** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com ** Mawar Merah Café Bandar: SAMBAL SOLIDARITAS Christian Pelras, pakar Perancis dengan spesialisasi Bugis, ketika datang ke Koperasi Restoran Indonesia, 12 rue de Vaugirard , 75006 Paris, untuk mengapresiasi kehadiran Koperasi Restoran Indonesia ini menulis di buku tamu: "Makanan adalah bagian dari kebudayaan. Dan di sini masakan Indonesia menjadi duta persahabatan antara kedua bangsa dan negeri". Sekarang Koperasi Restoran Indonesia yang sekaligus berfungsi sebagai Pusat Kebudayaan Indonesia, ini sudah mencapai usia seperempat abad.Ia diperkenalkan oleh berbagai buku panduan wisata terkemuka di dunia dalam berbagai bahasa yang ada di dunia, seperti Lonely Planet, Guide de Routard, dsb... Sebagai lembaga kebudayaan, Koperasi Restoran Indonesia, selain melakukan kegiatan secara mandiri seperti pameran lukisan, foto, pertunjukan tari berbagai daerah, terutama Bali, ia juga melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi Perancis seperti Biro Perjalanan, hotel-hotel, LSM-LSM Perancis, dll... dan sekarang mitra kerja yang paling intensif adalah Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia "Pasar Malam", yang dipimpin oleh Johanna Lederrer, seorang sarjana sastra dengan spesialisasi sastra Amerika, lulusan Sorbonne, penari dan kelahiran Malang. Untuk menggalang hubungan persahabatan Perancis-Indonesia, "Pasar Malam" menggunakan pendekatan kebudayaan sebagaimana juga yang dilakukan oleh Koperasi Restoran Indonesia. Sesuai dengan pendekatan ini, "Pasar Malam" telah menyelenggarakan pameran lukisan pelukis Salim, Hari Sastra Indonesia di Paris, seminar tentang André Malraux dan Eduard du Perron dalam hubungannya dengan Indonesia, pertunjukan pencak-silat Indonesia, dan lain-lain. Direncanakan bulan Oktober 2006 nanti bertempat di Palais du Luxembourg, di mana Senat Perancis berkantor, Pasar Malam akan mengangkat masalah sastra eksil Indonesia , kemudian merencanakan juga terselenggaranya "Pekan Filem Indonesia". Kegiatan "Pasar Malam" ini mendapat penghargaan dari Menteri Kebudayaan Perancis dan juga dari Renaud VIGNAL, Dubes Perancis di Indonesia [Lihat: Lampiran]. Prakarsa-prakasa demi prakarsa "Pasar Malam" untuk menggalang persahabatan kedua negeri dan bangsa, Perancis-Indonesia, seperti tak kunjung kering. Kegiatan-kegiatan ini diselenggarakan sekaligus sebagai usaha mengumpulkan dana yang antara lain disumbangkan ke korban Tsunami di Aceh dalam bidang pendidikan.Pengawan terhadap pengumulan dana atas nama korban Tsunami di Perancis sangat ketat, demikian juga penggunaan dana yang terkumpul. Para penyumbang dana, karena pernah merasa kecewa atas penggunaan dana itu di Aceh pernah mendesak pemerintah Perancis untuk menarik kembali dana yang sudah mereka sumbangkan. Dari segi solidaritas kemanusiaan, boleh dibilang, semangat dan kesadaran orang Perancis sebenarnya patut diacungkan jempol walau pun mereka sendiri sebenarnya tidak tergolong negeri sangat kaya di Eropa. Barangkali hal ini selain dilahirkan oleh pengalaman sejarah mereka sendiri, juga ditopang oleh pendidikan sejak play group. Mereka berpandangan bahwa membantu orang lain sama dengan membantu diri mereka sendiri, pandangan yang tertuang dalam slogan "Agir ici et là" [Bertindak di sini sekaligus juga untuk di sana!]. Perwujudan slogan ini sangat banyak dan akan merupakan deretan panjang jika dibeberkan sehingga tidak bisa dikatakan ia adalah slogan kosong dan propaganda. Cara pengumpulan dana dari tingkat satu eruo sampai ratusan euros pun bermacam-macam, mulai dari lapisan masyarakat terbawah hingga ke tingkat tertinggi. Saya sering merasa malu sendiri, apabila menyaksikan bahwa penerima sumbangan kemanusiaan yang dikumpulkan dengan susah payah di sini, dari sen demi sen, kemudian digunakan secara tidak semestinya di tempat tujuan. Penyalahgunaan membuat kita tak lagi bisa bicara dan membelenggu prakarsa bertindak.Penyalahgunaan dana, membuat kita yang di luar menjadi hilang kredibilitas.Hilang muka. Kata-kata kehilangan daya. Oleh penyalahgunaan di tempat tujuan, kata-kata kita tidak lebih dari kata-kata seorang pembohong, walau pun kita tidak ingin berbohong, tapi oleh pihak lain ditempatkan pada posisi pembohong. Padahal yang bekerja demi solidaritas kemanusiaan dengan menggunakan waktu sepenuh hati di luar jam kerja untuk kehidupan sendiri, tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan solidaritas begini. Ini pun masih sering dihujat sebagai "hidup enak-enak dengan minum susu dan keju" keperluan minimal yang harganya dikontrol oleh pemerintah, tanpa mengetahui bagaimana orang-orang membanting tulang untuk hidup minimal dengan standar di sini. Merenungi keadaan begini, saya sampai pada hipotesis, bahwa ia terjadi karena bayangan yang keliru, dan jauh dari pengenalan nyata, tidak mencari kebenaran dari kenyataan, tapi menjadikan bayangan palsu itu sebagai kenyataan dan dasar penyimpulan. Dengan kata lain,terjangkit subyektivisme murni, tanpa sadar sebenarnya langsung atau tidak langsung, telah menohok kawan sendiri. Sedangkan dari yang melakukan kegiatan solidaritas tanpa pamrih, tapi sering ditohok subyektivisme, saya melihat adanya semangat kecintaan pada kemanusiaan, tanahair dan bangsa. Apa makna lainnya jika seorang perempuan yang sanggup bekerja membersihkan sebuah restoran besar pada saat restoran itu sudah tutup, dan bekerja sampai pagi, tapi begitu mendengar ada kegiatan untuk Indonesia, ia tak segan menyumbangkan apa yang ia bisa sumbangkan tanpa hitungan, karena ia pun paham akan arti derita dan kemiskinan. Yang juga cukup mengharukan bagi saya adalah kegiatan "Pasar Malam" pada tanggal 21 Februari 2006 yang lalu. Hari itu "Pasar Malam" menyelenggarakan sebuah seminar bertemakan "Histoire d'un métissage culinaire aux Indes néerlandaises : le rijsttafel ou du riz à toutes les sauces ..." [Sejarah Pembauran Masak-memasak di Hindia Belanda: rijstafel atau nasi dengan dengan segala rupa kuah...", berlangsung di Balai Kota Paris Ve, disamping Pantheon, makam putera-puteri terbaik Perancis. Yang menjadi pembicara utamanya adalah Jean Rocher mantan Atase Pertahanan Perancis, dan tinggal di Jakarta selama lima tahun. Melalui masa tinggal di Indonesia itulah Jean Rocher mulai tertarik akan sejarah Indonesia, mengumpulkan cerita-cerita, kajian-kajian, biografi, dokumen-dokumen tentang Indonesia pada periode transisi, seperti runtuhnya VOC [Kompeni] dan awal kolonialisasi serta kehadiran Belanda, kebangkitan nasional sampai pada periode runtuhnya Orde Baru. Menggunakan bahan-bahan yang ia himpun dengan tekun ini, kemudian ketika kembali ke Perancis ia menerbitkan rupa-rupa artikel dan roman-roman, antara lain Une Saison Indonésienne [Edition Kailash, Paris]. Sedangkan "« Métissage culinaire » aux Indes néerlandaises, adalah karya Rocher yang segera akan terbit. Oleh cintanya pada Indonesia, sekarang ia menggabungkan diri dengan Lembaga Persahabatan Peranccis-Indonesia "Pasar Malam". Seperti diketahui banyak Indonesianis dan orang-orang yang tertarik atau mempunyai hubungan dengan Indonesia dari berbagai kalangan, menjadi anggota "Pasar Malam" sehingga menambah bobot bagi organisasi ini melakukan lobbie ke berbagai penjuru. Prakarsa dan lobbie merupakan kekuatan penting dari Lembaga Persahabatan ini. Hal lain menarik yang dikemukakan oleh Jean Rocher pada seminar "Pasar Malam" 21 Februari 2006 yaitu adanya Komunitas Perancis di Jakarta yang berhimpun di sekitar Hotel Des Indes. Sayangnya, hotel ini sudah tidak ada. Lenyapnya Hotel Des Indes dari tamasya Jakarta, mengingatkan saya akan keadaan terlalu mudahnya kita menghancurkan monumen-monumen bersejarah tanpa berpikir lanjut lebih jauh. Aapakah ini petunjuk bahwa kita tidak paham arti sejarah dan ketiadaan pandangan sejarah? Johanna Lederrer dalam mengantar seminar ini antara lain menulis bahwa kolonialisasi, terutama dalam bidang kebudayaan, menjadi asal-muasal dari osmose dan pembauran antara yang menjajah dan yang dijajah. Sebagai contoh, Johanna menunjuk kepada masalah seni masak-memasak [gastronomi] -- yang di Perancis mendapat penghargaan tinggi setara dengan bentuk kesenian lainnya. Seni masak-masak, seperti juga yang dikatakan oleh Christian Pelras, dilihat oleh Johanna sebagai pernyataan representatif jenialitas rakyat. Hubungan antar rakyat melalui bidang kesenian ini menjadi kekal dan nyata. Untuk menopang dalilnya, Johanna mengambil contoh lain yaitu dari Afrika Utara dengan terciptanya masakan yang bernama kuskus [couscous] dan kambing panggang [mechoui], masakan yang muncul pada masa kolonialisme lama masih perkasa. Berdasarkan hal ini maka ketika menjelaskan apa itu bergedel kepada para tamu Koperasi Restoran Indonesia, saya selalu katakan bahwa masakan ini adalah lambang dari hubungan langgeng antara rakyat Indonesia dan rakyat Belanda. Lambang netral yang lepas dari masalah kolonialisme, ujud nyata bahwa kebudayaan suatu negeri atau bangsa merupakan campuran padu, tanggap dan aspiratif dari berbagai kebudayaan di dunia, yang di Perancis disebut "culture de métissage". Kebudayaan nasional adalah hasil serapan dari berbagai budaya di dunia berdasarkan keadaan lokal. Mendengar penjelasan saya yang demikian, beberapa pengajar univeristas di Perancis, asal Belanda, tertawa dengan geleng-geleng kepala. "Apakah saya salah?" tanyaku. Mereka menjawab sambil tertawa lebar dan berkata: "Kau zenial".Tawa yang kujawab dengan tawa. Sedangkan Johanna untuk menjelaskan tentang konsep "culture de métissage" ini, pada pihaknya mengambil contoh rijstafel -- kosakata baru dalam bahasa Perancis yang muncul seiring dengan kehadiran Koperasi Restoran Indonesia. Masalah akulturasi inilah yang dibahas oleh Jean Rocher dalam seminar "Pasar Malam" pada 21 Februari 2006 lalu. Seperti biasa dilakukan, pada kesempatan begini, "Pasar Malam" menjual makanan Indonesia kepada hadirin -- cara untuk mendapatkan sumber dana secara mandiri. Dari cara kerja "Pasar Malam" selama ini, saya menarik kesimpulan bahwa ia memadukan kerja otak dan "bisnis kecil-kecilan" demi pengumpulan dana untuk kegiatan-kegiatannya dan juga demi solidaritas kemanusiaan. Saya tidak tahu, apakah pengalaman "Pasar Malam" ini bisa atau tidak dijadikan acuan oleh Manik Sinaga dkk dengan Komunitas Matabambu-nya di Indonesia yang bertujuan memberdayakan seniman dari segi ekonomi agar bisa melakukan pekerjaan kreatif dengan tak diganggu oleh kesulitan finansil. Pada kesempatan berlangsungnya seminar ini, berbeda dari kebiasaan, Ibaruri , juga anggota penting "Pasar Malam", untuk mengumpulkan dana membantu teman-teman di tanahair, menjual sambal. Berbagai jenis sambal yang didapat dari sumbangan orang-orang Indonesia di Paris dijual oleh Ibaruri pada kesempatan ini. "Hasil penjualan sambal ini akan saya sumbangkan kepada orang-orang di Indonesia", ujar Ibaruri sambil menjelaskan bahwa dengan membeli sambal seharga E.10, atau E.5,--- pembeli sudah membantu penerima sumbangan untuk membeli beras selama sebulan. Penjelasan ini sangat menyentuh hadirin sehingga Ibaruri berhasil mendapatkan dana sebesar Rp.2.000.000 dari penjualan sambal hasil sumbangan teman-teman. Yang kutangkap dari kejadian ini adalah pentingnya kreativitas, prakarsa dan kemudian arti penting manusia yang kreatif dan berpikir serta keberpihakan pada kemanusiaan.Faktor inilah yang kukira menjadi dasar bagaimana masyarakat bisa menjadi aktor pemberdayaan diri sendiri sehingga mampu menjadi tuan atas nasib diri sendiri.Barangkali ia pun merupakan jalan nyata dari bawah untuk pembebasan tenaga produktif oleh tenaga produksi itu sendirin, tanpa menunggu uluran tangan dari "bangunan atas" bernama pemerintah yang di Indonesia nampak kurang peduli pada rakyatnya sampai anak 8 tahun pun di penjara. Pengalaman-pengalaman inilah, untuk tidak mengatakannya kesimpulan, yang kudapatkan dari kegiatan "Pasar Malam" dan jualan sambal solidaritasnya pada 21 Februari 2006 lalu.*** Paris, Februari 2006. -------------------- JJ. Kusni Lampiran: association franco-indonésienne Pasar Malam association Loi 1901 pour l'amitié entre les peuples français et indonésien 14 rue du Cardinal Lemoine 75005 - Paris téléphone : 01 56 24 94 53 afi.pasar-malam@xxxxxxxxxx http://pasarmalam.free [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **