[nasional_list] [ppiindia] Kapolri: Rugi kalau Polisi Jadi Alat Kekuasaan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 9 Feb 2006 03:35:09 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6317

Kamis, 09 Feb 2006,



Kapolri: Rugi kalau Polisi Jadi Alat Kekuasaan 
Minta Maaf Intelnya Dinilai Memata-matai DPR


JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Sutanto meminta maaf terkait tindakan petugas 
Intelkam (intelijen dan keamanan) Polda Metro Jaya yang dinilai memata-matai 
rencana FPDIP dan FPKS membentuk tim investigasi terkait penolakan usul hak 
angket dan interpelasi soal impor beras. Permintaan maaf itu disampaikan 
Kapolri saat menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi I DPR tadi malam.

Sesungguhnya RDP yang juga dihadiri Kepala BIN Syamsir Siregar dan Ketua Desk 
Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Kantor Menko Polhukam Irjen Pol 
Ansyad Mbai ini membahas rencana ratifikasi dua konvensi internasional soal 
teroris. Namun, saat rapat baru saja dibuka Ketua Komisi I Theo L. Sambuaga, 
langsung terjadi hujan interupsi.

Yang pertama menginterupsi adalah Sutradara Ginting (FPDIP). Lalu Slamet 
Effendi Yusuf (FPG), Sabam Sirait (FPDIP), Untung Wahono (FPKS), dan Gayus 
Lumbuun (FPDIP). "Apa tindakan memata-matai ini inisiatif atau kerja rutin 
Intelkam Polda Metro Jaya atau bagaimana?" tanya Gayus.

Tak pelak, agenda rapat pun sempat beralih untuk membahas isu panas ini. 
Kapolri yang didampingi sejumlah pejabat teras Mabes Polri dan Kapolda Metro 
Jaya Irjen Pol Firman Gani lantas angkat bicara setelah diberi kesempatan. 
"Polisi adalah aparat negara. Kalau polisi jadi alat kekuasaan, alangkah 
ruginya. Tentu kita set back," ujar mantan Kapolda Sumut ini membuka kalimat.

Lulusan Akpol angkatan 73 ini melanjutkan, polisi tentu tidak mau kembali di 
masa lalu, yang saat itu bisa digunakan sebagai alat kekuasaan. "Siapa pun 
intervensi tidak akan bisa. Katakan dari bapak anggota dewan, tidak akan saya 
tanggapi. Bapak Presiden dan Bapak Wapres pun tidak akan saya tanggapi (kalau 
mengintervensi)," tegasnya. Menurut dia, Polri bersifat independen sebagaimana 
amanat UU yang akan ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. 

Masih kata Kapolri, jika ada intervensi di DPR, tentu anggota yang bersangkutan 
ditindak. Dia meminta waktu untuk mengecek dan mendudukkan permasalahan. "Kalau 
polisi jadi alat kekuasaan, jangan harap Indonesia maju," imbuhnya. Mabes 
Polri, lanjutnya, tidak mempunyai kebijakan untuk memata-matai semacam itu. 

Kapolri lalu memberikan kesempatan kepada Kapolda Metro Jaya untuk menjelaskan 
duduk perkaranya. Firman Gani mengatakan, tindakan petugas Intelkam Polda Metro 
Jaya itu berangkat dari analisis di lapangan, di mana ada 15 unjuk rasa yang 
menyangkut soal isu impor beras. 

"Oleh karenanya, atas inisiatif dan kreativitas Dirintelkam Polda Metro Jaya 
(Kombespol Handoko, Red), dikeluarkan surat perintah untuk melakukan 
penyelidikan," jelas Firman.

Penyelidikan tersebut, terang mantan Kapolda Jatim ini, dalam arti mengikuti 
perkembangan kemungkinan adanya gangguan keamanan terhadap anggota dewan yang 
menginvestigasi impor beras ini. "Ternyata, hasilnya tidak ada tanda-tanda yang 
bisa membuat gangguan keamanan pada tim investigasi anggota dewan," tambahnya. 
Makanya tidak ada peningkatan pengamanan pada anggota dewan dimaksud.

"Soal pengamanan anggota dewan itu ada pada lampiran surat perintah. Namun, 
lampiran ini kebetulan belum diterima anggota dewan," tambahnya. Firman lalu 
membacakan lampiran dalam surat perintah tersebut. Penjelasan Firman ditutup 
Kapolri dengan permintaan maaf. "Kami mohon maaf apabila ada hal yang kurang 
berkenan. Tapi, yakinlah, itu bukan keinginan dan kehendak kami," kata Kapolri. 

Sebelum memberikan penjelasan ke DPR, Kapolri menegaskan bahwa tidak ada 
perintah mengadakan penyelidikan kepada tim investigasi impor beras DPR. 
Penegasan itu disampaikan usai mengikuti rapat koordinasi Kementerian Politik 
Hukum dan Keamanan kemarin. 

Kapolri mengatakan, perintah yang ditujukan kepada lima personel intelijen 
Polda Metro merupakan inisiatif satuan. "Tidak ada perintah atau kebijakan 
seperti itu (menyelidiki anggota tim investigasi impor beras, Red) dari Mabes 
Polri," tegasnya.

Kapolri menambahkan tidak ada upaya investigasi atas investigasi. Artinya, lima 
anggota Intelkam tersebut tidak ditugasi secara khusus untuk menyelidiki 
anggota FPDIP dan FPKS. "Polda Metro menggunakan laporan intelnya dalam rangka 
pengumpulan informasi untuk pendataan," ujar Sutanto.

Menurut Kapolri, kepolisian bertugas menjaga keamanan dalam negeri dari 
berbagai aspek, termasuk politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Karena itu, 
Kapolri meminta masyarakat bisa mengubah paradigma tentang istilah 
"memata-matai". "Tidak ada penyelidikan. Tidak ada kewenangan seperti itu 
(memata-matai, Red). Anggota Intelkam hanya meminta informasi dalam rangka 
pendataan."

Secara terpisah, Kepala Baintelkam Polri Brigjen Pol Zamris Anwar saat ditanya 
koran ini di DPR tadi malam juga menyakinkan bahwa tak ada maksud politik atas 
tindakan tersebut. "Itu hanya mengumpulkan informasi. Saya sendiri baru tahu 
setelah ramai di koran-koran. Saya tak mendapat tembusan surat tersebut," 
katanya.

Meski sudah diyakinkan bahwa tak ada motif tertentu dalam tindakan tersebut, 
FPDIP tetap melayangkan surat keberatan kepada Kapolri. Surat yang 
ditandatangani Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo dan Sekretaris Fraksi Jacobus K. 
Mayong Padang tersebut langsung diserahkan pada Kapolri tadi malam. "Ini sikap 
resmi partai kami pada Polri," ujar Gayus saat menyerahkan surat keberatan itu. 
(naz/gup/cak)

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Kapolri: Rugi kalau Polisi Jadi Alat Kekuasaan