** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Diplomat yang paling ulung adalah Angkatan Perang. Kalau Angkatan Perang kuat ekonomi juga akan kuat. Kalau Angkatan Perangnya lemah, investor akan ragu memasuki negara tsb. Pemerintah dan DPR harus punya target, berapa Skuadron yang HARUS dimiliki tiap lima tahun. Toh, kalau Angkatan Perang kita kuat, bukan untuk saya dan bukan saya yang menikmati. Perkuat terus Angkatan Perang. Ambon <sea@xxxxxxxxxx> wrote: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/21/opi02.html Kekuatan Militer sebagai Pengimbang dan Penggentar Oleh Koesnadi Kardi SATU lagi wilayah kedaulatan Indonesia diklaim oleh Malaysia setelah mereka berhasil merenggut Sipadan dan Ligitan dari tangan kita melalui meja Mahkamah Internasional. Tindakan negara jiran ini membangkitkan rasa persatuan masyarakat dengan timbulnya rasa antipati rakyat Indonesia kepada Malaysia. Didorong oleh rasa nasionalisme yang tinggi dan keinginan yang besar untuk berpartisipasi dalam mempertahankan wilayah kedaulatan RI, rasa antipati tersebut akan bisa semakin besar sebagaimana bergulirnya bola salju manakala tidak bisa ditangani secara baik dan memuaskan (bagi ukuran publik Indonesia). Penanganan secara baik atas tragedi ini nampaknya akan selalu diupayakan oleh Malaysia dan Indonesia, baik melalui jalur politik-diplomasi, namun demikian ada satu kekuatan yang mampu menekan agar penyelesaikan damai yang adil dapat segera diwujudkan, yaitu melalui balance of power (perimbangan kekuatan). Bagi mereka yang memiliki kekuatan militer yang lebih dapat diandalkan, keyakinan akan deterrence power (kekuatan penggentar) menjadi lebih besar sehingga mampu memberikan kekuatan menekan -- sebagai bargaining power -- dalam penyelesaian politik. Kegagalan dalam bidang penyelesaian politik dan diplomasi akan menyebabkan timbulnya clash militer. Pada dasarnya, "perang adalah kelanjutan keputusan politik", kata Clausewitz. Kekuatan Militer sebagai Penggentar Dalam konflik dengan Belanda dalam kasus Irian Barat (sekarang Papua) di awal 1960-an, adalah kekuatan angkatan perang dan mobilisasi umum yang menjadi salah satu penentu perginya Belanda dari wilayah itu. Indonesia saat itu memiliki antara lain 1 skadron pesawat pengebom strategis TU-16 KS dan berbagai macam pesawat tempur Mig, mulai dari Mig 15, Mig 17, Mig 19, sampai dengan Mig 21. Saat itu, peta kekuatan udara ini saja sudah merupakan alat utama sistim senjata udara yang diperhitungkan negara manapun di dunia ini, termasuk negara seperti Belanda. Sedangkan kekuatan tempur yang dimiliki oleh Angkatan Laut RI saat itu adalah sejumlah kapal selam, perusak, hingga jenis penjelajah berat yang kesemuanya dalam keadaan siap-siaga dan berkemampuan penuh. Di masa lalu itu kita telah menerapkan in peace prepare for war, in war prepare for peace (dalam damai bersiaplah untuk berperang, dalam perang bersiaplah untuk berdamai), seperti dikatakan Sun Tzu dalam bukunya yang terkenal The Art of War. Penggelaran kekuatan militer besar-besaran Indonesia saat itu rupanya telah menarik perhatian Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda yang kemudian memberikan hasil pengamatan intelijennya ke Belanda berkaitan dengan persiapan Indonesia untuk menghancurkan kekuatannya di Irian Barat. Barangkali menyadari kekuatannya sendiri yang lebih lemah dan untuk menghindari risiko yang lebih besar, kapal induk Karel Dorman segera ditarik kembali ke Belanda kemudian menyatakan menyerah melalui meja perundingan. Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Sebaliknya, bagaimana dengan kekuatan militer kita saat ini dihadapkan dengan masalah Ambalat? Masih bisakah kita mempraktekkan ajaran-ajaran Sun Tzu yang dua ribu limaratus tahun yang lalu telah mengatakan bahwa the true object of war is peace (tujuan perang yang sebenarnya adalah damai)? Bagaimana bila memang perang kemudian tidak dapat dihindarkan? Sebetulnya, dari makna tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak akan tercapai suatu perdamaian tanpa membangun kekuatan militer yang kuat, karena bila suatu pihak masih merasa dapat mengandalkan kemampuan dan kekuatannya yang dianggap melebihi kekuatan lawannya, maka intimidasi dan provokasi menuju suatu perang tidak akan dapat terhindarkan. Demikian juga Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat perang dingin, karena mereka memiliki kekuatan tempur yang berimbang, mereka tidak pernah berperang secara langsung. Mungkin ini pula jawaban mengapa Pakistan yang belum menjadi negara kaya dan bahkan tidak lebih dari negara kita, tetap memastikan diri untuk membangun kekuatan pertahanannya. Bahkan negara Amerika Serikat pun sebagai negara super power yang memiliki kekuatan militer lebih besar dari 10 negara-negara dalam urutan kekuatan tempur di bawahnya (antara lain Cina, Rusia, India sampai urutan ke sepuluh negara lainnya) masih terus meningkatkan kekuatan militernya. Peningkatan Kekuatan Udara dan Laut Kemampuan angkatan udara dan angkatan laut di era reformasi ini sangat memprihatinkan. Kita harus mengambil pilihan yang tepat, dalam sistem pertahanan nasional kita, dihadapkan dengan kondisi geopolitik dan geostrategis, dimana kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Bila kita semua bijak terhadap rasa nasionalisme kita sendiri, maka sebenarnya secara langsung ataupun tidak, kondisi tersebut telah mengamanatkan bahwa kekuatan udara dan laut Indonesia harus selalu ditingkatkan. Negara kita yang letaknya sangat strategis saat ini berbatasan dengan 9 (sembilan) negara tetangga (Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunai, Filipina, Papua Nugini, Australia, Timor Leste, dan India) di mana tiga dari negara-negara tersebut memiliki perbatasan darat dengan Indonesia. Dari letak geografis dan dari pengalaman pengamatan, negara Indonesia hanya akan dapat dicapai secara ekonomis melalui lautan dan udara. Penguasaan penjajahan Belanda dan Jepang juga terjadi melalui jalur lautan dan udara. Dengan demikian untuk memiliki kemampuan pencegahan terhadap terjadinya invasi militer ke wilayah kedaulatan Indonesia dan untuk mampu mencapai perdamaian seperti apa yang disampaikan Sun Tzu, diperlukanlah angkatan udara dan laut yang selalu ditingkatkan kemampuannya. Agar efektif dan efisien, upaya peningkatan kekuatan udara dan laut harus selalu berkaitan erat dengan sifat dasar operasi udara (the nature of air operations) dan sifat dasar operasi maritim (the nature of maritime operations). Kekuatan udara selain dibangun melalui pesawat-pesawat buru sergap dan pengebom, juga harus dilengkapi dengan pesawat berkemampuan pengintaian atau pengamatan udara dan maritim dan pengendalian udara (control of the air) sedangkan kekuatan maritim harus difokuskan untuk peningkatan kemampuan pengendalian laut (control of the sea) dan proyeksi kekuatan (force projection). Apabila kekuatan udara dan kekuatan laut atau kekuatan maritim dapat ditingkatkan berarti kekuatan penggentar (deterrence power) sebagai salah satu amunisi dalam bernegosiasi secara politik maupun diplomatik akan lebih kuat dan berarti pula tujuan perdamaian akan dapat diwujudkan selain gangguan dan rongrongan terhadap kedaulatan negara yang kita cintai bersama ini akan berkurang atau hilang dengan sendirinya. Bila kita harus kembali kepada ajaran Sun Tzu 'In peace prepare for war, in war prepare for peace', mungkinkah dengan kekuatan tempur yang kita miliki seadanya saat ini, Malaysia akan mundur atau mengurungkan niatnya dan mengakui kedaulatan wilayah kita hanya dengan melalui media politik dan diplomatik? Penulis adalah Marsda TNI, Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Dephan, Alumni Seskoal, Royal College Defence Studies, London *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Do you Yahoo!? Make Yahoo! your home page [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **