** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA Kamis, 07 September 2006 Saat Pengamat Jadi Pengadil Asim Saputra Bekerja di BPS Jawa Barat Menyikapi perkembangan polemik data kemiskinan dan pengangguran BPS beberapa hari terakhir, menjadi menarik ketika beberapa pengamat begitu jeli dan cenderung mencari-cari kesalahan metodologi yang digunakan BPS. Akan tetapi menjadi tidak adil, ketika analisis mereka lebih kepada mementingkan keperluan sesaat tanpa informasi yang berimbang. Sebagai contoh, tulisan Revrisond Baswir di Republika, 4 September 2006 cenderung bersifat tendensius dan hanya ingin memuaskan keinginan menjatuhkan institusi penyedia data statistik tersebut. Mungkin beliau tidak bermaksud demikian, tetapi sangat terasa analisis yang dikembangkan demikian bias dan cenderung kurang memahami subtansi yang sebenarnya. Sebagai orang yang terlibat cukup lama di lapangan dalam pengumpulan data, penulis memahami proses penghitungan data kemiskinan dan pengangguran BPS selama ini relatif memperhatikan aspek keterbandingan, keberlanjutan, dan kekinian data yang disajikan. Perlu diketahui bersama, konsep dan definisi kemiskinan yang digunakan BPS selama ini sudah digunakan berbagai lembaga internasional dan mereka tidak mempermasalahkan batasan garis kemiskinan yang dikembangkan BPS. Dalam tulisannya, Baswir menuduh telah terjadi rekayasa sistemik pada penampilan data BPS dalam pidato presiden tanggal 16 Agustus 2006. Di awal tulisan, beliau secara gamblang menduga corak isi pidato presiden ditetapkan terlebih dahulu, setelah itu dipilih angka yang sesuai. Ketika presiden menyebutkan besaran angka-angka kemiskinan selama kurun 1999-2005, dianggap sebagai upaya menampilkan efek dramatis dalam penurunan kemiskinan di Indonesia. Begitu pula, pada angka pengangguran beliau mempertanyakan penggunaan definisi bekerja yang dibatasi selama sekurang-kurangnya satu jam dalam sepekan, di mana di luar itu angkatan kerja dianggap sebagai penganggur. Padahal, konsep dan definisi kemiskinan serta pengangguran yang dikembangkan BPS selama ini sudah demikian baku dan menjadi salah satu kekuatan BPS dalam menjaga konsistensi dan akuntabilitas data yang disajikan. Penulis tidak melihat bahwa beberapa fakta lapangan tentang kondisi kemiskinan di Indonesia yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sebagai upaya memanipulasi data untuk kepentingan politis semata. Justru apa yang dikemukakan presiden adalah sebuah historical data dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam menekan kemiskinan selama ini. Presiden secara tegas memaparkan keberhasilan dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah sejak zaman mantan presiden Habibie, hingga saat ini. Kalaupun fenomena kemiskinan dan pengangguran setelah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) belum terungkap secara eksplisit lebih karena belum tersedianya data yang cukup, tidak lebih dari itu. Sebagai fenomena dari sebuah kecenderungan, data statistik kemiskinan dan pengangguran yang disampaikan presiden sangat memperhatikan kaidah dan metodologi yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga menjadi tidak adil, ketika beberapa pengamat cenderung mencari-cari kesalahan metode penghitungan BPS tentang data kemiskinan dan pengangguran saat ini, sementara mereka menggunakan data dengan metode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Memahami data Dalam dunia keilmuan statistik dikenal anekdot bahwa mendapatkan data itu sangat mudah, semudah menyebut angka-angka dari data kuantitatif yang tersaji. Pengalaman memang menunjukkan demikian, betapa mudahnya data itu didapat, disajikan dan dibaca. Tidak heran jika beragam data bisa muncul pada pidato-pidato, pada laporan-laporan, pada koran dan majalah apa saja. Namun demikian dari perspektif statistik, sebetulnya tidak begitu. Sekadar review dari apa yang dipaparkan tersebut, para pakar statistik umumnya sangat hati-hati untuk memunculkan sebuah angka. Data memang mudah diperoleh, jika diabaikan faktor-faktor metodologis dan konsep definisi operasional yang digunakan dalam proses pengumpulan data. Persoalan data statistik seperti disebutkan sebelumnya, memang pada tataran metodologisnya. Menurut Jousairi Hasbullah (1996), data yang kita dapat tidak memiliki banyak makna tanpa didukung oleh pegangan metodologis yang sufficient, konsisten, dan relevan. Perangkat metodologis dimaksud tidak hanya pada nuansa bagaimana teknik sampling yang digunakan, tetapi bagaimana formulasi atribut dengan batasan operasional yang jelas. Kekuatan data BPS dewasa ini terletak pada data hasil sensus dan survei. Memang, tidak semua data hasil survei betul-betul akurat, terutama yang sifat distribusi populasinya maupun frekuensi kasusnya tergolong kasus jarang. Tetapi data yang seperti ini umumnya telah terlebih dahulu diseleksi. Hanya data yang secara statistik dianggap layak tampil itu yang biasanya dipublikasikan pada masyarakat. Kegiatan statistik yang dilakukan BPS dan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di perguruan tinggi sebetulnya memiliki benang merah yang jelas. Penelitian perguruan tinggi akan lebih terfokus pada dua kepentingan yaitu dari sisi pengembangan ilmu dan upaya penerapan ilmu pengetahuan bagi pembangunan masyarakat. Sedangkan spektrum tugas statistik lebih tertuju pada upaya memberi masukan bagi perencana pembangunan. Untuk memahami data BPS, para peneliti dianjurkan terlebih dahulu memahami metodologi dari proses data itu tercipta. Di antara yang paling dituntut adalah pemahaman yang mendalam terhadap konsep dan definisi yang digunakan. Di samping itu akan lebih efisien dan optimal bila upaya penelusuran ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti jika terlebih dahulu memanfaatkan data yang telah dihasilkan oleh BPS secara bijak dan elegan. Arif dan jujur Salah satu pilar penting untuk membangun bangsa ini menjadi sejajar bahkan unggul dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia adalah ketersediaan data yang akurat bagi perencanaan pembangunan. Hal ini sudah dipahami bersama oleh berbagai pakar dan pelaku pembangunan. Ketika proses pengumpulan dan pengolahan data menjadi tidak independen, perencanaan pembangunan akan menjadi tidak tepat sasaran dan cenderung menguntungkan pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, BPS sebagai institusi penyedia data utama di Indonesia berusaha memposisikan diri tidak sebagai alat dan pemuas kekuasaan. Data yang disajikan senantiasa berusaha memotret fenomena yang berkembang di masyarakat. Dewasa ini, ketersediaan data yang baik dan up to date menjadi penting bagi terciptanya perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan tepat guna. Sehingga hasil-hasil pembangunan diharapkan dapat dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Saya kira arah pemerintahan sekarang ini menjadi baik ketika dibekali dan disajikan gambaran sesungguhnya tentang kondisi masyarakat dari fenomena data yang ada. Jadi, yang diperlukan adalah sikap kearifan dan kejujuran bersama, baik pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat dalam menyikapi berbagai permasalahan yang mendera bangsa ini. Pemerintah telah secara jujur menyampaikan data hasil kerja lapangan BPS baik sebelum kenaikan BBM (pidato presiden, 16 Agustus 2006) maupun data setelah kenaikan BBM (press release BPS 1 September 2006). Diharapkan berbagai komponen masyarakat menanggapi secara nyata dan berimbang apa yang telah dan akan dilakukan pemerintah dalam menyikapi fenomena kemiskinan yang berkembang dewasa ini. Keraguan tentang metodologi yang digunakan BPS sebenarnya dapat disikapi dengan mencermati bagaimana alur proses data itu tercipta. Perlu diketahui bersama, petugas pencacah lapangan BPS sebagian besar berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Mereka dilatih memahami konsep dan definisi yang digunakan BPS secara runtun dan terpadu. Mereka sering disebut sebagai mitra statistik. Dari tangan-tangan petugas lapangan inilah data tercipta. Sehingga menjadi tidak logis pengumpulan data lapangan mengalami rekayasa sistemik. Dalam proses pengolahan data, seringkali BPS juga melibatkan mitra-mitra statistik akibat kekurangan tenaga. Peran pegawai organik BPS muncul pada tingkat proses penghitungan indikator. Akan sangat fatal, seandainya BPS secara sengaja melakukan rekayasa metodologi yang sudah baku dan menjadi konsumsi publik. Ikhtisar - BPS selama ini sudah demikian baku dalam menjaga konsistensi dan akuntabilitas data yang disajikan. - Apa yang disampaikan presiden dalam pidato, 16 Agustus merupakan historical data dan tidak ada unsur dramatisasi. - Sebagai institusi penyedia data utama di Indonesia, BPS berusaha memposisikan diri tidak sebagai alat dan pemuas kekuasaan. - Hanya data yang secara statistik dianggap layak yang disampaikan kepada masyarakat. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/SktRrD/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **