[list_indonesia] [ppiindia] Krisis Panduan di Ruang Publik

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 11 Mar 2005 22:18:19 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/12/opini/1600950.htm
Sabtu, 12 Maret 2005

Krisis Panduan di Ruang Publik
Oleh Garin Nugroho


SEORANG ahli tata cahaya panggung dengan keterampilannya mampu memberi fokus 
pada peristiwa yang diinginkan kepada penonton lewat lampu panggungnya. 
Akibatnya, penonton mampu mengikuti ide lewat skenario yang dibangun, 
terdeskripsi babak demi babak, yang mengandung panduan dalam hukum drama 
yang memikat dan mengajak partisipasi.
Keterlambatan dan ketidaktepatan mengarahkan lampu menjadikan penonton 
kehilangan arah, partisipasi, deskripsi ide, dan bangunan skenarionya.

Ilustrasi sederhana itu ditulis Robert B. Reich dalam The Power of Public 
Ideas, menunjukkan ide atau kebijakan yang lahir dari kepemimpinan 
mengandung beberapa prasyarat utama, yakni perhatian publik lewat strategi 
komunikasi, partisipasi yang berproses berdasar pemahaman kebijakan, 
negosiasi politik, dan mobilisasi yang didukung panutan sosial terhadap 
nilai kenegarawanan yang lahir dari kepemimpinan.

Oleh karena itu, menarik memberi catatan atas kemampuan Pemerintahan Susilo 
Bambang Yudhoyono (SBY) dalam memandu berbagai persoalan di ruang publik 
mengingat ruang publik sebagai ruang sehari-hari bernegara dan bermasyarakat 
adalah cermin kualitas roda pemerintahan.

"Kami tidak pernah mendengar pengumuman dana bantuan, kok jatuh ke tangan 
orang- orang mampu, bukan kami yang tertimpa musibah." Demikian keluhan 
seorang nelayan di Meulaboh, 26 Februari 2005. Bahkan, seorang ibu yang 
panik bila air pasang setiap ada gempa di Banda Aceh menanyakan, "Mengapa 
tidak dibuat siaran informasi khusus wilayah bencana sehingga jika terjadi 
gempa lagi, pemerintah mampu memberi panduan seketika, yang menjadikan 
masyarakat tidak panik dan termakan berbagai isu tentang datangnya tsunami 
kedua."

"Biaya sosialisasi itu mahal, kami berusaha, namun sosialisasinya tidak 
cukup muncul di masyarakat, ini juga masalah anggaran yang tidak sesuai 
waktu dengan penyebaran demam berdarah." Inilah jawaban seorang petugas 
kesehatan di sebuah radio swasta. Padahal, musibah semacam ini sudah terjadi 
setiap musim hujan dalam periode beberapa tahun.
Hal ini juga berlaku pada kasus tanah longsor di beberapa daerah di Jawa 
Barat. Simak kasus kenaikan harga BBM, perdebatan senantiasa dilakukan 
menjelang hari-hari pengambilan keputusan kenaikan harga. Karena itu, jangan 
heran seorang ibu berucap, "Kenapa yang diomongkan sama terus, kompensasi 
pengalihan subsidi untuk rakyat miskin, itu-itu terus, dan seluruh pemimpin 
berlomba menerangkan harga akan dinaikkan. Jika salah satu alasannya adalah 
kebijakan energi alternatif, jadikan saja kebijakan energi menjadi bagian 
mata pelajaran dari tahap sekolah dasar."

CATATAN sederhana itu sebenarnya merefleksikan beberapa kelemahan panduan 
pemecahan masalah di ruang pulik. Pertama, ide dan kebijakan pemerintahan 
SBY tidak disertai secara bersamaan dengan tersedianya strategi komunikasi 
berbangsa, disertai pilihan skala prioritas terhadap infrastrukturnya. 
Contoh, strategi pengelolaan media bersifat publik dan untuk publik. Pada 
aspek ini pemerintahan SBY, meski mau mencoba mengembangkan TVRI ke arah 
televisi publik, tetapi transformasi itu terasa amat lambat dan tidak 
menjadi skala priorotas utama.

Akibatnya, sosialisasi ataupun konsultasi publik terhadap kebijakan 
pemerintahan tidak memiliki daya hidup yang mampu memandu masyarakat, 
khususnya pada peristiwa emergency karena harus ditayangkan di televisi 
swasta. Yang berarti, modal sosial harus dihadapkan dengan modal ekonomi 
yang amat mahal dan diseleksi oleh syarat hidup teknokapitalis televisi 
swasta. Yakni, diukur oleh kepopuleran dalam skala rating dan kemampuan 
membayar waktu tayang yang amat mahal. Sebutlah, sebuah iklan layanan yang 
efektif harus membayar sekitar satu setengah miliar rupiah untuk waktu 
tayang satu bulan.

Sejarah transformasi krisis mencatat, saat Korea Selatan mengalami 
transformasi militer ke demokrasi yang disertai krisis ekonomi, yang pertama 
dilakukan adalah membangun strategi komunikasi demokrasi dengan mengubah 
televisi propaganda menjadi televisi publik. Dalam penyaluran dana untuk 
rakyat miskin, masyarakat Korea Selatan mendapat pemahaman proses, dari 
prosedurnya, sistem laporan dan monitoringnya, hingga individu yang 
mendapatkan, termasuk ruang bagi debat pro-kontra.

Harus dicatat, salah satu kewajiban televisi publik adalah menayangkan 
jalannya kerja dan kebijakan pemerintahan dengan kritis dan partisipatif, 
berdasar nilai pentingnya bagi publik, bukan berdasar rating seperti 
televisi swasta. Dengan kata lain, pasca-100 hari pemerintahan SBY yang 
dipenuhi berbagai pencanangan kebijakan, ibarat sebuah bendungan penuh air, 
yang lamban membangun kanal-kanal untuk mengalirkan air ke sawah dan 
menggerakkan kerja petani.
Kedua, kebijakan dan program kerja pemerintahan SBY tidak disertai kecepatan 
kemampuan transformasi individu-individu kabinet dari berbagai profesi yang 
secara umum intelektual untuk menjadi negarawan. Dalam perspektif ini 
kenegarawanan adalah kepemimpinan yang menjadikan setiap kebijakan yang 
dicanangkan mampu menjadi milik publik. Dalam istilah kenegarawanan 
terkandung kesadaran, kualitas dunia sosial kita bukan hanya dibangun oleh 
dunia kebijakan dan peraturan serta niat baik, tetapi juga cara kebijakan 
itu diantisipasi secara visioner, distrukturkan, dihubungkan dengan 
otoritas, dan dikaitkan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, 
sekaligus dinegosiasikan secara terampil dan kadang penuh improvisasi dengan 
para politikus dan pengamat politik, dan dikelola dalam panduan komunikasi 
di ruang publik dalam lingkup strategi komunikasi berbangsa.

Ketiga, pemerintahan SBY dihadapkan oleh warisan birokrasi yang terus 
mengalami pergantian kepemimpinan dan percepatan pergantian berbagai 
undang-undang yang begitu banyak berubah, tetapi juga belum banyak yang 
mempunyai pedoman pelaksanaannya, termasuk desentralisasi birokrasi. 
Akibatnya, birokrasi menjadi kehilangan waktu untuk memberdayakan dirinya, 
termasuk dalam mengelola peran panduan pelayanan masyarakat di ruang publik. 
Padahal, 60 persen jalannya roda pemerintahan ditentukan pemberdayaan 
birokrasi pemerintahan. Karena itu, haruslah disambut gembira pencanangan 
reformasi birokrasi oleh pemerintahan SBY.
Sejarah menunjukkan, reformasi Indonesia justru diawali dengan hancurnya 
panduan komunikasi di ruang publik. Yakni, peristiwa Mei 1998 yang dipenuhi 
kebakaran dan kekacauan sosial, dilanjutkan berbagai konflik di berbagai 
daerah. Pada peristiwa itu tidak satu pun pemimpin nasional mampu memberi 
panduan ke masyarakat di tengah berbagai kepanikan sosial.

Yang justru muncul secara luar biasa adalah entrepreneurship alamiah dari 
masyarakat dalam memecahkan masalah sehari-hari. Sebutlah dalam bentuk 
paling aktual, pengumpulan dana untuk banjir hingga tsunami Aceh oleh 
berbagai media cetak atau media audio visual. Inilah sebenarnya modal sosial 
yang menghidupkan daya hidup bangsa.
SEPERTI dipidatokan Nixon dalam Silent Majority tahun 1969, bila dipandang 
perlu, pemimpin harus siap untuk tidak populer dalam mengambil kebijakan, 
seperti halnya keputusan SBY menaikkan harga BBM. Namun, Nixon menambahkan, 
jika sikap itu dijalankan, menjadi kewajiban pemimpin untuk menerangkan dan 
memandu masyarakat untuk melakukan dukungan lewat pemahaman dan partisipasi.

Di sisi lain, catatan di atas mengisyaratkan, pemerintahan SBY belum 
berhasil melakukan terapi kejut sebagai bagian dari panduan, bahkan 
sebaliknya, berbagai bencana, musibah dan persoalan gejolak kenaikan harga 
BBM sebenarnya adalah terapi kejut bagi kemampuan kerja pemerintahan SBY. 
Maka selayaknyalah pemerintahan SBY tidak sekadar terkejut, tetapi mendapat 
terapi untuk memperbaiki kemampuan pelaksanaan agenda kerjanya beserta 
kemampuan panduannya di ruang publik. Pada perspektif ini, kenegarawanan SBY 
diuji, yakni kewaskitaan mentransformasi gelombang bencana menjadi terapi 
yang mendorong gelombang panduan untuk kebangkitan.

Garin Nugroho Pemerhati Komunikasi Politik; Direktur Yayasan SET (Sains 
Estetika Teknologi) 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Krisis Panduan di Ruang Publik