[nasional_list] [ppiindia] Kita, Zhu Rongji Dan Salep Panu

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 20 Feb 2006 00:00:54 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indomedia.com/bpost/022006/20/opini/opini1.htm

Kita, Zhu Rongji Dan Salep Panu

Oleh : Pribakti B



Ingat nama Zhu Rongji? Ialah Perdana Menteri Cina (1997-2002) yang dikenal 
sebagai orang sangat keras menyuarakan pemberantasan korupsi. Ia bahkan sudah 
dikenal vokal sejak menjadi Walikota Shanghai di akhir 1980-an.

Menurut pandangannya, terlalu banyak pegawai pemerintah dengan gaji rendah yang 
kerjanya hanya duduk-duduk, baca koran sambil minum teh. Ini merupakan sinyal 
bagi sebuah ketidakefisiensian dari perilaku korupsi. Makanya ia melakukan 
perampingan pegawai pemerintah. Lewat mulutnya dikenal ucapan yang melegenda: 
"Beri saya 100 peti mati. Sembilan puluh sembilan akan saya pergunakan untuk 
mengubur koruptor. Satunya untuk mengubur saya, kalau saya melakukan tindak 
korupsi," lanjut Zhu Rongji saat itu.

Oleh sebab itu tak mengherankan kalau ia mengatakan, dirinya berharap hanya 
pada satu hal. Kelak setelah meninggalkan posisi sebagai perdana menteri dan 
mati, orang berkomentar: "Dia seorang yang bersih, bukan seorang pejabat korup!"

Upaya yang dilakukan Zhu Rongji merupakan tekad pemerintah Cina untuk secara 
konsisten mengawal pembangunan ekonomi, dengan menekan sekecil mungkin 
penyalahgunaan wewenang di dalam tubuh birokrasi. Zhu Rongji memang tak 
main-main. Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis Cina yang menerima suap 
lima juta dolar AS juga dihukum mati. Hu Changging, wakil gubernur Propinsi 
Jiangxi yang menerima suap berupa mobil dan perhiasan senilai Rp5 miliar, 
bernasib serupa. Selain itu, puluhan ribu polisi dipecat karena berjudi, 
mabuk-mabukan atau membawa senjata api di luar jam tugas. (Gatra, November 2005)

Memang dalam memberantas korupsi, hukum tak cukup ditambah gigi, tapi harus 
punya efek jera. Karena mereka menjadi tikus umumnya takut mati, hukuman mati 
dianggap obat paling cespleng di sana. Untuk mengurangi angka orang menjadi 
koruptor itulah, di Cina sekarang rata-rata sepuluh koruptor dihukum mati 
setiap hari. Dan betul, korupsi pun di sana kian ciut. 

Menjadi pertanyaan, bagaimana negara kita menyikat koruptor? Meski dibuat 
undang-undang, lengkap peraturan pemerintah dan tetek bengeknya, tapi 
pemberantasan korupsi terasa seperti tebang pilih atau pilih kasih. Lalu, 
adakah 'Zhu Rongji' Indonesia?

Hak Korupsi

Bicara soal korupsi --meski jelas pencurian karena mengambil yang bukan 
miliknya-- di sini orang bisa bangga melakukannya. Buktinya, tetangga saya 
dengan bangga dan tenang mengisahkan bagaimana teknik korupsi dilakukan dan 
setiap bulan mampu mendapat masukan Rp40 juta. Padahal, gaji resminya cuma Rp2 
juta per bulan. Gaji itu pun baru diambil kalau dia ingat.

Itu sebabnya, dengan makin banyak orang bertitel yang tergoda uang, membuat 
saya teringat petuah guru SMA saya yang mengatakan: "Buat apa sekolah 
tinggi-tinggi kalau hanya untuk mengejar uang." Namun sepertinya sekolah sudah 
salah arah. Sekarang, sekolah lebih banyak menelurkan generasi mesin pencetak 
uang. Enaknya uang sudah mirip candu dirasakan sejak anak masih sekolah, maka 
tak habis- habis uang dikejar.

Padahal riset membuktikan, uang telah gagal mengatrol kebahagiaan. Studi sejak 
1950-an mengungkapkan, kebahagiaan tidak bertambah dengan uang yang bertambah. 
Tak ada batas tertinggi berapa kecukupan itu. Sayang banyak orang lupa, tidak 
semua bisa dibeli dengan uang. Banyak bukti, uang yang berlebihan bikin hidup 
tak lagi seimbang. 

Yang menarik, justru tidak setiap orang bisa korupsi. Perbuatan korupsi itu 
semacam hak istimewa, yakni mereka yang diserahi jabatan mengelola sejumlah 
anggaran. Betapa pun besar nafsu Anda mau korupsi, jika Anda tidak dipercayai 
mengelola sejumlah uang maka Anda hanya mampu mengorupsi angka-angka belaka. 
Tidak ada uangnya. Jadi berbahagialah mereka yang memegang hak istimewa itu. 
Ini karena kebanyakan korupsi di Indonesia adalah korupsi lembaga.

Sebuah lembaga adalah suatu kesatuan organisai yang bersistem. Kalau Anda 
memasuki sebuah lembaga yang korup, maka mau tak mau Anda terlibat dalam 
perbuatan korup lembaga, baik disadari atau tidak. Karena Anda hanya pegawai di 
situ, maka Anda ikut memakan uang negara tiap bulan tanpa merasa bersalah 
sedikit pun. Dan, Anda pun membanggakan diri kepada tetangga bahwa gaji korupsi 
Anda itu sepuluh kali lipat dari gaji pegawai yang setara. 

Salep Panu

Begitulah. Inilah Indonesia kini. Barangkali memang betul hidup perlu 
perencanaan, harus diatur kapan waktunya minggir, kata Robert Kiyosaki. Waktu 
muda kita bekerja untuk uang. Arifnya, jauh hari sebelum pensiun, biar uang 
bekerja buat kita dan kita nikmati hidup. Harus diakui, dunia sekarang telah 
mengajak orang memilih hidup posesif.

Konon, itu menjadi sebab secara biologi menjadi sangat takut mati. Mereka 
inilah yang berisiko merasa hidup tak bermakna. Ketika semerbak hedonisme dan 
konsumtivisme bikin orang kepayang, kecanduan uang acap merongrong moral dan 
menggoyahkan iman. Lalu hidup diajak menghalalkan cara. Otak gelisah kalau 
tidak berbuat serong dan mata semakin hijau kalau melihat uang.

Padahal orang bijak mengatakan, uang itu alat bukan tujuan. Tapi tujuan dalam 
hidup posesif sering tak kunjung berujung. Kalau tujuan lebih besar pasak 
daripada tiang, orang bisa lupa Tuhan. Kalau sekarang kita melihat korupsi di 
sekitar kita kian merajalela tak terbendung, bisa jadi lantaran lorong menuju 
cara tak halal itu dibiarkan menganga. Padahal, tidak semua orang tergolong 
pejuang kehidupan. Lebih banyak orang yang iman dan moralnya tak naik kelas.

Sepertinya benar yang dikatakan Deng Xiao Ping. "Dengan sistem, orang paling 
jahat pun tak akan berbuat jahat. Tapi tanpa sistem, orang baik bisa berbuat 
tidak baik bahkan menjadi jahat. Maka dengan membangun sistem yang tepat dan 
hukum mati koruptor, mungkin orang berpikir ulang untuk berubah menjadi tikus. 
Kendati betul ada jenis tikus demi mencukupi ongkos dapur, ada pula tikus yang 
kepingin supaya menjadi kaya, meski dua-duanya tak patut mendapat maaf."

Bukankah dosa mengutil uang seperak sama urusannya di hadapan Tuhan dengan dosa 
disogok uang sekoper? Kini Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa, agaknya 
membutuhkan orang bertangan 'Rongji', sosok yang mampu membangun negerinya dari 
keruntuhan.

Kita perlu pemimpin yang bisa menjadi panutan, yang mampu memotivasi orang, 
meski diri sendiri sedang terhalang. Atau, sanggup menyemangati sesama meski 
ditertawakan orang. Komitmen pemerintah menyikat koruptor tak boleh 
setengah-setengah. Selama ini kita mengobati penyakit kanker korupsi dengan 
salep panu. Jadi, bapak Presiden, contohlah Cina. Negeri berpenduduk 1,3 miliar 
jiwa yang mampu memicu pertumbuhan sembilan persen, dalam menyikat koruptor.

* Dokter RSUD Ulin, tinggal di Banjarmasin


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Kita, Zhu Rongji Dan Salep Panu