Lion Air Masih Sebuah Fenomena Sepertinya saya pernah menulis soal ini, tapi nggak apa-apa kalau saya ulangi lagi ya. Karena saya masih melihat fakta bahwa Lion Air ini masih sebuah fenomena. Fenomena apa? Lion Air fenomenal dengan membeli banyak pesawat dari Boeing, dengan kontrak yang mahabesar. Seorang rekan yang konsen pada penerbangan sempat share news dengan komentar, "itu pesawat mau diparkir dimana?". Saking tampak kurang sesuainya pesawat-pesawat itu dengan luas landasan parkir di Indonesia. Bahkan sampai ada Barrack Obama di penandatanganan kontrak. Ini jelas fenomena. Lion Air juga fenomenal karena masih menjadi penerbangan yang konsisten sebagai penerbangan yang 'garing'. Maksud saya, sepanjang perjalanan di kelas ekonomi, nggak dapat apa-apa. Makan nggak, minum nggak, permen nggak. Kalau mau ada, ya beli. Bisa dimaklumi. Ini adalah bagian dari posisi Lion sebagai Low Cost Flight dengan slogan We Make People Fly. Lion Air tentunya menjadi maskapai yang sering masuk di blog, status, twitter, sampai surat pembaca dalam hal keluhan. Saya sendiri pernah, sudah duduk nyaman, lalu disuruh KELUAR dengan alasan GANTI PESAWAT, JUMLAH PENUMPANG DIKURANGI! Untunglah waktu itu mereka baik-baik, jadi saya nggak ngamuk. Lagipula saya mau liburan waktu itu, nggak keburu-buru juga. Saya juga pernah masuk TV gara-gara menjadi korban antrian panjang refund tiket waktu erupsi Merapi 2010. Lumayan to, bisa masuk TV. Saya juga pernah menunggu 4 jam atas BAGASI saya yang isinya BROWNIES yang ketinggalan di bandara Soekarno Hatta. Saya juga pernah ikut teman yang BAGASI-nya semacam hilang. Dibilang semacam karena begitu kami sampai Taman Anggrek, itu bagasi ketemu dan kami disuruh balik. Dan banyak kejadian lain yang mungkin kadar emosinya lebih tinggi. Termasuk penerbangan ke Medan, Desember 2011 silam, tanggal 24. Saya lihat ada wanita muda marah-marah karena dibilang terlambat dan disuruh bayar. Lion Air juga fenomenal karena hampir di setiap travel agent menganggap konsumen akan membeli tiket Lion Air. Saya datang di 5-6 travel agent yang berbeda di berbagai kota dan ketika duduk serta bilang tujuan, maka seketika travel agent bergerak memberikan harga, TANPA BERTANYA, maskapai apa yang hendak saya pakai. Tapi, berbagai keluhan itu, apakah menurunkan minat orang pada Lion Air? Sama sekali tidak, saudara-saudara! Silahkan masuk ke terminal 1A dan 1B di Soekarno Hatta. Antrian panjang adalah pemandangan wajar. Tidak bisa dipungkiri bahwa Lion Air adalah pemilik jalur penerbangan terbanyak di Indonesia dengan harga yang menjadi standar-nya. Artinya? Seberapapun keluhan, itu tenggelam di dalam arus demand yang tinggi. Itulah kejadiannya. Apalagi, banyak kantor yang menetapkan Lion Air sebagai pilihan pertama perjalanan dinas terkait dengan biaya standar yang diperlukan. Tambah fenomenal lagi dengan pilot-pilot yang memakai narkoba. Pilot-pilot karena yang sudah tertangkap lebih dari 1. Niatan bagus dari Lion Air ketika menyebut bahwa tidak ada lagi kru yang memakai narkoba. Ini mungkin fenomena bisnis. Dimana-mana kalau banyak komplain dan berita macam narkoba ini, akan mengurangi demand. Tapi, apakah demand Lion Air berkurang? Tampaknya sama saja, tidak ada perubahan. Segala komplain dan berita itu tampaknya berjalan di jalur yang berbeda dengan demand. Bukan begitu ? benuuul ...............