[nasional_list] [ppiindia] Merebut (Kembali) Pers dari Tangan Saudagar

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 9 Feb 2006 03:43:36 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/09/opini/2422742.htm

  
Merebut (Kembali) Pers dari Tangan Saudagar 


EFFENDI GAZALI

Libertarian approach is insufficient as a basis for a news media ethic. The 
conceptualization of mass media and the role of that media in a democracy 
should constitute the heart of any media ethics theory, rather than more 
insular questions of professionalization that largely preoccupy many media 
ethicists (Peters dan Cmiel, 1991; Plaisance, 2005).

Bagdikian (1997) telah mengkhawatirkan, pers di negara-negara yang baru saja 
lepas dari kontrol rezim otoriter akan mengayun pendulumnya ke sisi ekstrem 
lain, sistem libertarian. Apalagi libertarian datang dengan asumsi-asumsi yang 
lugu dan terasa amat benar.

Sistem media libertarian (berjanji) akan mengekspresikan sifat dasar manusia 
(Lockean) yang mempromosikan a robust and unfettered market-place of ideas, 
yang tidak perlu dibatasi penekanan terus-menerus untuk memerhatikan keadilan 
sosial.

Sebagai reaksi, lahir teori tanggung jawab sosial (antara lain diperkenalkan 
Siebert dkk, 1956), yang belakangan mendapat nama baru communitarian.

Ringkasnya, ada tiga poin dari perkembangan teori ini. Satu, manusia adalah 
individu yang cinta kebebasan, sekaligus anggota komunitasnya (dengan 
rasionalitasnya yang khas).

Dua, seluruh motif penyusunan kebijakan media harus didasarkan prinsip pertama. 
Tiga, diperlukan beragam dan berlapis teknik naratif serta framing berita dan 
teknik-teknik lain (yang dinamakan discursive network) untuk menjamin agar 
pembuat berita dapat memahami public experience. Prinsip terakhir ini oleh 
Plaisance dianggap sebagai rekonseptualisasi ruang publik yang dilayani media 
massa sebagai sebuah populasi yang digerakkan atas agensi moral.

Iklan jadi panglima

Pada level makro, teori komunitarian ingin menyatakan, jangan serahkan media 
kepada saudagar (atau elemen market). Ada banyak bukti, sifat dasar manusia 
yang baik yang diperkenalkan kaum libertarian, dengan kecerdasan yang bekerja 
pada seluruh pasar yang diasumsikan sempurna, akhirnya akan jatuh pada 
determinisme ekonomi (Newman, 1984), di mana rating dan iklan menjadi panglima 
media berita.

Lebih jauh libertarian kontemporer mengeksplorasi media berita lebih sebagai 
lahan investasi. Bahkan, pemain bursa saham atau pedagang valas mulai melirik 
ranah ini dan buru-buru memproklamirkan diri sebagai "tokoh pers". Untuk 
amannya, mereka mendekatkan diri pada pemerintah, antara lain dengan 
menyediakan jasa membantu pemerintah mengamankan kebijakan atau membela 
pemerintah saat menghadapi krisis popularitas atau keyakinan publik. Pemerintah 
yang sedang tidak memperhatikan nasib rakyat kecil, biasanya juga karena 
digerakkan oleh prinsip-prinsip ekonomi Neolib yang sama, pasti tergoda dengan 
tawaran ini.

Hal yang paling ditakutkan akhirnya keberhasilan para saudagar menutupi 
praktik-praktik bisnis kotornya di masa lalu maupun yang akan dilakukan, tidak 
saja karena memperlihatkan diri di forum publik sebagai "teman dekat" penguasa, 
namun juga karena media yang dimilikinya enggan memuat hal itu, bahkan pada 
beberapa konteks membelanya!

Akhirnya elemen civil society relatif melemah karena suara mereka yang berbeda 
tidak dimuat media tertentu, dan mereka pelan-pelan akan melihat betapa 
hebatnya persekutuan saudagar dengan pihak istana.

Komprador

Kita maklum, mengapa para saudagar dan elite pekerja media yang membela memilih 
menjadi komprador pemerintah daripada menerima kehadiran peran pengaturan wakil 
civil society, melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) misalnya. Seperti 
biasa, alasan libertarian selalu enak untuk menjadi hegemoni. Kata mereka, kita 
jangan terjebak pengalaman masa lalu, di mana KPI dikhawatirkan menjadi monster 
macam Departemen Penerangan. Padahal, pemerintah yang pernah menjadi monster 
(Deppen).

Salah satu pesan pendekatan komunitarian, mungkin menyangkut perlunya kita 
mulai mendiskusikan eksistensi satu saja komisi yang menangani masalah 
komunikasi dan informasi di Indonesia, yang merupakan integrasi KPI, Dewan 
Pers, dan Komisi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Dengan begitu, kondisi 
Dewan Pers bisa lebih terangkat ke konteks independent regulatory body. 
Nantinya, tiap masalah tentang komunikasi dan informasi disampaikan pada komisi 
ini; hanya jika komisi ini menyatakan seorang insan pers melanggar standar dan 
tujuan kerja jurnalistik serta kode etik jurnalistik, maka ia boleh diserahkan 
kepada proses hukum berdasarkan KUHP.

Jika tidak, seorang insan pers maksimal hanya akan berurusan dengan ketentuan 
hak jawab serta penjaminan hak-hak komunikasi dan informasi publik karena hal 
itu sebenarnya bagian sah discursive network. Posisi ini sekaligus akan 
mengamankan insan pers dari persekutuan bahkan teror saudagar yang melengketkan 
diri dengan penguasa.

Effendi Gazali 
Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Merebut (Kembali) Pers dari Tangan Saudagar