[nasional_list] [ppiindia] RI Importir Produk Pertanian Terbesar di Dunia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 21 Feb 2005 11:59:17 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/02/21/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
RI Importir Produk Pertanian Terbesar di Dunia

Produktivitas Lahan untuk Beberapa Komoditas Justru Menurun

 



JAKARTA - Indonesia yang kaya sumber daya alam, dengan tanah yang subur dan 
laut yang luas, seharusnya merupakan negara agraris dan maritim yang andal. 
Namun sangat ironis karena hingga saat ini Indonesia adalah negara pengimpor 
produk pertanian terbesar di dunia. 

Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Ansori Mattjik, di 
Jakarta, akhir pekan lalu, pertambahan penduduk yang masih tinggi dan 
menurunnya produktivitas beberapa komoditas penting dan luas areal pertanian 
menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor beberapa bahan pangan yang cukup 
besar setiap tahun. 

Apabila hal itu tidak segera diatasi, katanya, bukan tidak mungkin pada 
waktu-waktu mendatang, Indonesia benar-benar masuk jebakan pangan (food trap). 
Kebergantungan pada bahan pangan impor sungguh akan memperlemah ketahanan 
nasional. 

''Untuk menghindari kebergantungan pangan impor, kebijakan untuk mencapai 
swasembada pangan perlu mendapat prioritas utama. Sektor pertanian, kelautan 
dan perikanan harus menjadi prioritas pertama kebijakan pembangunan nasional,'' 
ucapnya. 

Indonesia, diakui berhasil berswasembada beras pada tahun 2004, dan diharapkan 
terulang kembali tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Namun, kebijakan 
nasional jangan sampai keliru sehingga justru mengacaukan pembangunan di sektor 
pertanian dan pengadaan beras. 

Berkaitan dengan itu, dia juga memprihatinkan kondisi lingkungan yang semakin 
mencemaskan. Kerusakan jutaan hektare (ha) hutan, misalnya, telah berdampak 
serius terhadap keberadaan plasma nutfah yang mengakibatkan banyak hilangnya 
biodiversitas. 

Perubahan politik dan kebijakan pertanian setelah itu, merupakan salah satu 
penyebab keterpurukan yang terjadi saat ini, terutama bergesernya prioritas 
pembangunan sektor pertanian kepada sektor industri yang tidak berorientasi 
pada sumber daya lokal terbarukan. 

Menurutnya, pengaruh kebijakan perdagangan bebas yang mengglobal juga telah 
dirasakan dalam persaingan perdagangan komoditas pertanian. Dengan masuknya 
Indonesia ke dalam perjanjian pertanian (Agreement on Agriculture/AOA) pada 
tahun 1995, dan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) dalam program Dana 
Moneter Internasional (IMF), telah melahirkan proses liberalisasi bidang 
pertanian secara radikal. 

''Kondisi ini di satu sisi dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk berperan 
di pasar dunia, namun sekaligus juga merupakan tantangan bahkan ancaman jika 
daya saing komoditas pertanian Indonesia masih rendah,'' ujarnya. 

Dalam era liberalisasi pertanian, ungkap Ansori, telah terjadi kenaikan impor 
komoditas pangan utama, yakni beras, jagung, bungkil kedele, kacang tanah, dan 
gandum. Hal itu telah mengancam sekitar 27 juta keluarga petani yang 
mengandalkan nasibnya di sektor pertanian, atau sekitar 70 persen dari total 
angka pengangguran yang jumlahnya sekitar 40 juta orang. 

Perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) yang diberlakukan pada 
tahun 2003, kata Ansori, sebenarnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan 
ekspor produk-produk unggulan berikut para tenaga ahlinya. 

Namun, ungkapnya, Indonesia termasuk yang masih sangat rendah memanfaatkan 
peluang AFTA di antara negara-negara ASEAN, antara lain karena para pelaku 
agribisnis di Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang perdagangan bebas AFTA 
secara optimal. 


Produktivitas Turun 

Di sisi lain, papar Ansori, produktivitas lahan untuk beberapa komoditas justru 
menurun. Data pada tahun 2003 menunjukkan, produktivitas padi sawah yang 
seharusnya mampu menghasilkan produksi gabah di atas 10 ton per ha, secara 
nasional baru mencapai rata-rata 4,97 ton per ha. Bahkan pada padi ladang hanya 
mencapai 2,43 ton per ha. 

Produktivitas gula pun secara nasional terus menurun sejak zaman kolonial 
Belanda. Pada zaman kolonial, produktivitas gula dapat mencapai 12 ton per ha. 
Pada tahun 1990 merosot tajam hingga 6,43 ton per ha. Bahkan pada tahun 2002 
turun lagi menjadi 4,92 ton per ha. Sedangkan pada tahun 2003 ada peningkatan 
menjadi 5,4 ton per ha. 

Produsi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yang semula didominasi oleh 
Indonesia sebagai pemasok pasar dunia, telah menurun ke urutan kedua (36,8 
persen) setelah Malaysia (46,6 persen). 

Produktivitas komoditas pertanian lainnya masih perlu ditingkatkan, seperti 
jagung (3,08 ton per ha), kedelai (1,24 ton per ha), kacang tanah ( 1,11 ton 
per ha ), ubi kayu (13,25 ton per ha), dan ubi jalar (9,99 ton per ha). 
Peningkatan juga perlu dilakukan untuk produktivitas perkebunan, seperti karet 
rakyat (0,61 ton per ha), perkebunan karet (1,1 ton per ha), kelapa sawit ( 
3,08 ton per ha), kopi (0,63 ton per ha), tebu/gula (5,4 ton per ha). 

''Secara keseluruhan, dapat dikatakan produktivitas berbagai komoditas 
pertanian kita masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN,'' ujar 
Ansori mengingatkan. (S-26) 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 21/2/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] RI Importir Produk Pertanian Terbesar di Dunia