[breaktime-corner] Peneliti Jepang Menampar Tim Peneliti Indonesia

  • From: "gunawan prakoso" <gunawan.prakoso@xxxxxxxxx>
  • To: <tea-corner@xxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 9 Feb 2012 17:19:37 +0700

Peneliti Jepang Menampar Tim Peneliti Indonesia

 

Description: Description: 13287675331808590150

 

 

Mukaddimah

Membelalak mata saya saat menyaksikan report riset dari Tim Peneliti Japan
International Cooperation Agency (JICA-Jepang). Mereka benar-benar "teliti"
dalam misi penelitian, bayangkan saja; jumlah peluru stapler mereka catat.
Ya ampun, belum pernah saya melihat institusi di Indonesia mengetahui jumlah
"anak" kelip yang dipakai dalam seminggu atau sebulan. Kalau laporan
penggunaan per-dos stapler, ya saya biasa baca dalam laporan. Tapi ini, anak
peluru stapler yang sekecil itu, mereka rincikan.. Alamak..!

Yang lebih mengherankan lagi, ketika saya bertanya: "Apa sih tujuan Anda
datang ke negaraku untuk meneliti kesehatan dan kesakitan orang Indonesia?".

Belum selesai pertanyaan pertamaku, saya ajukan lagi pertanyaan kedua: "Apa
untungnya Anda melakukan penelitian di Indonesia?.

Togawa yang merupakan "anak muda" Jepang tersenyum dengan pertanyaanku dan
dengan pelan anak muda ini menjawab. Researh Leader Safe Motherhood dan
Baseline Survey ini berkata: "Kalau rakyat Indonesia sehat, ekonomi kami
makin maju". Bingung juga saya atas jawabannya, seolah gak connect antara
pertanyaanku dengan jawaban Togawa.

Iapun melanjutkan perkataannya: "Kalau rakyat di sini sakit, mereka tidak
bisa bekerja, tidak bisa menghasilkan uang. Kalau di sini tak ada uang,
bagaimana kami bisa menjual mobil, motor, televisi, komputer?. Kami tak
punya sumber daya alam. Kami hanya punya teknologi, kalau tak ada yang beli,
negara kami mau hidup dengan cara apa?. Kami berharap rakyat di sini sehat,
bekerja menghasilkan uang dan membeli barang-barang kami agar negara kami
tetap eksis". Terdiam juga saya mendengarkan penjelasan anak muda Jepang
yang sangat disiplin ini.

* * *

Barusan saya menyaksikan sebuah kantor tidak gaduh, tak ada cerita apalagi
teriakan. Staf peneliti ini masing-masing asyik di mejanya dan konsentrasi
bekerja. Teramat jarang saya menyaksikan mereka membuka-buka handphone
apalagi menelpon. Kalaupun mereka menerima telpon, bicaranya singkat dan
selalu ditutup dengan ucapan: "Maaf, saya lagi di kantor"

Okelah, saya terima gaya hidup disiplin saudara-saudara kita dari Jepang
ini. Yang tak kalah "ironisnya" seorang kawan yang berhalangan turun ke
lapangan dengan alasan sakit, peneliti Jepang ini meminta surat keterangan
sakit. Bukan hanya itu, ia menelpon langsung dokter yang memberikan surat
keterangan sakit. Ketahuanlah bahwa kawan saya ini memberikan surat
keterangan sakit palsu.

Akhirnya, kawan saya ini diberhentikan sebagai tim peneliti. Luar biasa.
Sebuah kultur yang menamparku, sebab saya dan mungkin Anda kerap mengambil
alasan yang paling rasional dan dapat dimaklumi yakni: SAKIT.

* * *

Etos Moral dan Academy of Achievement

Saya tak lagi menyebutkan etos kerja di sini, sebab bangsa kita telah
memahami bagaimana pekerja kerasnya orang Jepang. Saya menggunakan istilah
Etos Moral. Mengapa?. Sebab mereka benar-benar bertanggungjawab secara moral
jika mereka melakukan human error. Mereka meminta maaf dan berusaha keras
memperbaikinya lagi. Tak seperti saya, Anda atau mungkin bangsa Indonesia
pada umumnya yang suka melempar kesalahan kepada orang lain.

Academy of Achievement yang mereka peragakan bersama tim Indonesia dalam
Proyek PRIMA KESEHATAN sungguh tak mampu kusamai, kawan-kawan saya
geleng-geleng kepala. Pernah sekali terjadi, metodologi riset ditemukan
kesalahan, dan membuat para peneliti Jepang itu melakukan briefing mendadak,
mereka cemas. Sedangkan kami peneliti Indonesia tenang-tenang saja. 

Mereka dalam kecemasan serius. Mereka resah. Akhirnya, hasil keputusan
briefing mendadak mereka: PENELITIAN DIULANG. Karena menurutnya, ini sangat
prinsip, subtansi sebab cara menelitinya yang salah.

Wih..!!!.

Rasanya penelitian ulang di negara ini jarang saya temui hanya persoalan
"sepele" dan tersadarlah saya bahwa mereka benar-benar menampar saya dan
mungkin para peneliti Indonesia yang "kreatif" memodifikasi kesalahan
absolut menjadi kebenaran nisbi. Mereka benar-benar mengoptimalkan motto:
"Peneliti boleh salah tapi tidak boleh bohong.!!!".

 

JPEG image

Other related posts:

  • » [breaktime-corner] Peneliti Jepang Menampar Tim Peneliti Indonesia - gunawan prakoso