** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SUARA KARYA Strategi Memperbaiki Ekonomi Oleh Yuliani Yunindri Selasa, 28 Februari 2006 Rasa gelisah melanda Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah melihat fakta menyedihkan kondisi ekonomi. Gambaran buram ekonomi itu dapat disimak dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi tahun 2005 hanya 5,6%, bahkan kinerja triwulan keempat minus 2,18%. Presiden pun lantas mengundang pengusaha dan melakukan diskusi untuk mencari solusi bagi pemecahan berbagai masalah dan tantangan demi perbaikan perekonomian nasional ke depan. Memang, inilah momentum emas bagi pengusaha dan investor asing untuk kembali mengungkapkan identifikasi dan inventarisasi tentang berbagai sumber ketidakpastian bisnis yang terjadi di Tanah Air. Dalam enam bulan terakhir, pebisnis telah mengeluhkan berbagai persoalan yang menghambat bisnis mereka. Berbagai macam problem yang dikeluhkan pengusaha dan investor secara mendasar bertautan dengan regulasi investasi yang ruwet. Kemudian, terkait dengan pajak yang penuh korupsi, disparitas mencolok upah tenaga kerja antar-daerah, infrastruktur industri tidak memadai, dan fungsi intermediasi perbankan dianggap kurang kondusif. Secara reflektif, berdasarkan pendekatan evaluatif, maka pemerintah dengan segera bertekad akan memperbaiki iklim investasi supaya kondusif. Strateginya adalah mengubah, merevisi, atau membuat regulasi yang relevan demi perbaikan kondisi dunia usaha. Prioritas pengatasan masalah pun perlu diarahkan kepada pembuatan undang-undang penanaman modal, revisi aturan pajak, dan undang-undang ketenagakerjaan, selain membenahi infrastruktur. Dari segi finansial, sentuhan sangat diperlukan pada faktor intermediasi perbankan. Perlu disadari, problem investasi yang terbukti telah menyurutkan pertumbuhan ekonomi selama 2005, bahkan melumpuhkan kondisi perekonomian nasional pada triwulan keempat dengan indikator capaian angka minus, tidak dapat didekati dari kacamata business as usual. Juga bukan sekadar terkait dengan political will maupun political comitment pemerintah. Namun, perlu segera dirancang political action melalui konsep rancang tindak (political plan) pengembangan iklim investasi yang sehat. Salah satu sinar terang itu berupa langkah strategis pemerintah memulihkan kepercayaan dunia usaha. Antara lain, dengan membentuk tata-kelola pemerintahan yang baik, dengan sudut pandang ekonomi melalui pendekatan pembersihan in-efisiensi investasi, terutama korupsi di level birokrasi. Pemerintah pun telah membentuk sebuah tim baru yang dinamai Tim Reformasi Tata-kelola Pemerintahan yang Baik. Tim ini membantu Presiden untuk menyusun rencana aksi mengatasi korupsi secara menyeluruh, khususnya yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik. Perspektif ekonomi mengedepan dalam tim ini, ketika Menko Perekonomian ditetapkan sebagai ketua, dibantu Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Sekretaris Kabinet, dan Menteri Keuangan. Prinsip sejenis revolution from above, "ikan busuk terdeteksi dari kepalanya", atau "mencegat persoalan di terminal terakhir" dipilih sebagai prioritas langkah memberantas borok bisnis dan investasi. Selain Mahkamah Agung, proyek tata-kelola juga merambah ke lembaga peradilan yang lebih rendah, kejaksaan, kepolisian, perpajakan, bea cukai, imigrasi, pertanahan, dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan investasi, seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Fokus Birokrasi Jajaran birokasi sebagai titik pijak pembenahan in-efisiensi bisnis merupakan cara jitu. Karena selama ini ada anggapan, gudang masalah bisnis dan investasi bersumber dari dalam tubuh aparatur pemerintah atau negara, yang dikenal sarat praktik KKN. Kasus pajak fiktif, pungli bea cukai atau imigrasi, atau uang pelicin perizinan merupakan contoh aktual untuk menggambarkan fakta riil dari anggapan tersebut. Melalui kejelasan aturan, mekanisme, prosedur, dan teknis tata-kelola pemerintahan saat berhadapan dengan pelaku bisnis atau investor, maka in-efisiensi, penyimpangan, kebocoran, dan korupsi bisnis-investasi dapat ditepis. Secara pesimistis, minimal kadar korupsi di berbagai instansi yang bersentuhan langsung dengan aktivitas bisnis dapat ditekan. Dengan demikian, revenue dari biaya bisnis tak mengalir ke kantong pribadi, tetapi ke kas negara. Dengan demikian, pendapatan negara dari non-minyak dapat meningkat, dan ini dapat digunakan untuk memperbaiki infrastruktur bisnis maupun me-reward seluruh level aparat birokrasi. Kejelasan mekanisme juga dapat diterapkan untuk mengakhiri pro-kontra soal pengutang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Apakah mereka yang telah memenuhi kewajiban membayar utang otomatis akan bebas dari tuntutan hukum pidana (release and discharge), ataukah pelunasan utang oleh debitor itu hanya sebagai bahan pertimbangan hakim dalam memutus perkaranya? Mekanisme macam ini harus diperjelas! Kontroversi masalah BLBI tidaklah pantas dibiarkan begitu saja, tanpa segera diambil ketegasan sikap yang tercermin dari penetapan regulasi yang mengatur untuk itu. Karena, berlarut-larutnya persoalan BLBI dapat membuat investor asing dalam posisi wait and see, dan cenderung tidak masuk alias mengurungkan niat mereka berinvestasi di Indonesia. Kontroversi BLBI yang dipolitisasi akan menjadi bernilai kontra-produktif secara ekonomis. Karena, selain memperburam gambaran kondisi berusaha dan memperpuruk indeks angka risiko politik investasi, tarik-ulur problem BLBI tidak menarik bagi pebisnis atau investor. Yang dinantikan adalah delivery kejelasan sikap (bisa positif atau negatif) berupa kepastian hukum. Dan, opsi itulah yang menjadi bahan penting bagi investor untuk mengambil langkah dan menentukan strategi bisnis bila masuk ke Indonesia. Artinya, tujuan implementasi memperbaiki iklim investasi adalah pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat bisnis dan investor asing untuk menjalankan usaha bisnis secara maksimal. Caranya, menyiapkan paket kebijakan ekonomi yang konsisten. Rincian problem berusaha yang telah dipaparkan pebisnis dan investor harus direspons secara apresiatif dan memadai oleh pemerintah. Karena itu, tata-kelola harus dirumuskan dalam tempo cepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lewat penopang investasi yang lebih bergairah. *** Penulis adalah doktor moneter-keuangan, alumnus Leeds University Inggris [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **