[nasional_list] [ppiindia] udah liat webnya sby ? http://www.presidensby.info

  • From: "Ari Condro" <masarcon@xxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 15 Feb 2006 15:32:49 +0700

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **akhirnya bisa baca juga dialog 
lengkapnya sby dengan tylla subiyantoro di
India yang sempat menghebohkan kemarin itu.

salam,
Ari Condro


New Delhi, India, Kamis, 24 Nopember 2005

Dialog dengan Masyarakat Indonesia di India


TRANSKRIPSI
DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN MASYARAKAT INDONESIA DI INDIA
PADA ACARA
PERTEMUAN DENGAN MASYARAKAT INDONESIA DI INDIA
NEW DELHI-INDIA, 24 NOVEMBER 2005



Duta Besar RI untuk India

Terima kasih Bapak Presiden,
Mudah-mudahan para Hadirin sepakat dengan saya bahwa Bapak Presiden telah
menyampaikan pemikiran-pemikiran, pandangan-pandangan, harapan-harapan dan
bahkan informasi dengan jelas dan lugas dan saya ingin para Hadirin sepakat
dengan saya bahwa semuanya mudah dipahami. Saya tidak ingin mengambil waktu,
karena yang paling penting pada acara ini, seperti yang beliau sampaikan
tadi, beliau ingin mendengar suara dari kawan-kawan yang tinggal di India,
terutama mahasiswa barangkali.

Untuk menyingkat waktu, saya mulai sesi kita ini dengan pertanyaan
barangkali, satu atau tiga dulu pertama. Tolong disebukan nama anda,
darimana, yang jelas, dan kalau pertanyaannya kalau bisa jelas dan singkat.
Silahkan.


Doni Rifai,

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya di sini. Perkenalkan
nama saya Doni Rifai, 30 tahun. Saya khusus datang dari Bangalore untuk
berbicara dengan Bapak-bapak sekalian. Saya adalah satu-satunya expatriate
indonesia yang bekerja di Bangalore. Bidang saya adalah informasi dan
teknologi, saya bekerja Jerman, kemudian perusahaan tempat saya bekerja
mengirim saya ke sini untuk membangun teknik informasinya India.

Ada beberapa hal yang ingin saya pertanyakan kepada Bapak, pertama mengenai
background India. Saya punya tim yang di Bangalore, di sini, jadi saya tahu
bahwa misalnya ada beberapa hal yang mengatakan mereka pintar-pintar,
jago-jago, tapi menurut saya, banyak orang Indonesia yang lebih pintar dari
mereka. Kemudian masalah, mengapa mereka maju, mengenai masalah bahasa
Inggris, itu penting, tapi ternyata bukan masalah yang esensial. Kalau kita
ada meeting, tim dari saya dari Jerman dengan orang India di sini, banyak,
satu meja ingin . akan tetapi hasilnya juga mentoknya di stuck di, kalau
tanpa kontrol yang dengan mereka.

Tapi ada satu hal yang saya ingin sampaikan, bahwa mereka maju karena ada
lobbying dari mereka, orang-orang India yang di luar negeri, selalu
mempromosikan bahwa India adalah tempat yang bagus untuk investasi. Kalau
boleh diijinkan, saya bekerja di perusahaan IT Jerman, FAT, itu merupakan
perusahaan IT yang terbesar di Eropa. Saya tidak mau lama-lama, ada satu
konkret yang saya ingin sampaikan, peluang dari bangsa Indonesia yang dapat
dimanfaatkan ialah mengenai research and development, sementara ini
dilakukan di Jerman, karena mungkin orang-orang Jerman berpengalaman, tapi
begitu produk itu dikirim ke pasaran, itu semua diusahakan jatuh ke India.
Nah, apabila kita bisa mengambil 5%, 10% dari kemungkinan itu, itu akan
membuat bisnis baru di Indonesia Pak.

Akan tetapi, saya hanya seorang employee, saya minta bantuan Bapak karena
Indonesia ketinggalan beberapa tahun dari negara ini. Kalau kita ingin
mengejar, kita butuh satu hal yang mungkin negara lain tidak melakukannya,
misalnya yang Bapak lakukan waktu Bapak di Amerika dengan Microsoft. Mungkin
Bapak atau utusan Bapak dapat datang ke Jerman, membujuk mereka datang ke
Indonesia, kita akan memberikan infrastruktur yang lebih dari negara lain.
Saya bersedia untuk kembali ke Indonesia, membangun dengan skill yang saya
punya, pengalaman di Jerman dan India, karena saya tahu bahwa sebenarnya
orang Indonesia itu pintar-pintar Pak.

Terima kasih.


Presiden Republik Indonesia

Terima kasih.
Saya senang sekali mendengar semangat, komitmen dan pikiran-pikiran
sepertiini. Terus terang, saya lebih bangga dari yang lain barangkali
tentang bangsa kita. Waktu saya berkunjung ke Microsoft di Seattle, ada 40
orang semuda adik-adik ini, yang ternyata memiliki potensi yang luar biasa.
Dan katanya, maukah suatu saat disamping bekerja untuk Microsoft, juga
bekerja untuk tanah air kita. Mereka mengatakan, mau Pak Presiden.

Disamping itu, di dalam negeri sendiri, saya juga bangga melihat putra-putri
Indonesia, sekarang ini, menghasilkan produk-produk yang tidak kalah dengan
negara-negara lain. Kemarin di PT Pal di Surabaya, ada produk kapal tanker
yang luar biasa, technical-nya, yang tidak kalah kualitasnya dengan bangsa
lain. Perusahaan dirgantara kita, karena ada krisis kemarin, ada masalah,
dalam waktu dekat insya Allah akan tumbuh kembali, dan juga memiliki
teknologi yang tidak bisa dianggap remeh. Demikian juga yang lain.

Oleh karena itu, pemerintah sudah menetapkan suatu kebijakan dan telah saya
sampaikan kemarin, waktu saya meninjau HAL dan DAL di Bangalore maupun di
Infosys di Bangalore, bahwa sistem senjata, peralatan, termasuk IT yang bisa
diproduksi di dalam negeri oleh industri-industri di dalam negeri, wajib
hukumnya diproduksi di dalam negeri. Tetapi yang belum bisa diproduksi di
dalam negeri, kita bekerja sama, bermitra dengan negara lain, dengan
industri lain, tetapi akhirnya nanti terjadi transfer of technology atau
kerjasama yang lain yang bisa mengembangkan pengusaan di dalam negeri. Ini
semata-mata untuk membangkitkan, memberi peluang, memberikan jalan, agar
industri tanah air kita sendiri tumbuh dengab baik.

Yang namanya lobi, ini terus kita jalankan dengan luar biasa, ini para
menteri sering mendampingi saya. Ini baru datang, saya kenalkan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Aburizal Bakrie. Ini saya kenalkan,
kalau orang tanya, siapa sale person nomor satu di Indonesia, tiada lain ya
Presiden. Saya mulai dari Tokyo, Beijing, Shanghai, Hanoi, Washington, New
York, mana lagi? Sydney, Wellington, Korea, seperti Busan, mesti saya
bicara, "please come to Indonesia. Invest now, not tomorrow, not later, but
now", dan seterusnya dan seterusnya.

Siang ini, setelah pertemuan, juga akan bicara juga dengan business cycle di
Indonesia. Saya jualan, menteri-menteri jualan, Kadin jualan, anggota DPR,
DPD pun ikut lobi, untuk kepentingan Negara kita. Oleh karena itu, akan saya
teruskan langkah-langkah ini. Terima kasih sarannya, saran anda benar. Kami
melobi, kami membikin peluang, menciptakan peluang, please, anda yang
muda-muda dengan kemampuan yang baru, menjadi bagian dari pengembangan itu.

Kemudian tadi yang terakhir, Jerman. Kita punya kerjasama dengan Jerman yang
baik, itu sebenarnya. Insya Allah dalam kunjungan saya ke Jerman nanti, saya
sendiri yang akan datang. Saya sendiri yang akan mengajak kerjasama dan
dilanjutkan oleh beliau-beliau. Oleh karena itu, kami akan bekerja,
memperluas kesempatan, memperluas kerjasama, dan adik-adik yang memiliki
kemampuan yang tidak kalah dengan putra-putri bangsa lain, tolonglah, mari
kita bergabung dan membangun kembali negara kita. Di tanah air, kita
perbaiki semuanya, iklim bisnisnya, hukumnya, kebijakan pajaknya, kebijakan
custom-nya, kebijakan investasinya, dan segala macam. Biar orang tidak
enggan datang ke Indonesia. Kalau iklimnya jelek, tidak akan mau, meskipun
saya bujuk sehari tiga kali, lebih baik ke Vietnam, lebih baik ke China,
lebih baik ke Laos dan lain-lain. Jadi, kita juga, lobi iya, tapi
memperbaiki iklim dalam negeri juga.

Kemudian yang terakhir, ajak teman-teman, pada saatnya nanti, kita siapkan
dulu, bergabung kembali, kita masih ingat, namanya BJ Habibie muda dulu, itu
dipanggil ke tanah air pada tahun 1974, dan ternyata beliau bisa
mengembangkan teknologi yang luar biasa di Indonesia. Saya mimpi, ada
Habibie-Habibie baru, scientist, pure scientist yang bisa membikin banyak
kemajuan di tanah air kita.

Terima kasih.


Duta Besar RI untuk India

Tambah lagi satu pernyataan barangkali. Perempuan, lady.


Tina Subiyantoro

Selamat siang, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya.
Saya Tina Subiyantoro, saya mahasiswa di sini. Saya sedang melaksanakan
course master of comparative law. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya
ajukan mengenai kebijakan-kebijakan yang pemerintah keluarkan, khususnya
dalam bidang pendidikan.

Kenapa saya datang ke sini, ada dua alasan. Yang pertama karena kualitas,
yang kedua karena keterjangkauan biaya pendidikan di sini. Kualitas, kita
tahu bahwa sekarang kualitas pendidikan di Indonesia sudah, mohon maaf,
tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara seperti India atau Australia,
New Zealand dan sebagainya. Karenanya saya datang ke sini, saya bersekolah
di sini.

Kemudian, biaya pendidikan. Biaya pendidikan Indonesia sekarang saya pikir
agak sulit terjangkau oleh masyarakat kebanyakan, terutama pendidikan
tinggi. Untuk tahun lalu, ketika saya mau daftar untuk ikut program notariat
di sebuah universitas negeri ternama, saya harus bayar admission fee, untuk
admission fee ini saya harus bayar 50 juta rupiah. Itu adalah angka yang
sangat tidak masuk akal dan luar biasa, mengingat kualitas pendidikan kita,
dimana master di Indonesia, kalau saya mau ambil Ph.D di luar pun tidak
diakui, harus mengulang dari master lagi. Sementera di sini, untuk satu
program hingga selesai, saya hanya perlu membayar 50 US Dollar, dua tahun
program master profesional.

Kemudian produk pendidikan di sini, ternyata saya lihat pemerintah India
punya sensitifitas yang lebih besar pada masyarakat untuk hal-hal yang
krusial, seperti pendidikan. Pendidikan di sini sangat murah. Untuk orang
India, untuk masyarakat India asli, mereka hanya harus membayar 700 rupees
untuk satu program profesional. Tujuh ratus rupees itu kurang lebih sekitar
150-160 ribu rupiah untuk satu program. Sehingga, kalau tadi saya menyambung
pernyataan Bapak Presiden mengenai pembangunan resources di Indonesia, jelas
kita jauh ketinggalan dibanding India, dengan kualitas yang jauh lebih baik,
pendidikannya, saya merasakan. Saya lulusan UI di Jakarta, di Indonesia yang
ditenggarai sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia. Saya
sekolah di sini, dan saya bandingkan, jauh sekali. Dari mulai kualitas
pengajaran, kualitas pengajar, beberapa dosen saya adalah juga pengajar di
Harvard dan Cambrige, supervisor saya adalah ketua organisasi internasional
untuk intellectual property, yang sangat mudah ditemui, yang sangat mudah
diajak diskusi mengenai apa saja, dengan biaya pendidikan yang sangat murah.
Dan satu lagi, buku-buku di sini sangat murah, karena negara punya kebijakan
subsidi untuk itu.

Kedua, untuk informasi, untuk akses informasi, untuk berlangganan dua koran
sekualitas Tempo dan Jakarta Post plus satu majalah sekualitas Tempo, saya
cuma butuh mengeluarkan uang 100 rupees atau 25 ribu rupiah untuk satu
bulan. Karenanya tidak heran kalau India punya resources yang jauh lebih
bisa bersaing di Condova. Dengan biaya pendidikan yang luar biasa, adik saya
ingin masuk ke universitas negeri, dengan jalur UMPTN, oke, harus bayar 13
juta.

Jadi saya pikir ada beberapa perubahan yang harus dilakukan untuk kebijakan
pendidikan, mengingat satu lagi juga yang saya tahu dana APBN untuk
pendidikan itu masih jauh di bawah dana APBN yang seharusnya, sesuai
amandemen UUD'45 yang keempat, harusnya kita punya minimal 20% APBN untuk
pendidikan, tapi sekarang, kalau saya tidak salah cuma 9%, sampai detik ini.
Jadi saya pikir, kalau kita mau memulai bersaing, memulai membangun, ya kita
bangun resources kita, saya pikir ada baiknya kalau Negara membuat kebijakan
yang lebih layak dan terjangkau untuk pendidikan ini.

Terima kasih.


Presiden Republik Indonesia

Ya, terima kasih.
Saya hormati semangat, idealisme dan bagaimana keinginan Adik untuk negara
kita memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik. Sebagian dari statement
anda saya setuju, betul seperti itu. Sebagian, barangkali belum tentu
akurat. Saya mengikuti sembilan kali pendidikan di luar negeri. Kelas saya,
pendidikan yang saya ikuti, kalau saya bandingkan juga dengan pendidikan
yang saya lakukan di Indonesia, ada yang sama, bahkan ada yang lebih bagus.
Jadi mungkin realisasi pendidikan di Indonesia itu mesti lebih buruk dari
pendidikan di negara lain, kurang tepat. Itu yang pertama.

Yang kedua, betul. Pendidikan itu bukan hanya budget, bukan hanya policy,
tapi juga kungkung, juga environment, juga sejarah. Katakanlah biaya.
Mungkin semua tidak langsung mengikuti apa pergulatan kami untuk
meningkatkan anggaran pendidikan di tanah air. Menuju 20% itu menjadi
prioritas. Terus kita naikkan dari tahun ke tahun. Kalau anda tahu persis
bentangan APBN kita 2004, 2005, 2006, katakanlah tahun ini 539 trilyun,
tahun depan 650 trilyun, begitu kita bagi, pengentasan kemiskinan,
kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan lain-lain, maka akal sehat kita
mengatakan, memang harus ada tahapan yang bagus, menuju ke 20% APBD maupun
APBN sebagai angka minimal. Nantinya, ketika kita ingin meningkatkan biaya
itu.

Tetapi bukan hanya itu, tentu kita hanya menunggu sampai 20% dari total
anggaran itu. Kita pun sekarang, kalau sebagian mengikuti, saya tidak tahu
apakah mengikuti terus-menerus langkah-langkah kami di dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Dalam waktu dua, tiga, empat tahun ke depan,
sebenarnya, prioritas kita adalah pendidikan dan kesehatan. Yang ingin kita
capai sembilan tahun wajib belajar, itu murah, berkualitas dan bebas. BOS
sudah kita berikan. Kita sedang membangun, merenovasi gedung-gedung. Kita
sedang memikirkan bagaimana text book, atau bahan ajaran yang lebih
terjangkau, sambil juga membebaskan biaya tertentu dan juga meningkatkan
kesejahteraan guru. Dengan demikian, mudah-mudahan dari tahun ke tahun itu
kualitasnya bisa meningkat. Disamping kesehatan kita memprioritaskan orang
miskin atau setengah miskin berobag di Puskesmas dan di rumah sakit kelas
tiga gratis. Ini yang kita lakukan. Tentunya tidak cukup, belum cukup.

Sejalan dengan pemerintah mengeluarkan anggaran lebih banyak, dengarkan,
saya ngomong anda dengarkan. Waktu anda bicara, saya dengarkan. Sejalan
dengan pemerintah meningkatkan anggaran untuk pendidikan, sejalan dengan
pemerintah membangun lebih banyak gedung-gedung, harapan saya, kinerja para
guru itu juga meningkat. Karena bukan hanya biaya, tapi proses belajar
mengajar, kurikulum, metode pengasuhan, bahan ajaran, evaluasi yang tepat
itu juga bagian dari pendidikan yang baik. Kita harus melaksanakan suitable
access, ya pemerintah, ya masyarakat luas, ya orang tua, ya guru, ya
manajemen sekolah atau pendidikan betul-betul jangan melakukan sesuatu yang
tidak produktif apalagi membebani biaya-biaya yang tidak perlu, tapi justru
meringankan, menuju ke yang kita harapkan.

Saya harus jujur mengakui, bahwa diperlukan langkah besar untuk memajukan
pendidikan kita menuju ke level yang kita harapkan makin dekatlah dengan
negara-negara lain, seperti India, Amerika Serikat, barangkali, Jepang,
Korea dan lain-lain. Tetapi tetaplah kita tidak berkecil hati, pergulatan
yang panjang, saya minta nanti kembali dari India, tolong berikan masukan,
saran, apapun, untuk membantu kami. Nanti kalau saya sudah tidak menjabat,
pengganti-pengganti saya, menteri-menteri baru, agar tidak sia-sia upaya
kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Biaya, demikian juga bahan ajaran. Sekarang begini, betul masalah text book
ya, masalah bahan ajaran. Sekarang kalau saya turun ke desa, "Bagaimana Bu?"
"Alhamdulillah Pak, BOS-nya sudah ada". Saya ketemu orangtua, "Gimana?"
"Alhamdulillah Pak, BOS, kita tidak bayar lagi, gedungnya lumayan, mulai
diperbaiki. Tetapi kami masih belum bisa mampu beli buku, karena harganya
mahal dan tiap tahun ganti". Kami sedang berpikir, Adik-adik, bagaimana
India ini kan murah bukunya. Apakah model India, atau model negara lain,
buku berlaku lima, enam tahun. Kalau ada update, tinggal dimasukkan sebagai
supplement, jadi seperti itu. Kalau matematika, kemudian statistik, kemudian
ilmu-ilmu yang seperti itu, saya kira jarang ganti. Tetapi sejarah
perkembangan politik, mungkin disisipkan 10 halaman, 20 halaman. Tujuannya,
supaya terjangkau, tujuannya tidak mahal, tujuannya betul-betul mereka
diringankan. Kalau pendidikan mereka merasa tidak mahal lagi, peluang makin
besar dan kita tingkatkan juga policy of university nanti, saya juga
tantang, masa nggak ada sih, universitas di Indonesia yang masuk rangking
500 atau 100 gitu, mestinya bisa. Insya Allah suatu saat. Kalau pendidikan
makin baik, kesehatan makin baik, murah-murah, penghasilan yang rendah bisa
digunakan untuk yang lain, untuk quality of life.

Jadi seperti itu. Terima kasih atas masukkannya, dan mudah-mudahan bantu
saya nanti kalau pulang ke tanah air. Supaya your dream becomes true, its
our dream juga. Kita ingin, karena sebetulnya orang-orang kita tidak kalah
dengan orang lain, hanya tingkat ekonomi kita, sistem kita yang harus kita
benahi, dan lain-lain. Terima kasih.


Duta Besar RI untuk India

Sekarang sudah jam satu lewat lima. Jadi saya mengharapkan pertanyaan
terakhir jangan menjadikan kita makan siang jam dua. Disingkat saja.


Gusman Masga

Terima kasih Pak.
Kebetulan saya memang tadi malam baru nyampe dari Indonesia, dan saya dari
Aceh Pak, oleh karena itu saya ingin bicara dengan Bapak. Dan kebetulan saat
ini memang sangat kondusif.

Nama saya Gusman Masga, program pasca sarjana di Aligan Moeslem University.
Awal Agustus saya kembali Pak, kebetulan sebelum perdamaian, dua minggu
sebelum perdamaian, saya akui memang kondusif sekali keamanan. Sampai
sekarang alhamdulillah, seperti apa yang Bapak katakan tadi, dari Ramadhan
sampai lebaran, alhamdulillah. Tetapi ada beberapa hal yang ingin saya
sampaikan kepada Bapak, terutama kekecewaan masyarakat yang terutama saya
dari Aceh Tengah Pak, Galilen, yang kebetulan memang sangat cinta Merah
Putih. Kalau Bapak ke sana Pak, insya Allah Bapak melihat di bukit-bukit ada
bendera sampai sepanjang 15x7 meter Pak, sampai sekarang masih ada di
bukit-bukit, dan sampai sekarang masih dikibarkan bendera-bendera di sana.

Cuma, kekecewaan masyarakat, kenapa penanganan keamanan saat itu, sejak
konflik 1998 sampai 2004 awal, itu baru bisa ditangani, karena memang
informasi dari dalam gua itu tidak sampai, sehingga pada awal 2004 baru
datang pasukan yang menyerang kawasan-kawasan yang sebelumnya sudah bisa
dikuasai oleh GAM, seluas satu kecamatan, kebetulan kecamatan saya. Dan
perlu saya sampaikan, selama tiga bulan saya di sana, saya berinteraksi
dengan masyarakat, memang sangat menyedihkan sekali. Hampir 1000 sudah
menjadi korban, masyarakat sipil, ada yang disembelih, dipotong, segala
macam oleh GAM.

Dan awalnya Pak, sekitar 2001, pasukan pertama datang dari pusat, oleh
Brimob, mereka menyerang tanpa mengindentifikasi mana GAM mana masyarakat.
Nah, saat itu juga korban GAM dan masyarakat. Kemudian, setelah itu, yang
menjadi korban adalah korban daripada GAM. Jadi, setiap masyarakat yang
nampak mempunyai kelebihan atau mempunyai ekonomi yang agak bagus, itu
biasanya diteror, diminta duit, umpama 10 juta, 15 juta, jangka dua hari
tidak diantar ke tempat, dia akan dijemput dalam satu hari atau dua hari.
Jadi, orang-orang yang seperti ini banyak yang menjadi korban. Sebelumnya
memang dikatakan etnis Jawa, etnis Gayo yang di situ. Saat itu, sekitar enam
tahun situasi tidak tertangani. Baru awal 1994. dan saya mendengar bahwa
Bapak ketika menjadi menteri juga memang pernah ke sana, tapi saya tidak
tahu persis karena saya awal Agustus ke sana.

Jadi yang kami minta, oleh masyarakat di sana Pak, pertama penanganan
keamanan. Walalupun sekarang sudah MoU, tetapi masih rawan Pak. Karena
sekarang ada pihak-pihak GAM, masyarakat-masyarakat yang mengatasnamakan
AMM, Aceh Monitoring Mission, mendata masyarakat, meminta fotocopy KTP
delapan lembar. Saat itu saya juga meminta masyarakat supaya ada bukti,
tetapi tidak bisa diberikan oleh masyarakat karena sangat halus mainnya.
Jadi mereka mendata, katanya kebun masyarakat yang selama enam tahun
ditinggal itu akan didata untuk menjadi kebun mereka. Jadi kita tidak tahu
sampai sekarang. Oleh karena itu, jangan AMM sekarang ini jangan dibiarkan
begitu saja. Artinya harus ada pengawasan yang indusif dari pemerintah kita.
Supaya jangan terjadi seperti kasus DST. DST waktu itu dia pro ke GAM,
sehingga disaksikan saat itu di berita-berita, dan Bapak Menteri dan Anggota
Dewan membaca berita, saat itu DST diteror dan diusir dan dibubarkan di Aceh
Tengah, karena mereka terang-terangan membela GAM. Jangan sampai sekarang
AMM juga seperti itu, memanfaatkan situasi yang sekarang lagi kondusif,
memberi peluang untuk GAM untuk merekrut tenaga baru.

Dan satu lagi Pak, perlu Bapak ketahui bahwa di sana GAM merasa menang
setelah MoU. Jadi mereka sendiri juga di berita-berita, dia meminta supaya
nanti Pilkada, meminta menjadi Wali . seumur hidup. Dan mereka juga punya
calon-calon untuk Pilkada sebagai gubernur. Jadi sekali lagi mereka merasa
menang, dan situasi ini harus kita waspadai. Kami sebagai warga yang selama
ini merasa terjepit oleh GAM sudah menjadi konflik. Bahkan keluarga saya
sudah menjadi list yang dibunuh Pak. Karena itu sudah dieksodus satu daerah,
satu kecamatan ke daerah-daerah lain.

Jadi, kami mohon perhatian kepada Bapak, terutama masalah keamanan harus
ditingkatkan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Presiden Republik Indonesia

Terima kasih.
Yang dari Aceh mana lagi? Aceh mana? Lhokseumawe. Mana lagi?

Baik, begini. Terima kasih.
Ini tiga pembicara bagus sekali ya. Tadi masalah IT dan bagaimana kita
berkompetisi. Yang kedua, bagaimana pendidikan makin baik. Yang ketiga,
situasi di Aceh.

Begini, saya juga sudah belasan kali datang ke Aceh. Termasuk Takengon.
Laksa, Lhokseumawe, Bireun, Pidie, Aceh Besar, Meulaboh, Tapak Tuan, Kota
Cane, hampir semua, dan bukan sekali, dua, tiga, empat, lima kali. Saya juga
memantau, mengikuti, ikut mengelola bagaimana penyelesaian Aceh selama ini
sebetulnya. Memang, menyelesaikan Aceh tidak semudah membalik telapak
tangan.

.(ganti kaset). sebenarnya prinsip dasar penyelesaian Aceh itu kan konflik
selesai, korban tidak terus berjatuhan, NKRI tegak, Merah Putih berkibar,
semua membangun masa depan kembali yang bagus. Saya tahu, seperti Gayo,
Alas, Takengon, Singkil, itu adalah mereka-mereka yang republiken, yang taft
untuk menegakkan kedaulatan negara. Di wilayah barat, utara dan timur, juga
ada yang republiken, tetapi sebagian memang terpengaruh untuk melakukan
perlawanan kepada negaranya, kepada Republik Indonesia, dan ini sudah
berlangsung sangat lama.

Oleh karena itu, dengan prinsip dasar penyelesaian tadi, yang penting bagi
kita sekarang adalah selesai masalah ini, peace process bisa kita lanjutkan,
tidak terjadi konflik internal, tidak boleh ada yang merasa menang, merasa
kalah di dalam Aceh, karena kita semua bersyukur, bahwa akhirnya konflik
berdarah yang sudah lama berlangsung bisa kita akhiri. Yang saya harapkan
adalah benar-benar terjadi kohesi, persatuan, persaudaraan yang baik di Aceh
sendiri. Jangan ada konflik di antara Aceh Tengah, Aceh Timur dan Aceh
Utara. Itu yang pertama.

Yang kedua, dalam rekonstruksi Aceh, reintegrasi Aceh, semua harus
dilibatkan, tidak boleh yang kita bantu hanya yang saudara-saudara kita yang
sudah bergabung kembali yang dulu ikut GAM. Semua harus kita bantu, dengan
demikian adil. Tidak ada konflik baru, kok yang dibantu kok hanya mereka,
kami tidak. Padahal kami begini, mereka begini. Kita membuka lembaran baru.
Masa lalu, masa lalu, kita bikin semua berjalan dengan adil dan baik untuk
kesejahteraan semuanya.

Yang ketiga, Undang-Undang Otonomi Khusus sudah ada. MoU, sebetulnya tidak
arah sama sekali untuk tindakan-tindakan yang keluar dari prinsip-prinsip
tadi. Oleh karena itu, kalau ada desas-desus, informasi yang tidak berdasar,
rumor di sana-sini, kita hati-hati, jangan sampai kita termakan, jangan
sampai kita termakan, sehingga kita tidak percaya sendiri pada proses yang
kita jalankan. Mundur lagi, yang susah kita semua, termasuk saudara-saudara
kita di Aceh. Kita akan kontrol sesuai dengan semangat dari MoU, kita akan
bantu rekonstruksi Aceh pasca tsunami dan pasca konflik. Dan pendek kata,
Aceh harus menikmatik keadaan seperti saudara-saudaranya yang lain, dan
kemudian membangun dengan arah dan tujuan yang jelas.

Kita sebenarnya terus mencegah, dan sulit bagi AMM, AMM itu jelas tugasnya,
darimana mereka juga jelas. Jadi kalau ada mengatasnamakan AMM, Aceh
Monitoring Mission, datang ke desa-desa, masalah tanah, itu di luar tugas
mereka. Dan selama ini, terus terang, barangkali belum tahu, ketika terjadi
perselisihan pegumpulan senjata, senjata itu, senjata GAM mulai dikumpulkan
15 September, insya Allah akan kembali 15 Desember, sebentar lagi. Kalau
sudah selesai senjatanya, mereka melikuidasi, kami akan datang ke sana,
memperingati, mengenang tsunami yang membawa bencana itu, tetapi kita bangun
kembali Aceh dengan jiwa yang bersih, tanpa kekerasan dan kemudian
mengukuhkan persaudaraan.
Jadi seperti AMM itu, kemarin ketika terjadi perselisihan, malah membantu
Indonesia, karena GAM tidak betul begitu, jangan diulangi. Jadi mereka akan
tetap netral, dan selama ini TNI juga berkontribusi dengan baik, menjalankan
misi dengan baik. Dan karena tiap minggu kami dapat laporan, kemarin saya
baru telepon Panglima TNI, baru telepon Kapolri, baru telepon Wakil Presiden
mengenai perkembangan situasi, bagaimana Aceh, berjalan dengan baik, kalau
ada masalah, tentu ada. Kalau ada hambatan di sana, tentu ada. Tetapi dengan
semangat menyelesaikan dengan baik, kita akan selesaikan dengan sebaik
mungkin.

Terima kasih atas masukannya. Tapi tolong ajak bicara, tidak usah terlalu
khawatir, seolah-olah menjadi buruk, tidak, insya Allah tidak. Karena kita
akan selesaikan Aceh ini dengan sebaik-baiknya.

Terima kasih.
Sebenarnya masih ingin bicara lagi, tapi sudah cukup masukan dari tiga
saudara tadi. Saya berterima kasih, untuk melengkapi langkah saya, kebijakan
saya dan keputusan saya bersama pemerintah yang lain.

Terima kasih,
Selamat bertugas, selamat berkarya, selamat belajar. Mudah-mudahan membawa
kebaikan bagi kita.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

* * * * *


Biro Pers dan Media
Rumah Tangga Kepresidenan






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] udah liat webnya sby ? http://www.presidensby.info