[list_indonesia] Re: [ppiindia] Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 22 Mar 2005 09:19:13 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Apakah bukan Ali Sadikin sebagai walikota Jakarta yang menglegalisasikan 
perjudian setelah Pak Harto naik panggung kekuasaan pada pertengahan tahn 
1960-an?

----- Original Message ----- 
From: "Robertus Budiarto" <budiartobobby@xxxxxxxxx>
To: <apakabar@xxxxxxxxxxxxxxx>
Cc: "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Tuesday, March 22, 2005 3:55 AM
Subject: [ppiindia] Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka




TEMPO No. 04/XXXIV/21 - 27 Maret 2005

Ali Sadikin:
Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka

Megawati tersenyum, sebuah duri telah tercabut.  Setelah menjalani hari-hari 
"pengucilan" di kabinet, termasuk  merasakan tandukan PDI Perjuangan, Susilo 
Bambang Yudhoyono  menempuh jalan yang membuat lega semua: keluar dari 
kabinet. Pria kalem yang sering disapa SBY ini berhenti menjadi  Menteri 
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, dan kini  serius membesarkan Partai 
Demokrat, partai yang akan  mengusungnya dalam pemilu presiden 2004.
---------------------------------
 -->ALI Sadikin tak pernah lepas dari kontroversi. Bekas Gubernur Daerah 
Khusus Ibu Kota Jakarta (1966-1977) ini kembali mengusung "ide liar". Di 
depan anggota DPRD Jakarta, bulan lalu ia mengusulkan agar bisnis judi di 
Jakarta mendapat payung hukum. Sebab, "Pemda DKI Jakarta bisa mendapat uang 
Rp 15 triliun per tahun," ujar Ali Sadikin, mantap.

Usulan legalisasi judi bukan barang baru bagi pensiunan letnan jenderal 
marinir yang akrab disapa "Bang Ali" itu. Saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, 
dia pula yang melegalkan judi di Ibu Kota. Hasilnya, saat itu kas DKI 
Jakarta mendapat gelontoran dana segar Rp 20 miliar per tahun. Uang itu 
digunakan untuk membangun jalan, puskesmas, dan gedung sekolah.

Namun, zaman telah berubah. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini mendominasi 
DPRD Jakarta. Partai yang mengusung "semangat Islam" ini jelas-jelas menolak 
legalisasi judi, apalagi sebagai sumber pendapatan resmi Pemda DKI Jakarta. 
"Kami sadar kita butuh uang. Tapi tak harus menghalalkan yang haram," ujar 
Tri Wisaksana, Ketua PKS Jakarta.

Ali tak peduli. Penasihat Gubernur DKI Sutiyoso itu malah mengejek politisi 
partai Islam hanya mencari popularitas dan jabatan. Seperti 34 tahun lalu, 
ketika ia melegalkan judi di Jakarta, ia menantang. "Demi judi, saya rela 
masuk neraka," katanya.

Untuk mengupas polemik legalisasi judi dan pelbagai persoalan Ibu Kota, 
wartawan Tempo Setiyardi dan fotografer Bernard Chaniago pekan lalu 
mewawancarai Ali Sadikin. Meski hanya ditopang satu ginjal cangkokan, lelaki 
kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927, itu masih sanggup melayani dua jam 
wawancara. Berikut kutipannya.

Mengapa Anda mengusulkan agar judi kembali dilegalkan di Jakarta?

Saya ingin bersikap realistis dan tidak munafik. Ketika menjadi Gubernur DKI 
Jakarta (1966-1977), saya melegalkan judi karena pemda tak punya anggaran 
cukup. Padahal saat itu butuh banyak uang untuk membangun sekolah, 
puskesmas, dan jalan. Alim ulama semua meributkan, tapi saya bilang ke 
mereka, kalau mengharamkan judi, mereka harus punya helikopter. Soalnya, 
jalan-jalan saya bangun dari uang judi. Jadi, jalan di Jakarta juga haram.

Jadi, Anda tahu bahwa agama sebenarnya mengharamkan judi?

Ya! Saya tahu judi itu haram. Tapi kita harus memikirkan masyarakat kecil. 
Demi judi, saya rela masuk neraka. Tapi saya yakin Allah mengerti apa yang 
saya perbuat. Saya jengkel dengan orang-orang yang mengaku Islam itu. Mereka 
merasa dirinya malaikat. Mereka masih berpikir seperti abad ke-15.

Bagaimana potret judi di Jakarta sekarang? Apakah akan memberi kontribusi 
besar?

Dari pelbagai sumber saya, jumlahnya mencapai triliunan rupiah per tahun. 
(Ia menyebut nama-nama sumbernya, "Tapi jangan dimuat, off the record," 
katanya.) Kalau judi di Jakarta legal, Pemda DKI Jakarta bisa mendapat uang 
sekitar Rp 15 triliun per tahun. Itu jumlah yang besar. Bisa untuk membangun 
macam-macam. Untuk melanjutkan Proyek Banjir Kanal Timur, mendalamkan 
sungai, membuat rumah susun, membangun jalan-jalan. Proyek-proyek itu tak 
bisa ditunda lagi. Padahal pemerintah tak punya uang untuk menjalankannya.

Siapa penguasa bisnis judi di Jakarta sekarang?

Jangan tanya saya. Tanyakan ke aparat keamanan yang sekarang jadi beking 
mereka. Polisi pasti tahu siapa saja pemain yang ikut terlibat.

Bagaimana bila rakyat miskin ikut bermain judi?

Itu bisa diatur. Judi bisa ditujukan hanya untuk orang kaya etnis Cina. Bagi 
orang Cina, bermain judi adalah budaya. Itu untuk membuang sial. Makanya, 
dulu zaman Belanda kegiatan berjudi juga disahkan. Sekarang sebetulnya 
banyak bisnis judi di Jakarta. Banyak aparat keamanan yang jadi beking. Tapi 
kita ini orang munafik.

Tapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang mendominasi DPRD Jakarta, tak 
setuju usul Anda...

Alaaa, itu.... (Bang Ali mengeluarkan kata mengumpat-Red). Waktu saya bicara 
soal judi di DPRD Jakarta, yang berani bicara cuma satu orang. Tapi di surat 
kabar persoalannya jadi ramai. Kalau berani, suruh PKS bicara dengan saya. 
Saya akan tanya, apakah mereka bisa memberikan pekerjaan ke para 
pengangguran. Apakah bisa memberi uang Rp 15 triliun per tahun untuk 
Jakarta. Kalau memang bisa, bolehlah PKS mengharamkan judi.

PKS juga ingin menghapuskan hiburan malam yang berbau maksiat.

Itu sikap sok-sokan. Mereka harus sadar kita hidup di abad modern. Jangan 
merasa hebat dengan Islam-nya. Pemerintah, pengadilan, tentara, semua orang 
Islam. Tapi toh korupsi nomor satu. Jadi, jangan sombong dengan membawa-bawa 
Islam. Kalau cuma bicara sambil mengutip ayat, itu cuma untuk mencari 
popularitas. Mereka mau jadi penguasa.

Apakah Anda juga setuju dengan lokalisasi prostitusi?

Ya. Saya yang membuat lokalisasi di Kramat Tunggak. Soalnya, ketika itu 
banyak berkeliaran "becak komplet" yang isinya wanita tunasusila. Daripada 
berkeliaran di jalan, lebih baik dibuat lokalisasi khusus. Sekarang juga 
banyak ABG di mal-mal yang menjadi wanita tunasusila. Mengapa tidak kita 
lokalisasi saja? Itu lebih baik. Saya heran Pemda DKI dan DPRD menutup 
Kramat Tunggak. Saya sudah bilang ke Sutiyoso, "Memang nanti Sutiyoso masuk 
surga. Kalau saya, sih, akan masuk neraka."

Anda juga mengusulkan konsep megapolitan, kesatuan Jakarta dan kota-kota di 
sekitarnya. Apa ide dasarnya?

Kota-kota kabupaten itu-Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok-pembangunannya 
harus disatukan dengan DKI Jakarta. Konsep ini telah dirintis sejak zaman 
Bung Karno. Belakangan, kita mengenal sebutan Jabotabek. Kalau perencanaan 
pembangunannya bisa disatukan, kita akan memiliki konsep yang terpadu. 
Mereka dapat saling menunjang.

Apakah mungkin?

Sangat mungkin. Saya mengirim surat ke Presiden Yudhoyono untuk memberi 
masukan soal ini. Saya dan Sutiyoso lalu diterima Presiden membicarakan 
konsep ini. Pada prinsipnya, Presiden mendukung. Beliau bahkan sudah 
terlihat akan bergerak ke arah usulan itu. Untuk menjalankannya, Presiden 
bisa membuat keppres. Tapi akan lebih baik bila pemerintah mengusulkan 
sebuah undang-undang tentang megapolitan itu.

Mengapa perencanaan pembangunan Jakarta dan kota sekitarnya harus jadi satu?

Agar terintegrasi. Banyak contoh kasus akibat perencanaan yang tak sinkron. 
Misalnya persoalan pabrik pengolahan sampah di Bojong, Bogor. Mereka tak mau 
wilayahnya dibuat jadi pabrik sampah. Padahal Jakarta tak punya tanah untuk 
mengolah sampah. Mereka tak tahu bahwa pabrik sampah Bojong dibuat perusahan 
Jerman. Semua sampah diangkut truk khusus yang tertutup. Tak ada sampah yang 
ditimbun di tanah. Semua akan diolah dalam pabrik menjadi batu bata. Pabrik 
itu membutuhkan 1.300 pegawai yang bisa direkrut dari masyarakat sekitar. 
Penolakan itu karena ada yang menghasut. Mungkin juga karena melihat kasus 
di Bantar Gebang, Bekasi. Padahal konsepnya sangat berbeda.

Apakah konsep megapolitan akan mencaplok wilayah Jawa Barat dan Banten?

Konsep ini tak mencaplok wilayah Jawa Barat dan Banten. Sebagai orang Sunda, 
saya tak setuju kalau Jakarta mengambil wilayah Jawa Barat. Konsep ini untuk 
menyatukan perencanaan pembangunan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan 
Depok. Semua jadi satu konsep dan satu arah. Soal administrasi, mereka masih 
ikut Jawa Barat dan Tangerang ikut Banten. Pajak daerah masih untuk mereka.

Mengapa tanggung? Bukankah lebih mudah bila dilebur jadi satu provinsi?

Memang ada yang ekstrem. Bupati Bekasi, misalnya, ingin jadi bagian Jakarta. 
Selama ini mereka merasa ketinggalan. Tapi saya tak ingin Jawa Barat 
kehilangan wilayah. Jawa Barat juga punya sejarah panjang yang harus dijaga. 
Sebagai orang Sunda, saya merasa terhina bila wilayah Jawa Barat dicaplok 
Jakarta. Saya tak ingin kasus Banten terulang. Karena Bandung tak 
memperhatikan Banten, lalu mereka jadi provinsi sendiri. Tapi sekarang 
Banten tak maju-maju. Gubernurnya malah jadi tersangka korupsi.

Bila konsep megapolitan dijalankan, apa keuntungan kota-kota di sekitar 
Jakarta?

Jakarta harus membantu keuangan Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Bisa 
saja Jakarta memberi tiap kota Rp 500 miliar per tahun. Jakarta juga bisa 
memberi bantuan tenaga ahli. Kita harus saling mengisi. Jadi, ini akan 
saling menguntungkan. Saya sudah membicarakan konsep ini di DPRD Jakarta. 
Sekarang menunggu reaksi mereka.

Konsep Anda sejalan dengan gagasan Gubernur Jakarta Sutiyoso?

Saya memang penasihatnya. Saya bilang ke Sutiyoso untuk merencanakan Jakarta 
dengan matang. Dulu saya membuat master plan Jakarta untuk 20 tahun. Itu 
membuat saya dibanggakan oleh masyarakat Jakarta, bahkan oleh rakyat 
Indonesia. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan gubernur selanjutnya. Padahal 
membangun sebuah kota tidak mudah.

Mengapa Anda mau menjadi penasihat Sutiyoso?

Saya tahu dia dimusuhi banyak orang. Dia juga kontroversial. Tapi saya suka 
Sutiyoso karena keberaniannya. Dia juga punya ide untuk Jakarta. Memang 
Sutiyoso harus menerima pelbagai risiko. Selain itu, saya merasa Sutiyoso 
orang yang mengerti adat ketimuran. Dialah satu-satunya Gubernur DKI Jakarta 
yang pada awal jabatannya tahun 1996 menemui saya. Ketika itu Soeharto masih 
memusuhi saya. Sutiyoso datang untuk minta masukan. Gubernur yang lain tak 
pernah melakukan hal itu. Mereka tak tahu adat-istiadat. Padahal, kalau 
mereka datang, mereka yang untung. Itulah sebabnya dulu saya juga mendatangi 
bekas gubernur dan wali kota di DKI Jakarta untuk minta masukan mereka.

Anda resmi diangkat sebagai penasihat Gubernur DKI?

Ya. Sebagai gubernur, dia berhak mengeluarkan SK pengangkatan penasihat 
gubernur. Dengan jabatan itu, setiap bulan saya mendapat gaji Rp 600 ribu. 
Itu saya anggap tambahan saja. Soalnya, sebagai pensiunan gubernur, menteri, 
dan tentara, saya mendapat sekitar Rp 5 juta. Selain itu, pemda juga 
memutuskan saya tak perlu membayar listrik dan air PAM. Saya dianggap 
sebagai tokoh masyarakat.

Apa pendapat Anda soal kondisi Jakarta sekarang?

Makin berat. Kemacetan lalu-lintas terjadi di mana-mana. Saya orang yang 
tidak sabar dan bersikap kepala batu. Makanya saya berharap konsep 
megapolitan itu bisa menolong. Kota-kota di sekitar Jakarta harus menjadi 
satelit yang mandiri. Jadi, mereka harus mengurus kotanya. Ada perkantoran, 
industri, dan lain-lain. Kota Rotterdam di Belanda, misalnya, jumlah 
penduduknya turun karena ada kota-kota satelit di sekitarnya.

Anda pernah membuat perencanaan pembangunan Jakarta untuk 20 tahun. Mengapa 
tak jalan?

Gubernur Tjokropranolo, penerus saya, melakukan gerakan 
de-Ali-Sadikin-isasi. Semua kebijakan saya dihapuskan. Soalnya, ketika itu 
saya mulai bicara keras soal pemerintahan. Bersama Bung Hatta dan Jenderal 
Nasution, tahun 1978 saya mendirikan Yayasan Kesadaran Berkonstitusi. Kami 
melihat Soeharto mulai melenceng. Setelah itu, tahun 1980 saya membuat 
Petisi 50 yang menjadi oposisi bagi Soeharto. Itu membuat saya dianggap 
menjadi musuh pemerintah. Tapi saya merasa Tuhan menjaga saya. H.R. 
Dharsono, Ali Moertopo, dan tokoh lain sudah meninggal. Sampai sekarang saya 
tidak ada apa-apa. Saya malah bisa berlebaran ke Cendana. Soeharto saya 
rangkul dan saya beri sun. Saya tidak menaruh dendam ke Soeharto.

Anda juga tokoh penting dalam sejarah TNI-AL. Bagaimana Anda melihat 
Angkatan Laut kita saat ini?

Saya sedih melihat nasib Angkatan Laut. Padahal kita ini negara maritim, 
tapi kita takut dengan laut. Yang dibesar-besarkan justru konsep teritorial. 
Itu kebijakan yang salah arah. Akibatnya, kondisi AL nyaris lumpuh. Yang ada 
kapal-kapal tua. Bagaimana mungkin berperang dengan Malaysia? Kita bahkan 
tak mampu menjaga perairan kita dari serbuan nelayan asing.

Dulu, apa yang Anda lakukan?

Untuk merebut Irian Barat, tahun 1960 saya lima kali ke Rusia. Ketika itu 
jabatan saya Deputi II Menteri Kepala Staf Angkatan Laut. Kita membeli 150 
kapal perang dari Rusia. Empat belas di antaranya kapal selam. Total harga 
kapal-kapal itu US$ 800 miliar. Karena tak punya uang, kita pinjam dari 
Rusia. Untuk mengoperasikannya, saya mengirim para prajurit kita ke Rusia. 
Nah, melihat kekuatan mesin perang kita, Amerika dan PBB akhirnya 
memerintahkan Belanda keluar dari Irian Barat.

Omong-omong, mengapa Anda masih saja bersikap keras?

Itu sudah bawaan saya. Saya ini kepala batu. Kalau marah sering keluar kata 
"goblok!" Saat jadi gubernur, saya juga sering menempeleng bawahan yang 
salah. Saya juga ikut memukul copet yang tertangkap. Tapi, kalau sudah 
sampai di rumah, saya justru sedih. Saya kemudian sering memanggil 
orang-orang yang saya pukul. Saya tanya tentang keadaan mereka.

Letjen Marinir (Purn) Ali Sadikin

Tempat/tanggal lahir:

   Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927

Pendidikan:

   Sekolah Pelayaran Tinggi, Semarang (1945)
   US Marine Corps School, AS

Karier:

   Deputi II Panglima Angkatan Laut (1959-1963)
   Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja (1963-1964)
   Menko Maritim/Menteri Perhubungan Laut (1964-1966)
   Gubernur DKI Jakarta, dua periode (1966-1977)


---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Small Business - Try our new resources site!

[Non-text portions of this message have been removed]




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx

Yahoo! Groups Links









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: