[nasional_list] [ppiindia] Politik "Ngemong" Praja

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 28 Feb 2006 00:46:52 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/28/opini/2470011.htm

 
Politik "Ngemong" Praja 


Sukardi Rinakit

Ini memang mimpi. Saya membantu ibunda Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
mencuci piring di dapur. Beliau duduk memerhatikan. Tiba-tiba beliau berkata, 
"Kalau nanti kamu bekerja, kamu harus bisa ngemong prajane pimpinan."

Tiba-tiba saya terenyak bangun oleh tangis putri saya yang sulit bernapas 
karena pilek. Mimpi terpotong. Dalam mimpi itu, ada hal yang sebenarnya ingin 
saya diskusikan dengan ibunda presiden. Utamanya menyangkut ide melakukan 
terobosan radikal guna mengatasi masalah bangsa. Tanpa langkah seperti itu, 
hampir tidak ada cahaya optimisme bagi rakyat untuk lepas dari belenggu 
kemiskinan.

Padahal, menjadi presiden ibarat juru kunci sejarah. Dia bukan saja bisa 
membuka semua pintu kesejarahan, tetapi juga menorehkannya. Karena itu, seorang 
presiden sebenarnya tinggal bertanya kepada diri sendiri. Dia ingin tercatat 
sebagai apa jika sudah lengser dari jabatan politik dan dunia fana. Jika ingin 
tercatat sebagai pahlawan, gempur terus kemiskinan rakyat dan ketidakadilan. 
Pendeknya, harus menjadi pembela rakyat yang terdepan.

"Ngemong" praja

Salah satu syarat terpenting seorang pemimpin bisa menjadi pembela terdepan 
rakyat adalah para pembantunya. Para pembantu presiden-saya lebih suka 
menyebutnya para letnan-harus punya perilaku ngemong prajane presiden. Artinya, 
mereka harus selalu menjaga nama baik, kehormatan presiden, dan tak melakukan 
tindakan yang bisa merusak nama baik, termasuk tak menceritakan aneka kelemahan 
presiden dan keluarganya di luar.

Hampir semua ibu Jawa biasanya selalu mengajarkan politik ngemong praja 
(menjaga kehormatan pimpinan) kepada anaknya. Harapannya, jika sang anak 
bekerja nanti, sedapat mungkin ia tidak berbicara sembarangan dan melakukan 
tindakan yang bisa mencemarkan nama baik bosnya. Ajaran itu tampaknya juga 
harus dijalankan para letnan presiden (jika mereka tulus membantu presiden 
dalam mengatasi masalah bangsa).

Namun, melihat gejala yang mengedepan beberapa minggu terakhir, tampaknya ada 
problem tentang bekerjanya politik ngemong praja itu. Misalnya, tindakan 
Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi mengirim surat kepada Menlu Hasan Wirajuda 
agar menerima presentasi dari kontraktor yang berminat mengerjakan renovasi 
Gedung KBRI Seoul, Korea Selatan. Tindakan itu, apa pun alasannya, telah 
melabrak pagar etika dari prinsip ngemong praja.

Dalam kasus itu, mungkin Sudi Silalahi tulus membantu dan tak mempunyai 
kepentingan pribadi. Namun, publik tetap curiga dan mengaitkan hal itu dengan 
presiden. Ini terkait dengan janji presiden untuk membersihkan korupsi dari 
halaman rumahnya sendiri. Suka atau tidak, kasus "Seoul" dapat menurunkan 
kredibilitas presiden karena dianggap tak serius memberantas korupsi.

Contoh lain dari langkah politik yang merusak prinsip ngemong praja adalah 
membawa tiga pengusaha bermasalah (terkait dengan kasus BLBI) ke istana. Siapa 
pun pembantu presiden yang punya ide itu mungkin bertujuan baik, ingin membantu 
presiden agar dapat segera mengatasi masalah ekonomi yang masih membelit 
republik. Namun, dia lupa langkah itu, seberapa pun kecilnya, bisa merobek 
kewibawaan presiden di mata rakyat.

Karena itu, menjadi letnan presiden harus tulus dan berpikir bening. Ada 
kepongahan bisa merusak kehormatan presiden. Kecuali jika niatnya menjadikan 
presiden hanya sebagai batu pijakan untuk mendapatkan kehormatan dan kekayaan 
pribadi. Presiden menjadi political tool para letnan untuk meraih ambisi 
pribadi.

17.000 pulau

Selain pentingnya punya letnan yang bisa ngemong praja, siapa pun yang menjadi 
presiden di republik ini dituntut mempunyai keberanian ekstra. Tanpa keberanian 
mencari terobosan radikal, sulit bagi rakyat Indonesia keluar dari jejaring 
kemiskinan. Dengan beban utang sekitar Rp 1.350 triliun, dana pemerintah yang 
seharusnya bisa dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan 
rakyat lainnya tersedot untuk mencicil utang. Akibatnya, sampai kapan pun wong 
cilik akan sulit bangkit.

Karena itu, referendum nasional perlu dilakukan. Rakyat perlu ditanya, apakah 
mereka setuju jika 10 pulau, misalnya, disewakan kepada pihak lain dalam jangka 
waktu tertentu. Tentu itu bukan pulau-pulau besar, tetapi yang relatif masih 
kosong penghuni. Dengan persyaratan tertentu (seperti tidak boleh untuk 
pembuangan limbah), para penyewa diikat melunasi utang Indonesia kepada 
lembaga-lembaga keuangan internasional.

Hanya dengan menyewakan 10 pulau dari 17.000 pulau yang kita miliki, masalah 
utang teratasi. Dengan demikian, semua sumber daya yang ada bisa dipakai untuk 
mobilisasi peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pendidikan, kesehatan, 
pengembangan usaha mikro, dan lain-lain. Dalam waktu satu-dua dasawarsa, bisa 
dipastikan Indonesia akan segera menggeliat menjadi salah satu naga Asia.

Para nasionalis garis keras menentang ide ini. Namun, daripada ngemplang utang, 
seperti Argentina, atau minta potongan, seperti Nigeria, tetap lebih terhormat 
jika kita bayar dari apa yang kita miliki. Menyewakan pulau tetap lebih 
terhormat, bahkan pulaunya terbuka potensi berkembang seperti Hongkong. 
Pendeknya, yang baik untuk rakyat, baik untuk semua.

Ide radikal itu yang ingin saya sampaikan pada ibunda presiden saat saya 
bermimpi membantu beliau mencuci piring di dapur. Sayang, saya keburu bangun.

Sukardi Rinakit Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Politik "Ngemong" Praja