** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=212457 Senin, 20 Feb 2006, Menegaskan Batas Publik dan Privat Oleh Sulfikar Amir Kekalahan kelompok liberal dalam pemilu di Kanada akibat skandal penggunaan uang pemerintah baru-baru ini menunjukkan bahwa korupsi tidak hanya terjadi di Indonesia. Di negara-negara demokrasi liberal, seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, dan Prancis, skandal penyuapan dan penggunaan dana publik demi kepentingan individu atau kelompok tertentu tidak jarang terjadi dan berujung pada pergantian rezim. Tetapi, ada perbedaan prinsipil antara fenomena korupsi di negara maju dan budaya korupsi di masyarakat pascakolonial, seperti Indonesia. Kronisnya masalah korupsi di Indonesia tidak hanya terletak pada individu-individu yang terlibat di dalamnya, tetapi lebih merupakan efek dari sebuah kondisi struktural, yaitu batas antara negara (the state) dan masyarakat (civil society) menjadi rancu. Penyebab korupsi di Indonesia bukan semata-mata karena gaji pegawai pemerintah yang rendah, mentalitas buruk, atau lemahnya perangkat hukum. Secara geneologis, korupsi di Indonesia berakar pada persoalan batas yang kabur antara wilayah publik dan wilayah privat. Representasi Simbolik Persoalan kerancuan batas itu disorot antropolog Akhil Gupta dalam artikelnya di American Ethnologist bertajuk Blurred Boundaries: the Discourse of Corruption, the Culture of Politics, and the Imagined State. Melalui studi etnografi kasus korupsi di India, Gupta mengungkap relasi antara negara dan masyarakat melalui wacana korupsi. Dalam kacamata Gupta, wacana korupsi adalah arena imajinasi negara dan penduduk yang diciptakan secara kolektif dan dengan kuat menempel dalam representasi simbolik institusi negara di masyarakat level paling bawah. Mengapa korupsi terjadi? Menurut pengamatan Gupta, korupsi merupakan praktik budaya, yang batas antara negara dan masyarakat menjadi kabur. Fenomena tersebut dapat ditemui pada masyarakat pascakolonial. Bagaimana itu terjadi? Konsep negara dan masyarakat adalah produk sejarah Eropa. Institusi negara memperlakukan orang-orang yang berada di dalamnya pada situasi yang sepenuhnya berbeda dari situasi di rumah mereka, tempat mereka bisa menikmati privasi. Para pegawai pemerintah memiliki identitas ganda, yakni sebagai pelayan publik sekaligus sebagai penduduk (citizen). Dengan mekanisme ruang dan waktu dalam dunia sosial, kedua identitas itu tidak pernah bersinggungan. Dengan demikian, batas antara wilayah publik dan wilayah privat terjaga secara konsisten. Ketika masyarakat pascakolonial mengadopsi institusi politik modern, batas antara negara dan masyarakat itu lalu menjadi semacam kategori imperialisme (imperialism of categories) yang diterapkan dalam masyarakat pascakolonial. Masalahnya, rasionalisasi birokrasi serta pemisahan wilayah publik dan privat di Eropa, seperti yang dijelaskan Max Weber, tidak dialami masyarakat pascakolonial. Implikasi dari benturan institusi politik modern dengan budaya lokal adalah kolapsnya batas antara negara dan masyarakat. Dalam hal itu, wilayah publik berbaur menjadi satu dengan wilayah privat di tangan kaum birokrat yang seharusnya menjadi pelayan publik. Juga di Indonesia Fenomena korupsi di India seperti yang diamati Gupta, saya kira, memiliki banyak kondisi paralel dengan yang terjadi di Indonesia sebagai sesama masyarakat pascakolonial. Korupsi di Indonesia dalam banyak hal juga berakar pada kondisi struktural yang memperlihatkan benturan antara institusi negara yang direpresentasikan melalui sistem birokrasi modern dan kondisi lokal pramodern serta menghasilkan paradoks kekuasaan yang dinikmati kaum birokrat. Tidak tersedianya pengalaman sejarah rasionalisasi birokrasi di masyarakat pascakolonial, seperti Indonesia, meleburkan kepentingan privat dengan kepentingan publik di tangan-tangan birokrat. Efeknya, tidak ada kategori objektif dan definisi yang jelas atas praktik korupsi. Hal tersebut bisa dilihat dari kata korupsi itu sendiri, yang diadaptasi begitu saja ke dalam bahasa Indonesia karena kita tidak memiliki kosa kata tersebut. Dari titik pandang itu, korupsi merupakan indikasi gagalnya modernitas yang diadaptasi secara menyeluruh dalam masyarakat lokal akibat kendala sejarah. Kaburnya batas antara negara dan masyarakat dapat diinterpretasi dalam dua kerangka. Pada satu sisi, kita bisa katakan bahwa korupsi terjadi karena dominannya negara dalam wilayah publik. Tetapi di sisi lain, kita juga mengatakan bahwa korupsi merupakan akibat masuknya elemen masyarakat secara ilegal dalam institusi negara yang memungkinkan kepentingan-kepentingan individu tertentu atas nama masyarakat terserap dalam agenda-agenda negara. Akibat meleburnya dua wilayah yang semestinya tidak bersinggungan itu, tidak heran jika hingga saat ini kita masih menghadapi dilema besar tidak hanya dalam hal menangkap para koruptor, tapi menentukan siapa yang layak disebut koruptor dan siapa yang tidak. Praktik korupsi yang terjadi akibat kaburnya batas antara negara dan masyarakat itu berujung pada politisasi kasus korupsi seperti yang kita lihat sekarang. Pertanyaannya, bagaimana menegaskan batas antara negara dan masyarakat serta memisahkan wilayah publik dan wilayah privat? Masalah itu membutuhkan solusi yang kompleks dan waktu yang panjang. Selain dibutuhkan perubahan paradigma birokrasi dan perbaikan infrastruktur administrasi yang efisien dan transparan, yang tak kalah penting adalah demokratisasi institusi negara hingga ke level paling bawah. Demokrasi menyediakan batas-batas antara negara dan masyarakat menjadi wacana terbuka. Proses itu membutuhkan kehadiran kelompok-kelompok swadaya masyarakat lokal yang memainkan peran krusial dalam membangun kesadaran kritis masyarakat. Sulfikar Amir, staf pada Rensselaer Polytechnic Institute di Troy, New York [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **