[nasional_list] [ppiindia] Budaya (Politik) Unggul

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 28 Feb 2006 00:50:20 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/28/opini/2475313.htm

     

      Budaya (Politik) Unggul 


      Dony Kleden



      Meruangkan budaya unggul dalam alam politik Indonesia sepertinya menjadi 
pekerjaan rumah yang besar, rumit, dan menuntut banyak pengorbanan. Budaya 
unggul sebenarnya adalah mitos etika politik.

      Sayang, sejarah etika politik kita kerdil dan selalu terjebak dalam 
episteme ekonomi dan kekuasaan. Justru kedua episteme ini menjadi penghalang 
bagi lahirnya sebuah budaya unggul. Kalau politik diartikan sebatas ini, maka 
yang muncul bukannya budaya unggul, tetapi budaya konsumtif dan arogansi.

      Akibat lebih lanjut kedua budaya ini adalah lahirnya tindakan dengan 
prinsip teleologis. Artinya, tujuan menghalalkan cara, yang oleh Yves Michaud 
disebut sebagai politik porno.

      Budaya unggul

      Ketika memberikan sambutan dalam acara peluncuran buku Stephen R Covey, 
The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness, Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono menyinggung soal pentingnya menumbuhkan budaya unggul sebagai 
identitas dan budaya nasional (Kompas, 15/12/ 2005). Budaya unggul 
didefinisikan sebagai semangat dan kultur untuk mencapai kemajuan dengan cara 
kita harus bisa, kita harus berbuat yang terbaik.

      Definisi ini jelas masih terasa abstrak dan mentah karena belum punya 
daya operatif. Supaya lebih nyata dan tidak spekulatif dalam mengartikan budaya 
unggul ini, maka budaya unggul perlu dikaitkan dengan budaya politik. Budaya 
politik oleh Gabriel Almond dan Verba diartikan sebagai dimensi psikologis dari 
sistem politik. Dengan demikian, budaya politik mencakup perilaku, kepercayaan, 
tata nilai, dan keterampilan yang berkembang di seluruh bidang kehidupan 
masyarakat. Jelas di sini yang menjadi target budaya politik itu adalah subyek 
yang berbudaya dan yang punya kompetensi. Almond dan Verba yakin semua orang 
dengan kemampuannya dapat berperan serta asalkan diberi kesempatan. Namun, 
seandainya kesempatan menjadi monopoli orang-orang yang haus kekuasaan dan 
harta, jangan harap budaya dan politik yang unggul akan lahir di bumi pertiwi 
ini. Budaya dan politik unggul tidak bisa tidak menuntut ketulusan dari kita 
semua dalam berperan serta.

      Budaya unggul juga hanya bisa dicapai kalau etika politik juga memainkan 
peranan di dalamnya. Segala tindakan yang tercela dan kasar terjadi karena visi 
etika politik kabur. Karena visinya kabur, misinya pun kabur. Kalau 
kedua-duanya kabur, mudah saja etika politik diterjemahkan secara subyektif 
sehingga muncul etika subyektif, kelompok atau institusi, dan bukan etika 
sosial. Tak heran kalau derajat artikulasi politik Indonesia sering terempas 
dan koyak.

      Demokrasi

      Almond dan Verba lebih lanjut mengaitkan budaya dan politik unggul itu 
dengan kemapanan sebuah demokrasi. Baginya, budaya dan politik unggul hanya 
bisa dicapai ketika demokrasi mendapat tempat yang utama dalam hierarki 
politik. Budaya politik yang demokratik ini menyangkut suatu kumpulan sistem 
keyakinan, sikap, norma, dan persepsi yang menopang terwujudnya partisipasi. 
Demokrasi dalam arti ini adalah meruangkan hadirnya orang lain untuk berandil, 
berperan serta menyumbangkan kompetensinya.

      Budaya dan politik yang unggul akan memiliki tingkat legitimasi yang 
tinggi karena legitimasi itu diperoleh dari partisipasi politik yang demokratik 
di mana semua masyarakat dilibatkan dalam kegiatan politik. Partisipasi politik 
ini penting sehingga demokrasi dirasa tidak menjadi barang mewah bagi kelompok 
tertentu, khususnya rakyat kecil. Tidak boleh menihilkan partisipasi politik 
rakyat. Rakyat adalah kata kunci demokrasi itu sendiri.

      Singkatnya, budaya dan politik unggul hanya bisa berjalan dalam 
keterjalinan. Keterjalinan ini oleh filsuf Michel Foucault disebut sebagai 
"strategi kekuasaan". Filsuf Perancis yang kontroversial, pencuriga, dan 
menjadi pionir bagi lahirnya filsafat postmodernisme ini begitu menekankan 
perlunya kerja sama dan saling menyokong dalam membangun sebuah politik 
kekuasaan. Bagi Foucault, budaya dan politik unggul hanya bisa dicapai ketika 
tiap-tiap kekuasaan berjalan dalam rel yang sama dan perlu adanya kohesi sosial 
yang kenyal.

      Pemikiran Foucault ini dilatarbelakangi pandangannya tentang kekuasaan, 
yakni kekuasaan itu tersebar dan tidak dapat dilokalisasi pada satu kekuatan 
saja. Menafikan posisi-posisi lain dalam berpolitik menjadikan politik itu 
sendiri pincang dan menebar konflik. Politik hendaknya menjadi perekat sosial 
dari berbagai elemen bangsa. Maka, membangun demokrasi demi sebuah budaya dan 
politik yang unggul mengandaikan adanya partisipasi dan sumbangsih keterampilan 
dari berbagai kalangan.

      Bagaimana dengan perkembangan demokrasi kita di Indonesia? Apa esensi 
demokrasi kita? Fakta membuktikan bahwa demokrasi kita pada masa Orde Baru 
dibangun dengan setengah hati, ber-episteme ekonomi dan kekuasaan. Dan kini di 
era reformasi, demokrasi pun dipahami baru sebatas kebebasan berpendapat. Kita 
memaknai demokrasi baru sebatas representasi hak- hak politik.

      Padahal, demokrasi dalam arti ini barulah satu sisi. Sisi yang lain 
adalah komunikasi dan dialog agar selalu tercapai kompromi. Kita harus mengakui 
bahwa komunikasi politik kita masih sangat lemah. Yang kita lihat adalah saling 
mengumpat, menyalahkan, menang sendiri, dan tidak mau dengar yang lain. Yang 
sering terjadi adalah perdebatan wacana, bukan sebuah komunikasi untuk mencari 
solusi.

      Polarisasi politik dalam alam demokrasi seperti ini akan mempersulit 
komunikasi karena orang selalu menaruh curiga dan mau menang sendiri. Orang 
berlomba- lomba untuk menjadi yang pertama dan berkuasa. Kalau ini yang 
terjadi, aspek kebebasan dalam demokrasi akan diterjemahkan secara dangkal 
karena berorientasi pada kebebasan pribadi dan melupakan aspek sosialnya. 
Dengan demikian, demokrasi kita menjadi rapuh dan rentan terhadap berbagai 
penyimpangan.

      Kalau demokrasi kita didominasi dengan sikap-sikap seperti ini, mustahil 
untuk membangun sebuah budaya dan politik unggul. Membangun demokrasi yang 
sehat demi mencapai budaya dan politik yang unggul seperti yang diharapkan oleh 
Presiden Yudhoyono adalah tanggung jawab kita semua sebagai warga negara 
Indonesia. Politik yang demokratis, yang menempatkan kepentingan umum menjadi 
yang utama dalam hierarki nilai, akan menjamin sebuah pemerintahan yang bersih, 
bebas korupsi, kekerasan, dan ketidakadilan lainnya.

      Kesanggupan Yudhoyono untuk merangkum dan memfungsikan berbagai elemen 
masyarakat kiranya menjadi prasyarat bagi lahirnya budaya dan politik unggul. 
Yudhoyono juga sangat diharapkan bersikap tegas menyikapi berbagai problem 
politik sebagai bias dari konflik kepentingan yang kesemuanya itu sangat 
menyengsarakan rakyat. Karena politik, menurut Presiden Bolivia yang baru, Evo 
Morales, adalah "ilmu melayani rakyat dan bukan hidup dari rakyat". Sementara 
di Indonesia, politik diartikan secara pragmatis, yakni ilmu merebut kekuasaan.

      Sanggupkah kita menghapus penderitaan rakyat yang sepertinya tidak pernah 
menepi dengan mengubah paradigma politik kita? Politik itu rakyat!

      Dony Kleden Mahasiswa Program Teologi Universitas Sanata Dharma, 
Yogyakarta
     


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Budaya (Politik) Unggul