** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/13/0902.htm "Germo" Anti-KKN Oleh M.A. Bustomi KORUPSI kolusi nepotisme (KKN) mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan bangsa; dari berbagai kasus yang disorot, rasanya tak ada lagi instansi pemerintah yang bebas KKN. Praktik korupsi berjamaah telah menyeret Indonesia ke posisi keenam negara terkorup di dunia (Lembaga Transparency International), ganjaran ini pastilah terasa pahit, menyesakkan, dan membuat kita tersentak. Praktik KKN dianggap telah membudaya, tak tampak lagi benang merah antara benar dan salah, kitapun bertanya: mengapa sampai demikian? Sangat mungkin semua ini diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan kecil yang dibiarkan begitu saja tanpa ada koreksi; selanjutnya berakumulasi dan berlangsunglah proses evolusi tata nilai sehingga menjadi tak jelas mana yang hak dan bukan. Bila keadaan sudah sedemikian parah maka akan sulit dibenahi, serupa dengan apa yang disampaikan sdr. Budhiana dalam rubrik kolom berjudul Nobat ("PR", 24 Jan 2006). Untuk memahami pergeseran tata nilai di masyarakat, bisa ditangkap dari uraian berikut: Pak Badu ditugasi membeli 10 buah komputer, beliau keliling dan berhasil menemukan toko yang menawarkan harga terbaik untuk spesifikasi yang dicarinya; bapak yang satu ini patut diacungi jempol karena tidak meminta persentase, apalagi mengubah harga di bon, ia tidak berani. Selesai bayar, pemilik toko berterima kasih dan menyelipkan uang rokok kepada pak Badu; itulah budaya kita, tak lupa berterima kasih dan membalas jasa baik. Dari cerita itu, bisa diilustrasikan beberapa pengandaian, yaitu: Pertama : Bila Pak Badu meminta si pemilik toko untuk menyulap harga di bon, kita sepakat bahwa itu adalah keliru, beliau melakukan mark up, dan tindakan tersebut bisa dijerat hukum. Di sini masih tampak mana hitam dan putih. Kedua : Bila Pak Badu "berdamai" dengan si pemilik toko untuk menurunkan spesifikasi komputer yang dibelinya (tetapi harga di bon adalah untuk spesifikasi yang diminta kantor), maka beliau bisa dituduh melakukan penipuan. Untuk pengandaian inipun mudah dibedakan antara yang salah dan benar. Ketiga : Bila Pak badu meminta jatah (komisi) kepada si pemilik toko, jelas hal ini tidak patut dilakukan karena si pemilik toko pasti akan membebankan biaya tersebut ke dalam komponen harga. Praktik seperti ini banyak ditemukan dalam kehidupan kita, padahal perbuatan ini menyimpang dari kaidah bertransaksi yang benar. Keempat : Bila Pak Badu membeli komputer tanpa menawar, sebagian dari kita mungkin tidak mempersoalkannya, toh bukan uang sendiri, mengapa harus ngirit !!. Tetapi bila uang tersebut milik pribadi, pasti kita akan membeli barang dengan harga dan kualitas baik; dengan kata lain, kita telah double standard atas sebuah persoalan; nurani yang dapat menjawab atas arif tidaknya perbedaan paradigma dan persepsi dari kondisi di atas. Kelima : Bila Pak Badu menerima uang rokok yang diberikan, akan ada argumen atas praktik ini. Sebagian orang menganggap wajar karena Pak Badu tidak meminta, ia hanya diberi, beliaupun tidak merugikan kantornya (telah mendapatkan harga yang baik); pepatah bilang, jangan menolak rezeki. Tetapi sebagian lagi mungkin tidak setuju dengan pemberian uang rokok ini. Dari berbagai pengandaian di atas, terungkap fenomena adanya disparitas dan dualisme pandangan atas sebuah nilai, hal ini selanjutnya dapat mengarah pada pergeseran tata nilai. Pertanyaan layak tidaknya Pak Badu menerima uang rokok, sangat baik untuk dicermati; makna yang terkandung di balik cerita tersebut, diharapkan mampu mencuatkan batas tentang potensi atau terjadinya konflik kepentingan; dalam hal ini, menerima uang kadeudeuh seharusnya tidak dilakukan. Mengapa? Karena Pak Badu tak akan berkesempatan menerima persenan andai beliau tidak ditugaskan kantornya, dengan kata lain, uang tersebut sebenarnya adalah hak kantor karena Pak Badu membeli komputer dalam konteks menjalankan tugas kantor (digaji). Lebih jauh lagi, sebagai manusia mungkin kita akan terpengaruh dengan pemberian ini, sangat masuk akal bila Pak Badu di kemudian hari ditugaskan lagi membeli komputer, maka kemungkinan besar beliau akan menuju toko tadi, dalam benaknya terbesit harapan mudah-mudahan saja ia akan mendapat "uang jasa" seperti sebelumnya; bila ini terjadi, maka mulai terkikis benteng pemisah antara kepentingan yang satu dengan lainnya; Pak Badu mengharapkan sesuatu, si pemilik toko mengharapkan omzetnya meningkat, pada akhirnya hal ini akan membuka peluang terjadinya kongkalikong. Hal serupa bisa terjadi bila seorang pemrakarsa berkolusi dengan kontraktor, sangat mungkin si pemrakarsa tidak bisa menjalankan fungsi kontrol atas kualitas pekerjaan si kontraktor, terjadilah konflik kepentingan. Demikian pula bila pejabat pemerintah diperbolehkan menerima parsel hari raya misalnya; selaku aparat pelaksana pengawasan, dikhawatirkan netralitas kontrolnya terpengaruh oleh pemberian bingkisan yang konon sering diselipi amplop tebal, inilah praktik suap terselubung yang memporak porandakan mental bangsa. Kita mafhum bahwa praktik KKN kerap muncul dalam berbagai varian, sering kali sulit dibedakan dan mampu mengelabui kita, apalagi kita ini pandai berdalih mencari pembenaran untuk tindakan yang dilakukan; ambil contoh andaikan seorang istri memasok jasa cleaning service di kantor sang suami, kita berkilah bahwa mencari pekerjaan adalah hak setiap orang, yang penting penilaian dilakukan dengan fair dan tidak memberi keistimewaan. Pertanyaannya adalah, siapa yang bisa menjamin kekekalan penilaian dilakukan dengan benar? apalagi orang timur acap didominasi budaya ewuh pakewuh, seorang bawahan mungkin akan kikuk saat ditugasi menilai kinerja perusahaan istri bosnya. Oleh sebab itu, mencegah akan lebih baik dibanding mengobati. Merajalelanya praktik KKN telah membuat bangsa ini terpuruk ke titik nadir terendah; strategi pemberantasan telah didengungkan namun hasilnya belum memuaskan. Praktik clean government sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk diaktualisasikan; para pemimpin harus menjadi role model, jangan justru jadi bagian dari sistem perkeliruan. Gerakan moral (germo) anti-KKN harus diintensifkan dan disebarluaskan, penyediaan nomor telefone aduan perlu disediakan hingga ke elemen terkecil. Mari kita bahu membahu mewujudkan tatanan negara yang bersih demi masa depan generasi penerus; dulu kita dikenal sebagai bangsa berbudi pekerti baik, hanya saja sempat sejenak khilaf akibat kontaminasi yang mengaburkan makna kebenaran; kita adalah bangsa yang memiliki tata nilai yang luhur, punya nurani dan rasa malu. Dengan demikian, gerakan back to basic ke praktik yang bersih KKN pastilah bukan mission yang impossible.*** Penulis, alumnus University of South Carolina, AS, bekerja pada perusahaan energi. Tulisan sepenuhnya merupakan opini pribadi. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **