** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6311 Rabu, 08 Feb 2006, Mengamati Keuletan Para TKI Mengais Real di Arab Saudi (1) Hanya Puluhan Yang Jadi Pekerja Seks dan Dukun Di sela menunaikan ibadah haji, wartawan koran ini sempat menyaksikan kehidupan para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mengais real di Arab Saudi. Perjuangan mereka penuh liku. Di antara mereka ada yang menjadi pekerja seks. ---------------------------------- AGUS MUTTAQIN, Jeddah ---------------------------------- Suatu petang di Wisma Haji Indonesia di kawasan Madinah Street, Jeddah. Suasananya begitu sepi. Tak banyak tenaga musiman atau petugas haji terlihat. Padahal, biasanya, mereka menginap di gedung berlantai empat itu. Tiba-tiba, dari kejauhan, tampak seorang perempuan berpakaian dan berjilbab serba hitam keluar dari taksi. Dia berjalan tergopoh-gopoh menuju teras Wisma Haji Indonesia. "Mas, tolong saya. Saya baru saja ditipu majikan saya. Tiket dan paspor saya dirampas. Tolong saya.," kata perempuan yang belakangan diketahui bernama Aisyah itu dengan napas terengah-engah. Suaranya keras setengah menjerit. Wajah perempuan setengah baya itu terlihat panik dan bingung. Setelah diberi segelas air dan kondisinya lebih tenang, Aisyah menceritakan pengalamannya. "Tiket saya untuk naik pesawat SAA (Saudi Arabia Airlines) dan juga paspor dirampas majikan saya di Bandara Internasional Jeddah," tutur wanita yang sudah tiga tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu. Mengapa majikannya merampas tiket pesawat dan paspor? "Saya nggak tahu apa masalahnya. Padahal, saya sudah berbaik-baik minta izin," kata perempuan asli Cianjur itu. Salah seorang TKI yang kebetulan berada di wisma haji, Mohammad Holi alias Ujang, prihatin terhadap cerita Aisyah. "Meski cerita seperti ini sudah sering saya dengar, saya tetap prihatin dan trenyuh," ujarnya. Holi lantas menyarankan Aisyah untuk menghubungi salah satu staf KJRI kenalannya di Jeddah. "Ini ada nomor telepon kenalan saya. Orang safarah (konjen) nanti yang akan mengurus," kata Ujang. Kisah seperti yang dialami Aisyah itu memang bukan hal yang baru terjadi di Arab. Kasus yang dialami para TKI memang sangat kompleks. Terutama menimpa TKW (tenaga kerja wanita). Mereka umumnya mengalami tindak kekerasan selama bekerja. Modusnya beragam. Selain dibayar dengan gaji yang tidak standar, mereka kerap menjadi sasaran tindakan semena-mena majikannya. Belum lagi nasib para TKW yang menjadi budak seks majikannya. "Udah deh, kalau punya anak atau kerabat perempuan yang nggak punya keahlian, nggak usah jadi TKW di sini (Arab Saudi). Lebih baik kerja di Indonesia," saran Ujang yang asli Serang, Banten, itu. Dari pengamatan wartawan koran ini, populasi TKI di Arab Saudi tersebar di sejumlah kota besar. Mulai Jeddah, Makkah, hingga Madinah. Sebagian ada yang bekerja di Riyadh. Jumlahnya ratusan ribu jiwa. Untuk kota Jeddah saja, jumlahnya tercatat lebih dari 500 ribu orang. Mereka berasal dari berbagai kota di tanah air. Yang paling banyak dari Jawa Timur, antara lain, Bangkalan, Sumenep, Banyuwangi, dan Malang. Juga dari Jawa Barat seperti Cilacap, sepanjang Pantura (Indramayu dan Cirebon), dan kawasan tengah Jawa Barat (Cianjur dan Ciamis). Para TKI itu umumnya tinggal di berbagai rumah susun (rusun) yang populer disebut penampungan. Rusun itu bertebaran di Distrik Sharafiyah, Makronah, Baghdadiyah, Bab Mekkah, As-Salamah, hingga Aziziyah. Yang menarik, rusun tersebut disewa beramai-ramai dari penyewa sebelumnya. Satu rusun dijejali lima hingga sepuluh penghuni. Bahkan lebih. Ini terpaksa dilakukan demi menghemat biaya hidup di Jeddah. Untuk satu rusun kelas standar, biaya sewanya SR 1.000-1.500 SR atau setara dengan Rp 2,5 juta-Rp 3,75 juta (1 SR = Rp 2.500) per bulan. Penyewa lama yang umumnya bertahun-tahun menghuni menyekat ruangnya untuk disewakan kepada TKI dengan harga "pertemanan". "Menyewa satu rusun untuk dihuni sendiri rasanya terlalu mahal. Bisa-bisa kami nggak bisa nabung," kata Jazuli, TKI dari Bangkalan. Dari informasi yang dihimpun wartawan koran ini, tidak ada standar resmi gaji bekerja di sektor informal di Arab Saudi, seperti UMR (upah minimum regional) di Indonesia. Secara umum, tinggi rendahnya gaji ditentukan berdasar jenis pekerjaan, masa kerja, ada tidaknya dokumen keimigrasian, dan hal-hal lain yang mempengaruhi risiko pekerjaan. Gaji TKI yang bekerja di sektor rumah tangga, sebut saja pembantu rumah tangga (PRT), antara SR 1.000-SR 2.000 (Rp 2,5 juta-Rp 5 juta). Gaji sebesar itu juga biasa diterima TKI penjaga toko, pengasuh anak (baby sitter), dan sopir. Yang menarik, perawat asal Indonesia paling disukai rumah sakit di Arab Saudi. Di antara para TKI di Arab, ada pula yang sudah mendulang sukses. Contohnya Fuad dan Munif. Keduanya punya perusahaan jasa pengiriman barang, masing-masing bernama Ameer Cargo dan Al-Munief Cargo. Bagi mayoritas TKI di Jeddah, nama dua perusahaan kargo itu sangat populer karena bertahun-tahun menjadi pilihan untuk mengirim paket barang ke tanah air. Ada juga TKI di Arab Saudi yang bekerja di sektor tak lazim. Misalnya, TKW yang menjadi pelacur terselubung. Jumlah mereka hanya puluhan. Bekerja di sektor prostitusi di Arab sangat berisiko. Maklum, hukum di Arab melarang keras segala bentuk praktik perzinaan. Karena itu, para TKW yang menjadi pelacur harus benar-benar ekstrahati-hati. Seperti diamati wartawan koran ini, para pekerja seks asal Indonesia itu menjalankan operasinya secara underground alias rahasia. Mereka beroperasi melalui teman dekat yang bisa dipercaya. "Biasanya kalau ada yang mau, tinggal telepon saja. Nanti bertemu di penampungan mana. Yang penting aman dari keramaian," ujar seorang TKI yang menolak disebut namanya seraya memberikan nomor telepon seorang penjaja seks. Selain pelacur, ada juga TKI yang menjadi dukun. Mereka biasanya melayani para TKI yang sakit jiwa. Sama dengan pelacur, mereka yang menjadi dukun juga harus sembunyi-sembunyi saat bekerja. Sebab, di Arab, dukun atau bekerja di sektor klenik dianggap menyuburkan praktik syirik. Jumlah mereka yang jadi dukun juga puluhan. "Yang ketahuan menjadi dukun bisa ditangkap. Hukumannya berat," kata Cecep (bukan nama sebenarnya), seorang TKI yang menjadi dukun. Ketika bersama wartawan koran ini, Cecep tengah mengobati seorang TKW yang sakit jiwa setelah ditinggal menikah lagi suaminya yang berumur 60 tahun. Sang suami berkebangsaan Arab. "Kerja saya ya seperti ini, menyembuhkan orang sakit mental. Saya jauh-jauh dari tanah air nggak kerja seperti TKI lainnya," ujar Cecep. (*') [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **