawanan adalah kepemimpinan yang menjadikan setiap kebijakan yang dicanangkan mampu menjadi milik publik. Dalam istilah kenegarawanan terkandung kesadaran, kualitas dunia sosial kita bukan hanya dibangun oleh dunia kebijakan dan peraturan serta niat baik, tetapi juga cara kebijakan itu diantisipasi secara visioner, distrukturkan, dihubungkan dengan otoritas, dan dikaitkan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sekaligus dinegosiasikan secara terampil dan kadang penuh improvisasi dengan para politikus dan pengamat politik, dan dikelola dalam panduan komunikasi di ruang publik dalam lingkup strategi komunikasi berbangsa. Ketiga, pemerintahan SBY dihadapkan oleh warisan birokrasi yang terus mengalami pergantian kepemimpinan dan percepatan pergantian berbagai undang-undang yang begitu banyak berubah, tetapi juga belum banyak yang mempunyai pedoman pelaksanaannya, termasuk desentralisasi birokrasi. Akibatnya, birokrasi menjadi kehilangan waktu untuk memberdayakan dirinya, termasuk dalam mengelola peran panduan pelayanan masyarakat di ruang publik. Padahal, 60 persen jalannya roda pemerintahan ditentukan pemberdayaan birokrasi pemerintahan. Karena itu, haruslah disambut gembira pencanangan reformasi birokrasi oleh pemerintahan SBY. Sejarah menunjukkan, reformasi Indonesia justru diawali dengan hancurnya panduan komunikasi di ruang publik. Yakni, peristiwa Mei 1998 yang dipenuhi kebakaran dan kekacauan sosial, dilanjutkan berbagai konflik di berbagai daerah. Pada peristiwa itu tidak satu pun pemimpin nasional mampu memberi panduan ke masyarakat di tengah berbagai kepanikan sosial. Yang justru muncul secara luar biasa adalah entrepreneurship alamiah dari masyarakat dalam memecahkan masalah sehari-hari. Sebutlah dalam bentuk paling aktual, pengumpulan dana untuk banjir hingga tsunami Aceh oleh berbagai media cetak atau media audio visual. Inilah sebenarnya modal sosial yang menghidupkan daya hidup bangsa. SEPERTI dipidatokan Nixon dalam Silent Majority tahun 1969, bila dipandang perlu, pemimpin harus siap untuk tidak populer dalam mengambil kebijakan, seperti halnya keputusan SBY menaikkan harga BBM. Namun, Nixon menambahkan, jika sikap itu dijalankan, menjadi kewajiban pemimpin untuk menerangkan dan memandu masyarakat untuk melakukan dukungan lewat pemahaman dan partisipasi. Di sisi lain, catatan di atas mengisyaratkan, pemerintahan SBY belum berhasil melakukan terapi kejut sebagai bagian dari panduan, bahkan sebaliknya, berbagai bencana, musibah dan persoalan gejolak kenaikan harga BBM sebenarnya adalah terapi kejut bagi kemampuan kerja pemerintahan SBY. Maka selayaknyalah pemerintahan SBY tidak sekadar terkejut, tetapi mendapat terapi untuk memperbaiki kemampuan pelaksanaan agenda kerjanya beserta kemampuan panduannya di ruang publik. Pada perspektif ini, kenegarawanan SBY diuji, yakni kewaskitaan mentransformasi gelombang bencana menjadi terapi yang mendorong gelombang panduan untuk kebangkitan. Garin Nugroho Pemerhati Komunikasi Politik; Direktur Yayasan SET (Sains Estetika Teknologi) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **