** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA Jumat, 24 Februari 2006 Mewujudkan Polisi Sipil Bambang Abimanyu Pengamat Kamtibmas Gonjang-ganjing tindakan polisi melakukan penyelidikan terhadap rencana Fraksi PDIP dan Fraksi PKS menginvestigasi soal impor beras, sempat menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai tindakan itu tidak pada tempatnya. Karena itu, harus diluruskan dan pelakunya diberi sanksi. Kapolri Jenderal Sutanto meminta maaf. Bahkan, Mabes Polri akhirnya mencopot Komisaris Besar S Handoko dari jabatan direktur Intelijen dan Keamanan Polda Metro Jaya. Handoko adalah perwira yang menandatangani surat perintah penyelidikan. Isu penuh nuansa politis merebak menyusul keluarnya surat perintah penyelidikan itu. Di antaranya dikatakan bahwa adanya penyusupan kepentingan di tubuh Polri, adanya 'pesanan' dari pihak-pihak yang berkepentingan, hingga isu bahwa Polri sudah dijadikan alat penguasa. Tuduhan publik terhadap polri tersebut merupakan reaksi atas sikap atau tindakan penyalahgunaan wewenang. Polisi dianggap tidak proporsional. Kondisi itu tentu menjadi batu ujian ke depan bagi Polri yang pada Juli mendatang akan memasuki usianya yang ke-60. Mampukah Polri meningkatkan dan tetap mempertahankan kredibilitas dan kapabilitasnya sehingga menjadi andal dan profesional dalam menjalankan tugasnya menghadapi berbagai perubahan dan tantangan? Tentu, semuanya berpulang kepada kemauan dan kesungguhan institusi Polri sendiri. Sebab, sebagai aparat penegak hukum, pelindung dan pelayan masyarakat, Polri dituntut memiliki cara berpikir, cara pandang, dan tindakan yang sesuai dengan paradigma baru atau iklim demokrasi yang melekat pada bangsa ini. Terutama sejak bergulirnya momentum reformasi beberapa tahun silam. Problem legitimasi Tuntutan masyarakat terhadap perbaikan kinerja Polri secara konsisten memang tak pernah berhenti. Masyarakat berharap jangan sampai upaya yang sudah dilakukan dirusak lagi. Terlebih, belakangan Polri telah mampu mengukir sejumlah prestasi yang memperoleh apresiasi tinggi. Di antaranya, memerangi terorisme, illegal logging, pemberantasan perjudian, dan penegakan hukum lainnya. Bahkan, keberanian Polri membuka 'boroknya' sendiri kepada publik, juga mendapat acungan jempol. Meski demikian, terjadinya kasus terakhir yang menyangkut peran polisi dengan lembaga wakil rakyat, terbukti menjadi sorotan tajam dari publik. Tindakan polisi yang dinilai oleh masyarakat tidak pada tempatnya itu, berdampak sangat negatif pada legitimasi polisi. Memang, secara de jure legitimasi polisi akan kian menguat jika dalam menjalankan tugasnya polisi menggunakan kewenangan secara legal. Namun, secara de facto, penggunaan kewenangan polisi dalam menjalankan tugasnya selaku penegak hukum, penjaga keamanan, dan pemelihara ketertiban umum secara legal, tak jarang masih menimbulkan permasalahan yang tetap mengurangi legitimasi polisi di mata masyarakat. Kondisi ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab polisi yang meliputi penggunaan wewenang tidak semata-mata mengacu pada ketentuan formal institusi. Ini jelas merupakan sebuah tantangan berat dan sekaligus menjadi 'peluang' bagi Polri untuk menata diri lebih matang lagi. Itulah sebabnya unsur diskresi kepolisian yang bertumpu pada pertimbangan moral polisi dan unsur yuridis dalam mengambil keputusan di tengah situasi kompleks, tak jarang dilakukan anggota Polri sehingga memberikan kewenangan untuk berinisiatif tanpa harus menunggu instruksi. Namun, kondisi demikian akan sangat riskan bagi anggota Polri yang bersangkutan ketika perkembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik sedang tidak kondusif. Terlebih jika institusi Polri juga belum merumuskan kebijakan berkaitan dengan diskresi yang diperbolehkan dan tidak. Mengubah citra Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa hingga kini Polri belum sepenuhnya menampilkan 'wajah' sipilnya. Persepsi dan penilaian masyarakat tersebut didasarkan pada sikap dan tindakan sehari-hari aparat polisi di lapangan sehingga merefleksikan kultur pelayanan, perlindungan, dan penegakan hukum yang dijalankan oleh Polri. Masyarakat melihat polisi bukan sebagai perseorangan, tetapi sebagai suatu lembaga. Karena itu, tidak jarang kesalahan seorang anggota polisi (oknum) digeneralisasi sebagai kesalahan lembaga Polri secara keseluruhan. Mengadopsi pendapat Robert Reiner (1992), pelaksanaan tugas polisi berkaitan dengan peran polisi yang menganut dua variabel prinsip, yaitu bahaya dan kewenangan (danger and authority). Karakteristik kultur polisi tersebut lebih banyak diwarnai oleh kualitas dan integritas pribadi petugas polisi. Karena itu, jika masih sering muncul kultur polisi yang militeristik --yang memang menyimpang dari kultur polisi universal -- agaknya hal itu tidak terlepas dari kultur politik makro nasional yang bernuansa birokratik, korporatif, dan militeristik. Agar hal serupa tak kembali terulang, mutlak dikembangkan budaya Polri yang berorientasi pada publik serta menggunakan pendekatan yang bercorak non-militeristik. Artinya, budaya perseorangan aparat polisi harus didasarkan pada budaya organisasi (corporate culture). Sebab budaya polisi diwarnai oleh pelaksanaan tugas polisi yang bersifat perseorangan (the policemen's working personality) yang diwarnai oleh lingkungannya (sociaty generated culture). Di samping itu, guna mewujudkan keberadaan polisi sipil, Polri dituntut mampu menghilangkan segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi di berbagai institusi kepolisian negara mana pun. Untuk menjadi polisi yang benar-benar sipil, mengutip pendapat AC German, hendaknya polisi kian menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau militer dan selalu ingin berjabat tangan dengan masyarakatnya (moving away from military configuration and shaking hands with the entire community). Polisi sipil bukan merupakan polisi kekuasaan, melainkan lebih mengedepankan kesopanan dan keramahan. Pendekatan kemanusiaan dalam konsep kepolisian sipil adalah pada pengakuan polisi terhadap setiap individu yang berhubungan dengan polisi sebagai fitur yang memiliki martabat serta harga diri. Untuk mewujudkan polisi sipil memang harus dibangun secara terencana. Polri harus berupaya keras mewujudkan pola kerja yang menyalami dan merangkul masyarakat. Bahkan, berkaitan dengan persoalan internal institusi, Polri juga harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan perbaikan moral anggota, kebersamaan antarsesama anggota Polri. Sehingga tercipta polisi sipil yang benar-benar tidak lagi dipengaruhi gaya militer, melainkan lebih menekankan pentingnya komunikasi. Dukungan pemerintah yang memadai bagi kelangsungan upaya-upaya itu mutlak diperlukan. Pemenuhan atau peningkatan kesejahteraan anggota polisi yang sebanding dengan kebutuhannya, akan menjadi faktor penentu terwujudnya rencana tersebut. Yang tak kalah penting, Polri juga harus mampu secara profesional membuktikan bahwa institusi ini sama sekali tidak dijadikan alat penguasa dan tidak ada penyusupan kepentingan. Bukan melalui retorika, tetapi bukti nyata. "Polisi sipil bukan merupakan polisi kekuasaan, melainkan polisi yang lebih mengedepankan kesopanan dan keramahan, serta menjauhi hal-hal yang berbau militer." [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **