[nasional_list] [ppiindia] Saat Pengamat Jadi Pengadil

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 7 Sep 2006 10:52:49 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA
Kamis, 07 September 2006


Saat Pengamat Jadi Pengadil 
Asim Saputra
Bekerja di BPS Jawa Barat


Menyikapi perkembangan polemik data kemiskinan dan pengangguran BPS beberapa 
hari terakhir, menjadi menarik ketika beberapa pengamat begitu jeli dan 
cenderung mencari-cari kesalahan metodologi yang digunakan BPS. Akan tetapi 
menjadi tidak adil, ketika analisis mereka lebih kepada mementingkan keperluan 
sesaat tanpa informasi yang berimbang. Sebagai contoh, tulisan Revrisond Baswir 
di Republika, 4 September 2006 cenderung bersifat tendensius dan hanya ingin 
memuaskan keinginan menjatuhkan institusi penyedia data statistik tersebut. 
Mungkin beliau tidak bermaksud demikian, tetapi sangat terasa analisis yang 
dikembangkan demikian bias dan cenderung kurang memahami subtansi yang 
sebenarnya.

Sebagai orang yang terlibat cukup lama di lapangan dalam pengumpulan data, 
penulis memahami proses penghitungan data kemiskinan dan pengangguran BPS 
selama ini relatif memperhatikan aspek keterbandingan, keberlanjutan, dan 
kekinian data yang disajikan. Perlu diketahui bersama, konsep dan definisi 
kemiskinan yang digunakan BPS selama ini sudah digunakan berbagai lembaga 
internasional dan mereka tidak mempermasalahkan batasan garis kemiskinan yang 
dikembangkan BPS.

Dalam tulisannya, Baswir menuduh telah terjadi rekayasa sistemik pada 
penampilan data BPS dalam pidato presiden tanggal 16 Agustus 2006. Di awal 
tulisan, beliau secara gamblang menduga corak isi pidato presiden ditetapkan 
terlebih dahulu, setelah itu dipilih angka yang sesuai. Ketika presiden 
menyebutkan besaran angka-angka kemiskinan selama kurun 1999-2005, dianggap 
sebagai upaya menampilkan efek dramatis dalam penurunan kemiskinan di 
Indonesia. 

Begitu pula, pada angka pengangguran beliau mempertanyakan penggunaan definisi 
bekerja yang dibatasi selama sekurang-kurangnya satu jam dalam sepekan, di mana 
di luar itu angkatan kerja dianggap sebagai penganggur. Padahal, konsep dan 
definisi kemiskinan serta pengangguran yang dikembangkan BPS selama ini sudah 
demikian baku dan menjadi salah satu kekuatan BPS dalam menjaga konsistensi dan 
akuntabilitas data yang disajikan.

Penulis tidak melihat bahwa beberapa fakta lapangan tentang kondisi kemiskinan 
di Indonesia yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sebagai 
upaya memanipulasi data untuk kepentingan politis semata. Justru apa yang 
dikemukakan presiden adalah sebuah historical data dari upaya-upaya yang 
dilakukan pemerintah dalam menekan kemiskinan selama ini. 

Presiden secara tegas memaparkan keberhasilan dari berbagai upaya yang telah 
dilakukan oleh pemerintah sejak zaman mantan presiden Habibie, hingga saat ini. 
Kalaupun fenomena kemiskinan dan pengangguran setelah kenaikan bahan bakar 
minyak (BBM) belum terungkap secara eksplisit lebih karena belum tersedianya 
data yang cukup, tidak lebih dari itu.

Sebagai fenomena dari sebuah kecenderungan, data statistik kemiskinan dan 
pengangguran yang disampaikan presiden sangat memperhatikan kaidah dan 
metodologi yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga menjadi tidak 
adil, ketika beberapa pengamat cenderung mencari-cari kesalahan metode 
penghitungan BPS tentang data kemiskinan dan pengangguran saat ini, sementara 
mereka menggunakan data dengan metode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Memahami data
Dalam dunia keilmuan statistik dikenal anekdot bahwa mendapatkan data itu 
sangat mudah, semudah menyebut angka-angka dari data kuantitatif yang tersaji. 
Pengalaman memang menunjukkan demikian, betapa mudahnya data itu didapat, 
disajikan dan dibaca. Tidak heran jika beragam data bisa muncul pada 
pidato-pidato, pada laporan-laporan, pada koran dan majalah apa saja. Namun 
demikian dari perspektif statistik, sebetulnya tidak begitu. 

Sekadar review dari apa yang dipaparkan tersebut, para pakar statistik umumnya 
sangat hati-hati untuk memunculkan sebuah angka. Data memang mudah diperoleh, 
jika diabaikan faktor-faktor metodologis dan konsep definisi operasional yang 
digunakan dalam proses pengumpulan data.

Persoalan data statistik seperti disebutkan sebelumnya, memang pada tataran 
metodologisnya. Menurut Jousairi Hasbullah (1996), data yang kita dapat tidak 
memiliki banyak makna tanpa didukung oleh pegangan metodologis yang sufficient, 
konsisten, dan relevan. Perangkat metodologis dimaksud tidak hanya pada nuansa 
bagaimana teknik sampling yang digunakan, tetapi bagaimana formulasi atribut 
dengan batasan operasional yang jelas.

Kekuatan data BPS dewasa ini terletak pada data hasil sensus dan survei. 
Memang, tidak semua data hasil survei betul-betul akurat, terutama yang sifat 
distribusi populasinya maupun frekuensi kasusnya tergolong kasus jarang. Tetapi 
data yang seperti ini umumnya telah terlebih dahulu diseleksi. Hanya data yang 
secara statistik dianggap layak tampil itu yang biasanya dipublikasikan pada 
masyarakat.

Kegiatan statistik yang dilakukan BPS dan kegiatan penelitian yang dilakukan 
oleh para peneliti di perguruan tinggi sebetulnya memiliki benang merah yang 
jelas. Penelitian perguruan tinggi akan lebih terfokus pada dua kepentingan 
yaitu dari sisi pengembangan ilmu dan upaya penerapan ilmu pengetahuan bagi 
pembangunan masyarakat. Sedangkan spektrum tugas statistik lebih tertuju pada 
upaya memberi masukan bagi perencana pembangunan.

Untuk memahami data BPS, para peneliti dianjurkan terlebih dahulu memahami 
metodologi dari proses data itu tercipta. Di antara yang paling dituntut adalah 
pemahaman yang mendalam terhadap konsep dan definisi yang digunakan. Di samping 
itu akan lebih efisien dan optimal bila upaya penelusuran ilmiah yang dilakukan 
oleh para peneliti jika terlebih dahulu memanfaatkan data yang telah dihasilkan 
oleh BPS secara bijak dan elegan.

Arif dan jujur
Salah satu pilar penting untuk membangun bangsa ini menjadi sejajar bahkan 
unggul dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia adalah ketersediaan data 
yang akurat bagi perencanaan pembangunan. Hal ini sudah dipahami bersama oleh 
berbagai pakar dan pelaku pembangunan. Ketika proses pengumpulan dan pengolahan 
data menjadi tidak independen, perencanaan pembangunan akan menjadi tidak tepat 
sasaran dan cenderung menguntungkan pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, BPS 
sebagai institusi penyedia data utama di Indonesia berusaha memposisikan diri 
tidak sebagai alat dan pemuas kekuasaan. Data yang disajikan senantiasa 
berusaha memotret fenomena yang berkembang di masyarakat.

Dewasa ini, ketersediaan data yang baik dan up to date menjadi penting bagi 
terciptanya perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan tepat guna. Sehingga 
hasil-hasil pembangunan diharapkan dapat dinikmati oleh segenap lapisan 
masyarakat. Saya kira arah pemerintahan sekarang ini menjadi baik ketika 
dibekali dan disajikan gambaran sesungguhnya tentang kondisi masyarakat dari 
fenomena data yang ada. 

Jadi, yang diperlukan adalah sikap kearifan dan kejujuran bersama, baik 
pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat dalam 
menyikapi berbagai permasalahan yang mendera bangsa ini. Pemerintah telah 
secara jujur menyampaikan data hasil kerja lapangan BPS baik sebelum kenaikan 
BBM (pidato presiden, 16 Agustus 2006) maupun data setelah kenaikan BBM (press 
release BPS 1 September 2006). Diharapkan berbagai komponen masyarakat 
menanggapi secara nyata dan berimbang apa yang telah dan akan dilakukan 
pemerintah dalam menyikapi fenomena kemiskinan yang berkembang dewasa ini.

Keraguan tentang metodologi yang digunakan BPS sebenarnya dapat disikapi dengan 
mencermati bagaimana alur proses data itu tercipta. Perlu diketahui bersama, 
petugas pencacah lapangan BPS sebagian besar berasal dari berbagai kalangan 
masyarakat. Mereka dilatih memahami konsep dan definisi yang digunakan BPS 
secara runtun dan terpadu. Mereka sering disebut sebagai mitra statistik. 

Dari tangan-tangan petugas lapangan inilah data tercipta. Sehingga menjadi 
tidak logis pengumpulan data lapangan mengalami rekayasa sistemik. Dalam proses 
pengolahan data, seringkali BPS juga melibatkan mitra-mitra statistik akibat 
kekurangan tenaga. Peran pegawai organik BPS muncul pada tingkat proses 
penghitungan indikator. Akan sangat fatal, seandainya BPS secara sengaja 
melakukan rekayasa metodologi yang sudah baku dan menjadi konsumsi publik.

Ikhtisar
- BPS selama ini sudah demikian baku dalam menjaga konsistensi dan 
akuntabilitas data yang disajikan.
- Apa yang disampaikan presiden dalam pidato, 16 Agustus merupakan historical 
data dan tidak ada unsur dramatisasi.
- Sebagai institusi penyedia data utama di Indonesia, BPS berusaha memposisikan 
diri tidak sebagai alat dan pemuas kekuasaan.
- Hanya data yang secara statistik dianggap layak yang disampaikan kepada 
masyarakat.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/SktRrD/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Saat Pengamat Jadi Pengadil