** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** Saya mendukung poliandri digalakkan di antara perempuan yang berminat. Carla Annamarie <Carla.Annamarie@xxxxxxxxxxxxxxxx> wrote: ----- Forwarded by Carla Annamarie/PRUIDN/IDN/Prudential on 02/08/2005 09:30 AM ----- "Julia Suryakusuma" To: "PEREMPUAN" <perempuan@xxxxxxxxxxxxxxx> <jskusuma@xxxxxxx cc: <wahana-news@xxxxxxxxxxxxxxx> t.id> Subject: [perempuan] Poligami ala Feminis 02/07/2005 07:22 PM Please respond to perempuan Teman2, Kolom saya di Pesona bulan ini....... (dalam versi yg lebih pendek). JIS POLIGAMI A LA 'FEMINIS' Oleh Julia Suryakusuma Pada usia saya yg hampir setengah abad ini, dan setelah hampir tiga tahun menjanda, saya tentunya harus mereview kembali apa yang menjadi kebutuhan hidup saya pada saat ini. Kawin lagi, seperti yang 'dituntut' atau paling tidak diharapkan oleh keluarga saya? Aduh, rasanya engga deh ! Untuk apa kawin lagi? Teman-teman perempuan sebaya atau yang lebih tua (yang sudah janda maupun belum) mengatakan, "Ngapain Jul? Nambah persoalan aja." Memang, soalnya, cari nafkah sudah bisa sendiri, secara sosial dari dulupun biasa kemana-mana sendiri, secara emosional juga mandiri. Malas sekali rasanya, apalagi kalau memikirkan harus mungutin celana dalam dan kaos kaki yang berserakan di lantai, atau handuk basah yang bukannya digantung, malah dilempar di tengah tempat tidur; tutup odol yang tidak ditutup, kebiasaan-kebiasaan lain yang menjengkelkan, berbagai urusan tetek-bengek keseharian rumah tangga, serta kompromi-kompromi lainnya. Juga tentunya karena sudah terbiasa dengan kesendirian, kebiasaan dan kebebasan yang saya miliki. Apalagi sebagai penulis saya senang, dan bahkan dituntut untuk sendiri. Nanti ada suami malah mengurangi fokus dan konsentrasi saya, padahal siapa tahu diparuh kedua hidup saya ini bisa melahirkan 'bayi-bayi' lagi. Bukan bayi manusia tentunya, tapi karya tulisan ataupun karya lainnya, yang lebih baik daripada sebelumnya. Dari dulupun, ketika saya masih berstatus menikah, apalagi dihadapan suami yang bertahun-tahun sakit, sudah mandiri - memang sudah dari sononye, apalagi saya dididik di luar negeri sebagai anak diplomat. Toh saya menikah selama 27 tahun lamanya - tidak main-main - bahkan sudah bisa dianggap 'veteran' perkawinan. Jangan-jangan mesti diberi medali, di tengah tingkat perceraian yang begitu tinggi - yang akan lebih tinggi lagi kalau perkawinan pura-pura (untuk status, untuk alasan ekonomi, karena kebiasaan), bubar. Selain itu, saya menikah pada usia yang relatif muda - 20 tahun - jadi sekarang ini ingin menikmati being single again dong. Tapi jujur saja, selain freedom, sebagai perempuan normal, saya juga membutuhkan keintiman. Keintiman apa? Ya, emosional dan seksual tentunya. Kalau 'keintiman' intelektual, bisa di dapat dengan banyak orang, bahkan harus dengan banyak orang. Tiba-tiba, di tengah-tengah maraknya perdebatan tentang poligami, saya terinspirasi, kenapa saya tidak berpoligami saja? Lho, lho, lho, Julia Suryakusuma yang dikenal sebagai salah seorang pelopor feminisme di Indonesia, Julia yang terkenal garang itu? Wow! Apa yang terjadi? Pasti banyak orang akan berpikir, si Julia udah gila, kelewat frustrasi, atau sudah benar-benar desperate?? Pasti saya dicerca, dikecam dan dilempari tomat busuk dan batu (tak apa-apalah dilempari batu, asal batu berlian saja!) dicap penghianat, oleh teman-teman feminis maupun non-feminis. Tenang, tenang - ini kan cuma ngelamun saja, istilah kerennya, refleksi. Saya ingin memperkenalkan konsep poligami a la feminis, atau paling tidak feminis a la saya (karena tidak semua feminis akan setuju dengan saya - feminis kan macam-macam alirannya), dan menawarkan suatu paradigma baru. Begini. Banyak wanita dewasa seusia saya, sudah self-contained. Maksudnya bukan cuma serba-bisa, tapi ada kepercayaan diri (self-esteem) yang utuh, sudah bisa memanage diri sendiri dan orang lain, memiliki pengalaman dan merasakan asam-garamnya kehidupan, bisa bertindak sebagai pengayom, dan kemungkinan juga sudah memiliki kedudukan sosial-ekonomi yang baik. Mapanlah. Tidak lagi mencari security (apakah itu secara emosional ataupun materi) ataupun kelengkapan dirinya, hal-hal yang biasanya menjadi alasan bagi wanita muda untuk mencari pasangan. Salah satu faktor mengapa saya mempertimbangkan poligami adalah karena rasanya kalaupun saya menikah lagi, ingin dengan yang lebih muda, paling tidak sepuluh tahun lebih muda. Nah, ini, melanggar aturan lagi - bagaimana sih? Mengapa pilihannya kepada yang lebih muda? Cari daun muda, wah, tante girang dong! Ya, tidaklah. Alasannya karena saya merasa muda di hati, secara fisik juga masih oke, mengikuti jaman, punya pandangan yang progresif, bahkan sering dianggap terlalu progresif untuk jamannya. Kemungkinan pria yang lebih tua tidak bisa mengikuti cara berpikir saya. Alasan lainnya - jujur saja - suami saya dulu 15 tahun lebih tua, jadi wajar kalau sekarang cari yang berbeda. Variasi. Dan sebenarnya, perempuan dewasa juga bukan hanya lebih matang secara seksual, tapi - apalagi yang pra-menopause - bisa mengalami peningkatan gairah seksual yang lebih bisa diimbangi pria muda. Padahal, pool (kelompok) pria yang berusia 40an atau menjelang 40 biasanya sudah menikah. Pilihan pertama, pacaran sana sini (alias selingkuh), secara psikologis menekan semua pihak (dimana keintimannya?), melibatkan banyak berbohong, rasa bersalah, tidak tertutup kemungkinan pemerasan emosional, dan takut kepergok. Belum secara agama dianggap dosa. Meski ada stigma sosialnya, kalau berpoligami ada kejelasan, sah secara agama, dan bisa dibikin pembagian tugas. Mau disebut 'gilir', ya oke, meski bisa dijabarkan secara longgar. Terus terang saya sudah malas punya suami full-time, tapi kalau part-time sih oke sekali. Biar bagian yang lebih full-time diberikan (dibebankan?) kepada istri pertama, yang lebih muda dan yang masih punya minat dan energi untuk menjalankan peran tersebut. Jadi situasinya memang lucu juga, di sini yang disebut 'istri muda' (baca: kedua) umurnya lebih tua. Bagi pasutri yang suaminya punya 'istri muda' yang lebih tua, ada beberapa keuntungan. Perempuan itu sangat kurang diakui perannya sebagai penyalur ilmu - ilmu apapun - yang pasti, ilmu kehidupan, padahal perempuan, apalagi yang dewasa itu sarat ilmu. Sebagai istri kedua, ia bisa berbagi ilmu kepada suami dan istri pertamanya. Bagi perempuan karir yang sukses, mungkin ia juga mapan secara finansial, jadi mungkin bisa membantu keluarga suaminya, kalau memang dibutuhkan. Bukannya jadi saingan, malah bisa saling mengisi. Perempuan dewasa tidak lagi mencari kelengkapan, malah cenderung ingin berbagi, apakah ilmunya, uangnya, kebajikannya, kesabarannya (mungkin), ataupun kasih dan ibanya (love and compassion). Bagaimana dengan faktor emosional? Kalau bagi saya sebagai perempuan lebih tua, rasa cemburu itu sudah sangat kurang, menurun dengan meningkatnya self-esteem dan rasa percaya diri tadi. Cemburu datang dari rasa insecure (tidak percaya diri), takut, cemas, rasa terancam, sedang perempuan dewasa seyogyanya sudah merasa sangat secure dan confident di dalam dirinya. Perempuan dewasa lebih tahu apa yang diinginkannya, dan tau bagaimana cara mendapatkannya. Lihat saja Joan Collins, Elizabeth Taylor, Cher, dan lain lain di luar negeri, dan juga ada beberapa di Indonesia, cuma saja tidak diexpose seperti halnya di Hollywood, tentunya. Berusia 50 sekarang ini bukan seperti berusia 50 jaman ibu saya. Teman-teman sebaya saya - dari jaman kuliah atau bahkan SD, banyak yang tidak terlalu berubah secara jasmani dan perilaku. Itu dari luar. Kematangan internal tentu sudah meningkat. Mereka tetap awet muda, segar, cantik - mengagumkanlah, karena aktualisasi diri bisa berjalan, dan secara mental, emosional, fisik, dibina terus. Bukan hanya konstruksi sosial keperempuanan yang telah berubah, tapi juga konstruksi usia. Norma-norma kepantasan bagi perempuan pada masa kini tidak sama dengan jaman dulu. Ketika saya berusia 30, ibu saya pernah mengatakan "Apa kamu tidak terlalu tua untuk membiarkan rambut kamu digerai seperti itu?", katanya, menunjuk pada rambutku yang panjang sepinggang. Pada jamannya, perempuan yang sudah menikah diatas 30 bila tidak berambut pendek, rambutnya harus diikat atau dikonde. Nah, saya hampir 50 saja rambut masih sepinggang dan masih digerai, bahkan modelnya sekarang a la Britney Spears, belum lagi memakai celana jeans ketat. Kalau masih pantas, mengapa tidak? Apakah profil pasutri yang dianggap 'ideal'? Suami lebih tua, lebih pintar, lebih kaya, lebih tinggi, lebih punya posisi, lebih segala-galanyalah. Kalau lebih rupawan tidak, karena biasanya 'tugas' itu dibebankan kepada perempuan (meski sekarang laki-laki juga dianjurkan bersolek dengan adanya begitu banyak produk body-care untuk pria). Tapi jangan lupa lho, Nabi Muhammad dengan Khadijah terpaut 25 tahun, tentunya bisa dijadikan rujukan juga. Demikian juga Bung Karno dengan bu Inggit, kalau mau contoh yang sekuler dari Indonesia. Para istri yang lebih tua inilah sangat berperan di dalam membentuk suami-suami mereka menjadi orang besar. Kalau poligami yang ideal bagaimana? Poligami tidak pernah diidealisasikan, tapi paradigma poligami yang klasik biasanya suami yang lebih tua, lebih kaya, punya status sosial atau kedudukan, singkatnya, punya power. Motivasinya: seringkali untuk seks atau penunjang ego. Sedang istri ke dua (atau tiga atau empat) biasanya lebih muda, kemungkinan lebih cantik dan segar daripada istri pertama. Hubungan biasanya ditandai dengan persaingan dan tekanan batin. Ini stereotipnya, meski saya tahu juga kasus-kasus kerjasama yang baik antar 'madu', misalnya di desa dimana saya melakukan penelitian dulu, pertengahan 1980an di Sukabumi. Saya menguji gagasan saya kepada beberapa orang. Katakanlah, survei kecil. Ada yang menolak secara refleks (rata-rata perempuan muda), ada yang menganggap, ide bagus juga (rata-rata perempuan lebih tua). Ada teman pria saya, 44 tahun, single (makhluk langka!), termasuk yang protes keras. "Pokoknya kita berhenti berteman Julia, kalau kamu poligami!". Tapi lama-lama ia mengatakan, "Kalau mau poligami, sama aku aja!". "Lho, engga bisa Toni (bukan nama sebenarnya), kamu kan masih single, mana mungkin poligami sama kamu?" "Sudahlah, itu kan bisa diatur. Saya kawin dulu aja, biar bisa poligami sama kamu!". Terpaksa saya nyengir, ini protes karena menolak poligami atau karena tidak rela saya kawin lagi, apalagi secara poligami? Tentu ada beberapa masalah dengan gagasan poligami feminis saya ini. Pertama, kesepakatan dan penerimaan istri pertama. Dimadu sudah merupakan pukulan, dimadu dengan perempuan yang lebih tua lagi. Waduh, benar-benar ngeledek deh! Kedua, bagaimana dengan hak para perempuan di dalam segitiga ini untuk mempunyai pasangan lain selain suami mereka? Secara historis, perempuan pernah melakukan poliandri, tapi kini agama hanya memberikan hak punya pasangan lebih dari satu kepada laki-laki. Bagi saya secara prinsipil ini diskriminasi, meski secara emosional misalnya, saya bisa cukup tenang dan happy berbagi - bukan bersaing - dengan perempuan lain. Ini pulakah yang disebut solidaritas perempuan? Ataukah kita harus menghidupkan kembali tradisi poliandri sebagai imbangan poligami, dan menciptakan lebih banyak arena kerjasama dan berbagi? [Non-text portions of this message have been removed] _________________________ Subscribe>>perempuan-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx Unsubscribe>>perempuan-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx Arsip>>http://groups.yahoo.com/group/perempuan _________________________ PILIH PENERIMAAN E-MAIL: 1>satu-satu 2>rangkuman harian 3>akses di http://groups.yahoo.com/group/perempuan _________________________ MAAF, MILIS INI TIDAK MENERIMA ATTACHMENT <Mohon masukkan semua pesan di badan e-mail> _________________________ Yahoo! Groups Links *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT document.write(''); --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term' [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **