** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.suarapembaruan.com/News/2005/02/21/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY RI Importir Produk Pertanian Terbesar di Dunia Produktivitas Lahan untuk Beberapa Komoditas Justru Menurun JAKARTA - Indonesia yang kaya sumber daya alam, dengan tanah yang subur dan laut yang luas, seharusnya merupakan negara agraris dan maritim yang andal. Namun sangat ironis karena hingga saat ini Indonesia adalah negara pengimpor produk pertanian terbesar di dunia. Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Ansori Mattjik, di Jakarta, akhir pekan lalu, pertambahan penduduk yang masih tinggi dan menurunnya produktivitas beberapa komoditas penting dan luas areal pertanian menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor beberapa bahan pangan yang cukup besar setiap tahun. Apabila hal itu tidak segera diatasi, katanya, bukan tidak mungkin pada waktu-waktu mendatang, Indonesia benar-benar masuk jebakan pangan (food trap). Kebergantungan pada bahan pangan impor sungguh akan memperlemah ketahanan nasional. ''Untuk menghindari kebergantungan pangan impor, kebijakan untuk mencapai swasembada pangan perlu mendapat prioritas utama. Sektor pertanian, kelautan dan perikanan harus menjadi prioritas pertama kebijakan pembangunan nasional,'' ucapnya. Indonesia, diakui berhasil berswasembada beras pada tahun 2004, dan diharapkan terulang kembali tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Namun, kebijakan nasional jangan sampai keliru sehingga justru mengacaukan pembangunan di sektor pertanian dan pengadaan beras. Berkaitan dengan itu, dia juga memprihatinkan kondisi lingkungan yang semakin mencemaskan. Kerusakan jutaan hektare (ha) hutan, misalnya, telah berdampak serius terhadap keberadaan plasma nutfah yang mengakibatkan banyak hilangnya biodiversitas. Perubahan politik dan kebijakan pertanian setelah itu, merupakan salah satu penyebab keterpurukan yang terjadi saat ini, terutama bergesernya prioritas pembangunan sektor pertanian kepada sektor industri yang tidak berorientasi pada sumber daya lokal terbarukan. Menurutnya, pengaruh kebijakan perdagangan bebas yang mengglobal juga telah dirasakan dalam persaingan perdagangan komoditas pertanian. Dengan masuknya Indonesia ke dalam perjanjian pertanian (Agreement on Agriculture/AOA) pada tahun 1995, dan ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) dalam program Dana Moneter Internasional (IMF), telah melahirkan proses liberalisasi bidang pertanian secara radikal. ''Kondisi ini di satu sisi dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk berperan di pasar dunia, namun sekaligus juga merupakan tantangan bahkan ancaman jika daya saing komoditas pertanian Indonesia masih rendah,'' ujarnya. Dalam era liberalisasi pertanian, ungkap Ansori, telah terjadi kenaikan impor komoditas pangan utama, yakni beras, jagung, bungkil kedele, kacang tanah, dan gandum. Hal itu telah mengancam sekitar 27 juta keluarga petani yang mengandalkan nasibnya di sektor pertanian, atau sekitar 70 persen dari total angka pengangguran yang jumlahnya sekitar 40 juta orang. Perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) yang diberlakukan pada tahun 2003, kata Ansori, sebenarnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor produk-produk unggulan berikut para tenaga ahlinya. Namun, ungkapnya, Indonesia termasuk yang masih sangat rendah memanfaatkan peluang AFTA di antara negara-negara ASEAN, antara lain karena para pelaku agribisnis di Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang perdagangan bebas AFTA secara optimal. Produktivitas Turun Di sisi lain, papar Ansori, produktivitas lahan untuk beberapa komoditas justru menurun. Data pada tahun 2003 menunjukkan, produktivitas padi sawah yang seharusnya mampu menghasilkan produksi gabah di atas 10 ton per ha, secara nasional baru mencapai rata-rata 4,97 ton per ha. Bahkan pada padi ladang hanya mencapai 2,43 ton per ha. Produktivitas gula pun secara nasional terus menurun sejak zaman kolonial Belanda. Pada zaman kolonial, produktivitas gula dapat mencapai 12 ton per ha. Pada tahun 1990 merosot tajam hingga 6,43 ton per ha. Bahkan pada tahun 2002 turun lagi menjadi 4,92 ton per ha. Sedangkan pada tahun 2003 ada peningkatan menjadi 5,4 ton per ha. Produsi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yang semula didominasi oleh Indonesia sebagai pemasok pasar dunia, telah menurun ke urutan kedua (36,8 persen) setelah Malaysia (46,6 persen). Produktivitas komoditas pertanian lainnya masih perlu ditingkatkan, seperti jagung (3,08 ton per ha), kedelai (1,24 ton per ha), kacang tanah ( 1,11 ton per ha ), ubi kayu (13,25 ton per ha), dan ubi jalar (9,99 ton per ha). Peningkatan juga perlu dilakukan untuk produktivitas perkebunan, seperti karet rakyat (0,61 ton per ha), perkebunan karet (1,1 ton per ha), kelapa sawit ( 3,08 ton per ha), kopi (0,63 ton per ha), tebu/gula (5,4 ton per ha). ''Secara keseluruhan, dapat dikatakan produktivitas berbagai komoditas pertanian kita masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN,'' ujar Ansori mengingatkan. (S-26) -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 21/2/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **