** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/09/opini/2422742.htm Merebut (Kembali) Pers dari Tangan Saudagar EFFENDI GAZALI Libertarian approach is insufficient as a basis for a news media ethic. The conceptualization of mass media and the role of that media in a democracy should constitute the heart of any media ethics theory, rather than more insular questions of professionalization that largely preoccupy many media ethicists (Peters dan Cmiel, 1991; Plaisance, 2005). Bagdikian (1997) telah mengkhawatirkan, pers di negara-negara yang baru saja lepas dari kontrol rezim otoriter akan mengayun pendulumnya ke sisi ekstrem lain, sistem libertarian. Apalagi libertarian datang dengan asumsi-asumsi yang lugu dan terasa amat benar. Sistem media libertarian (berjanji) akan mengekspresikan sifat dasar manusia (Lockean) yang mempromosikan a robust and unfettered market-place of ideas, yang tidak perlu dibatasi penekanan terus-menerus untuk memerhatikan keadilan sosial. Sebagai reaksi, lahir teori tanggung jawab sosial (antara lain diperkenalkan Siebert dkk, 1956), yang belakangan mendapat nama baru communitarian. Ringkasnya, ada tiga poin dari perkembangan teori ini. Satu, manusia adalah individu yang cinta kebebasan, sekaligus anggota komunitasnya (dengan rasionalitasnya yang khas). Dua, seluruh motif penyusunan kebijakan media harus didasarkan prinsip pertama. Tiga, diperlukan beragam dan berlapis teknik naratif serta framing berita dan teknik-teknik lain (yang dinamakan discursive network) untuk menjamin agar pembuat berita dapat memahami public experience. Prinsip terakhir ini oleh Plaisance dianggap sebagai rekonseptualisasi ruang publik yang dilayani media massa sebagai sebuah populasi yang digerakkan atas agensi moral. Iklan jadi panglima Pada level makro, teori komunitarian ingin menyatakan, jangan serahkan media kepada saudagar (atau elemen market). Ada banyak bukti, sifat dasar manusia yang baik yang diperkenalkan kaum libertarian, dengan kecerdasan yang bekerja pada seluruh pasar yang diasumsikan sempurna, akhirnya akan jatuh pada determinisme ekonomi (Newman, 1984), di mana rating dan iklan menjadi panglima media berita. Lebih jauh libertarian kontemporer mengeksplorasi media berita lebih sebagai lahan investasi. Bahkan, pemain bursa saham atau pedagang valas mulai melirik ranah ini dan buru-buru memproklamirkan diri sebagai "tokoh pers". Untuk amannya, mereka mendekatkan diri pada pemerintah, antara lain dengan menyediakan jasa membantu pemerintah mengamankan kebijakan atau membela pemerintah saat menghadapi krisis popularitas atau keyakinan publik. Pemerintah yang sedang tidak memperhatikan nasib rakyat kecil, biasanya juga karena digerakkan oleh prinsip-prinsip ekonomi Neolib yang sama, pasti tergoda dengan tawaran ini. Hal yang paling ditakutkan akhirnya keberhasilan para saudagar menutupi praktik-praktik bisnis kotornya di masa lalu maupun yang akan dilakukan, tidak saja karena memperlihatkan diri di forum publik sebagai "teman dekat" penguasa, namun juga karena media yang dimilikinya enggan memuat hal itu, bahkan pada beberapa konteks membelanya! Akhirnya elemen civil society relatif melemah karena suara mereka yang berbeda tidak dimuat media tertentu, dan mereka pelan-pelan akan melihat betapa hebatnya persekutuan saudagar dengan pihak istana. Komprador Kita maklum, mengapa para saudagar dan elite pekerja media yang membela memilih menjadi komprador pemerintah daripada menerima kehadiran peran pengaturan wakil civil society, melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) misalnya. Seperti biasa, alasan libertarian selalu enak untuk menjadi hegemoni. Kata mereka, kita jangan terjebak pengalaman masa lalu, di mana KPI dikhawatirkan menjadi monster macam Departemen Penerangan. Padahal, pemerintah yang pernah menjadi monster (Deppen). Salah satu pesan pendekatan komunitarian, mungkin menyangkut perlunya kita mulai mendiskusikan eksistensi satu saja komisi yang menangani masalah komunikasi dan informasi di Indonesia, yang merupakan integrasi KPI, Dewan Pers, dan Komisi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Dengan begitu, kondisi Dewan Pers bisa lebih terangkat ke konteks independent regulatory body. Nantinya, tiap masalah tentang komunikasi dan informasi disampaikan pada komisi ini; hanya jika komisi ini menyatakan seorang insan pers melanggar standar dan tujuan kerja jurnalistik serta kode etik jurnalistik, maka ia boleh diserahkan kepada proses hukum berdasarkan KUHP. Jika tidak, seorang insan pers maksimal hanya akan berurusan dengan ketentuan hak jawab serta penjaminan hak-hak komunikasi dan informasi publik karena hal itu sebenarnya bagian sah discursive network. Posisi ini sekaligus akan mengamankan insan pers dari persekutuan bahkan teror saudagar yang melengketkan diri dengan penguasa. Effendi Gazali Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **