** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16 Senin, 21 Februari 2005 Kenapa Kenaikan BBM Ditolak? M Fadhil Hasan Direkur Utama Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dalam perspektif pemerintah kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) merupakan sebuah keniscayaan terutama setelah harga minyak dunia melonjak cukup dramatis dalam beberapa bulan terakhir dan belum ada tanda-tanda penurunan yang berarti sampai saat ini. Dengan perubahan asumsi harga minyak dari 24 dolar AS menjadi 35 dolar AS per barel, misalnya, beban subsidi akan meningkat dari Rp 19 triliun menjadi Rp 63 triliun. Jadi ada tambahan pengeluaran sekitar Rp 44 triliun. Sudah barang tentu kenaikan subsidi sebesar ini akan sangat memberatkan beban anggaran pemerintah. Di samping itu aspek keadilan juga menjadi pertimbangan lain rencana kenaikkan harga BBM ini. Sering dikatakan bahwa subsidi BBM tidak adil karena yang paling banyak menikmati adalah golongan menengah ke atas masyarakat, dan bukan kelompok masyarakat bawah yang mengkonsumsi BBM jauh lebih sedikit. Diperkirakan sekitar 72 persen dari subsidi BBM dinikmati oleh kelompok menengah ke atas, sedangkan kelompok masyarakat bawah hanya menikmati 28 persen dari subsidi tersebut. Maka menaikkan harga BBM merupakan koreksi terhadap ketidakadilan yang selama ini berlangsung. Jika itu yang menjadi alasan pemerintah, mengapa kemudian rencana kenaikkan harga BBM selalu disambut dengan protes dari berbagai kelompok masyarakat? Bahkan setelah pemerintah menjalankan program kompensasi BBM untuk masyarakat miskin melalui pendidikan, kesehatan dan penyedian pangan tetap saja terjadi penolakan terhadap kenaikkan harga BBM. Seolah masyarakat tidak menyadari bahwa kenaikkan harga BBM ini bertujuan untuk menegakkan keadilan ekonomi dan membantu masyarakat miskin. Perlu kiranya pemerintah menelaah lebih dalam lagi penolakan masyarakat terhadap kenaikkan harga BBM dan mengambil langkah-langkah tepat mengatasi penolakan tersebut sebelum menaikkan harga BBM. Terdapat berbagai kemungkinan penjelasan terhadap gejala ini. Pertama, masyarakat belum yakin benar pemerintah dapat mengendalikan dampak dari kebijakan ini terhadap kenaikkan berbagai kebutuhan hidup. Yang dirasakan masyarakat adalah bahwa kenaikkan harga BBM tersebut akan semakin menambah beban ekonomi yang sudah berat berupa kenaikkan harga kebutuhan sehari-hari. Kedua, masyarakat belum yakin bahwa program kompensasi BBM akan dapat mereka nikmati sebagaimana pemerintah janjikan. Ketiga, masyarakat belum dapat membeli alasan keadilan yang melatarbelakangi kenaikkan harga BBM sebagaimana yang disampaikan pemerintah. Masyarakat masih melihat bahwa masih banyak yang pemerintah bisa lakukan untuk mengurangi beban anggaran selain kenaikkan harga BBM dan masyarakat juga melihat berbagai bentuk ketidakadilan kebijakan ekonomi yang sama sekali tidak pernah pemerintah coba atasi dengan serius. Dampak bagi masyarakat miskin dan inflasi Kajian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2005 tentang dampak kenaikkan harga BBM terhadap masyarakat miskin dan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR) membuktikan kenaikan harga BBM (semua jenis BBM) sebesar 5 persen, misalnya, akan meningkatkan IHK akan naik sebesar 3,6 persen dan jumlah masyarakat miskin di desa meningkat menjadi 1,30 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin kota akan meningkat sebesar 2,76 persen. Semakin tinggi persentase kenaikkan harga BBM semakin tinggi pula lonjakan IHK dan jumlah masyarakat miskin. Studi Oktaviani (2005) dengan menggunakan metode Computable General Equilibrium (CGE) memberikan hasil yang sama dimana kenaikkan harga kenaikan harga BBM akan menyebabkan kondisi rumah tangga menjadi lebih buruk dibanding sebelum adanya kenaikan harga BBM dan pendapatan rumah tangga miskin di desa dan kota menurun dengan cepat karena terjadi penurunan upah dan sewa modal. Secara umum rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi meningkat. Masyarakat benar bahwa kenaikkan harga BBM akan menyebabkan kenaikkan harga berbagai kebutuhan hidup sebagaimana ditunjukkan oleh lonjakan inflasi yang cukup tinggi. Di samping itu kenaikkan harga BBM juga akan meningkatkan jumlah orang miskin di desa maupun di kota. Temuan tersebut menunjukkan pentingnya kebijakan menaikkan harga BBM ini diikuti dengan kebijakan lain yang dapat mengendalikan lonjakan inflasi yang disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti peredaran arus uang, hambatan perdagangan, dan pergerakan nilai tukar. Hal lain adalah bahwa rencana pemerintah untuk melaksanakan program kompensasi akibat kenaikan harga BBM terutama bagi masyarakat miskin sudah benar. Selain program kompensasi maka program pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan dan perkotaan perlu mendapat prioritas pemerintah untuk meminimalisasikan peningkatan jumlah penduduk miskin akibat adanya kenaikan harga BBM. Program kompensasi BBM harus dapat menjangkau dan terasa langsung manfaatnya oleh masyarakat miskin. Melihat komposisi dari pengeluaran masyarakat miskin maka program yang dapat secara signifikan membantu masyarakat miskin adalah program di bidang pendidikan, kesehatan, pangan dan transportasi. Masalahnya ada pada implementasi dari program tersebut. Selama ini program kompensasi BBM dijalankan tidak efektif dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui adanya program tersebut. Program ini lebih merupakan pembagian rezeki kepada instansi yang menjadi pelaksana dan penanggung jawab progam tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus merumuskan secara jelas organisasi dan mekanisme pelaksanaan, dan menjamin bahwa program kompensasi menjangkau kelompok masyarakat miskin. Selama hal ini belum berhasil dirumuskan lebih baik pemerintah menunda terlebih dahulu kenaikkan harga BBM ini sebab bilamana hal ini dijalankan maka akan semakin besar ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Apalagi bila program tersebut dijalankan oleh aparat birokrasi lama yang belum mengalami perubahan dalam etos dan semangat kerjanya. Mantan Menteri Keuangan Boediono beberapa waktu lalu mengatakan bahwa salah satu ketidaksetujuan menjadikan anggaran pemerintah sebagai stimulus fiskal adalah belum baiknya kelembagaan pemerintah yang menjalankan program pembangunan tersebut sehingga dikhawatirkan peningkatan anggaran justru akan meningkatkan praktik-praktik KKN. Analogi yang sama dapat dibuat untuk kasus kenaikkan harga BBM ini. Masalah ketidakadilan kebijakan ekonomi Bahwa subsidi BBM sekarang merupakan ketidakdilan kebijakan ekonomi masyarakat menyadarinya dengan baik. Akan tetapi, menghilangkan sebagian besar beban tersebut dari masyarakat yang menikmati subsidi tanpa ada kepastian dan keyakinan akan menerima manfaat dari program kompensasi merupakan pilihan yang tidak adil dan tidak bertanggungjawab. Di samping itu masyarakat pun mengetahui masih banyak bentuk ketidakadilan kebijakan ekonomi berlangsung tanpa ada usaha untuk mengoreksinya dengan serius. Ketidakadilan ekonomi tersebut nampak jelas, ketika pada saat yang sama, pemerintah justru terus memberikan subsidi kepada bank-bank melalui program penjaminan dan rekapitalisasi. Beberapa waktu lalu, pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 3,39 triliun kepada tiga bank yang dilikuidasi yaitu Bank Asiatic, Bank Dagang Bali, dan Bank Global. Subsidi sejenis kemungkinan akan terus meningkat pada tahun ini, karena ada tiga atau empat bank lagi yang masih menghadapi masalah yang sama. Subsidi tersebut hanya dinikmati oleh segilintir bankir kriminal, dan justru menjadi beban rakyat. Bentuk lain dari ketidakadilan kebijakan ekonomi adalah subsidi bank rekap. Selain subsidi BBM, subsidi lain yang juga menjadi beban terbesar APBN adalah pembayaran bunga obligasi bank rekap. Pengeluaran bunga obligasi bank rekap mencapai Rp 41 triliun, dua kali lebih besar dari subsidi BBM yang hanya mencapai Rp 19 triliun dalam APBN 2004. Sampai saat ini, pemerintah tidak pernah melakukan usaha untuk meninjau subsidi untuk pengusaha dan bankir nakal tersebut. Fokus pemerintah hanya pada pengurangan subsidi BBM yang akan membebani rakyat. Padahal, pengeluaran bunga obligasi bank rekap dinikmati hanya oleh segelintir konglomerat dan bankir nakal, yang samasekali tidak pantas menerima subsidi dari negara. Jika pemerintah benar-benar memiliki komitmen untuk berpihak kepada rakyat, pengurangan pembayaran bunga obligasi bank rekap harus dijadikan prioritas utama, sebelum merencanakan pengurangan subsidi BBM. Masyarakat pun mengetahui bahwa masih banyak penyalahgunaan dan korupsi di Pertamina yang jika hal ini diberantas akan sangat membantu kredibilitas pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM. Salah satu bentuk penyalahgunaan di tubuh Pertamina saat ini adalah penggunaan jasa trading companies untuk melakukan ekspor dan impor minyak yang telah dihilangkan pada era pemerintahan Habibie dan Gus Dur, tetapi dihidupkan kembali pada era pemerintahan Megawati. Keberadaan perantara tersebut telah menyebabkan pemborosan yang sangat besar di tubuh Pertamina. Jika trading margin yang mereka peroleh sebesar 25 sen per barel, maka ketidakefisienan Pertamina dalam melakukan ekspor dan impor minyak mencapai Rp 16,5 miliar per hari atau kurang lebih Rp 6 triliun per tahun. Pemerintah harus mendorong dihapuskannya peran perantara ini agar Pertamina tidak dibebani lagi dengan berbagai jenis pengeluaran yang tidak perlu. Penutup Seharusnya memang pemerintah menunda kenaikkan harga BBM ini dan terlebih dahulu merumuskan program kompensasi yang efektif yang menjamin bahwa program tersebut sampai pada kelompok masyarakat miskin. Pada saat yang sama pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah kongkrit memberantas berbagai ketidakadilan kebijakan ekonomi lainnya untuk memberi keyakinan kepada masyarakat bahwa jika subsidi BBM berkurang, ini bukan merupakan satu-satunya cara yang hendak diambil untuk mengurangi beban anggaran dan menghilangkan ketidakadilan ekonomi. Jika pemerintah melakukan semua itu niscaya masyarakat pun akan menerima pengurangan subsidi BBM ini. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **