[nasional_list] [ppiindia] Germo" Anti-KKN

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 13 Feb 2006 10:59:10 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/022006/13/0902.htm


"Germo" Anti-KKN
Oleh M.A. Bustomi 


KORUPSI kolusi nepotisme (KKN) mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan bangsa; 
dari berbagai kasus yang disorot, rasanya tak ada lagi instansi pemerintah yang 
bebas KKN. Praktik korupsi berjamaah telah menyeret Indonesia ke posisi keenam 
negara terkorup di dunia (Lembaga Transparency International), ganjaran ini 
pastilah terasa pahit, menyesakkan, dan membuat kita tersentak. Praktik KKN 
dianggap telah membudaya, tak tampak lagi benang merah antara benar dan salah, 
kitapun bertanya: mengapa sampai demikian? 

Sangat mungkin semua ini diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan kecil yang 
dibiarkan begitu saja tanpa ada koreksi; selanjutnya berakumulasi dan 
berlangsunglah proses evolusi tata nilai sehingga menjadi tak jelas mana yang 
hak dan bukan. Bila keadaan sudah sedemikian parah maka akan sulit dibenahi, 
serupa dengan apa yang disampaikan sdr. Budhiana dalam rubrik kolom berjudul 
Nobat ("PR", 24 Jan 2006). 

Untuk memahami pergeseran tata nilai di masyarakat, bisa ditangkap dari uraian 
berikut: Pak Badu ditugasi membeli 10 buah komputer, beliau keliling dan 
berhasil menemukan toko yang menawarkan harga terbaik untuk spesifikasi yang 
dicarinya; bapak yang satu ini patut diacungi jempol karena tidak meminta 
persentase, apalagi mengubah harga di bon, ia tidak berani. Selesai bayar, 
pemilik toko berterima kasih dan menyelipkan uang rokok kepada pak Badu; itulah 
budaya kita, tak lupa berterima kasih dan membalas jasa baik. Dari cerita itu, 
bisa diilustrasikan beberapa pengandaian, yaitu:

Pertama : Bila Pak Badu meminta si pemilik toko untuk menyulap harga di bon, 
kita sepakat bahwa itu adalah keliru, beliau melakukan mark up, dan tindakan 
tersebut bisa dijerat hukum. Di sini masih tampak mana hitam dan putih. 

Kedua : Bila Pak Badu "berdamai" dengan si pemilik toko untuk menurunkan 
spesifikasi komputer yang dibelinya (tetapi harga di bon adalah untuk 
spesifikasi yang diminta kantor), maka beliau bisa dituduh melakukan penipuan. 
Untuk pengandaian inipun mudah dibedakan antara yang salah dan benar. 

Ketiga : Bila Pak badu meminta jatah (komisi) kepada si pemilik toko, jelas hal 
ini tidak patut dilakukan karena si pemilik toko pasti akan membebankan biaya 
tersebut ke dalam komponen harga. Praktik seperti ini banyak ditemukan dalam 
kehidupan kita, padahal perbuatan ini menyimpang dari kaidah bertransaksi yang 
benar.

Keempat : Bila Pak Badu membeli komputer tanpa menawar, sebagian dari kita 
mungkin tidak mempersoalkannya, toh bukan uang sendiri, mengapa harus ngirit 
!!. Tetapi bila uang tersebut milik pribadi, pasti kita akan membeli barang 
dengan harga dan kualitas baik; dengan kata lain, kita telah double standard 
atas sebuah persoalan; nurani yang dapat menjawab atas arif tidaknya perbedaan 
paradigma dan persepsi dari kondisi di atas. 

Kelima : Bila Pak Badu menerima uang rokok yang diberikan, akan ada argumen 
atas praktik ini. Sebagian orang menganggap wajar karena Pak Badu tidak 
meminta, ia hanya diberi, beliaupun tidak merugikan kantornya (telah 
mendapatkan harga yang baik); pepatah bilang, jangan menolak rezeki. Tetapi 
sebagian lagi mungkin tidak setuju dengan pemberian uang rokok ini.

Dari berbagai pengandaian di atas, terungkap fenomena adanya disparitas dan 
dualisme pandangan atas sebuah nilai, hal ini selanjutnya dapat mengarah pada 
pergeseran tata nilai. Pertanyaan layak tidaknya Pak Badu menerima uang rokok, 
sangat baik untuk dicermati; makna yang terkandung di balik cerita tersebut, 
diharapkan mampu mencuatkan batas tentang potensi atau terjadinya konflik 
kepentingan; dalam hal ini, menerima uang kadeudeuh seharusnya tidak dilakukan.

Mengapa? Karena Pak Badu tak akan berkesempatan menerima persenan andai beliau 
tidak ditugaskan kantornya, dengan kata lain, uang tersebut sebenarnya adalah 
hak kantor karena Pak Badu membeli komputer dalam konteks menjalankan tugas 
kantor (digaji). Lebih jauh lagi, sebagai manusia mungkin kita akan terpengaruh 
dengan pemberian ini, sangat masuk akal bila Pak Badu di kemudian hari 
ditugaskan lagi membeli komputer, maka kemungkinan besar beliau akan menuju 
toko tadi, dalam benaknya terbesit harapan mudah-mudahan saja ia akan mendapat 
"uang jasa" seperti sebelumnya; bila ini terjadi, maka mulai terkikis benteng 
pemisah antara kepentingan yang satu dengan lainnya; Pak Badu mengharapkan 
sesuatu, si pemilik toko mengharapkan omzetnya meningkat, pada akhirnya hal ini 
akan membuka peluang terjadinya kongkalikong. 

Hal serupa bisa terjadi bila seorang pemrakarsa berkolusi dengan kontraktor, 
sangat mungkin si pemrakarsa tidak bisa menjalankan fungsi kontrol atas 
kualitas pekerjaan si kontraktor, terjadilah konflik kepentingan. Demikian pula 
bila pejabat pemerintah diperbolehkan menerima parsel hari raya misalnya; 
selaku aparat pelaksana pengawasan, dikhawatirkan netralitas kontrolnya 
terpengaruh oleh pemberian bingkisan yang konon sering diselipi amplop tebal, 
inilah praktik suap terselubung yang memporak porandakan mental bangsa. 

Kita mafhum bahwa praktik KKN kerap muncul dalam berbagai varian, sering kali 
sulit dibedakan dan mampu mengelabui kita, apalagi kita ini pandai berdalih 
mencari pembenaran untuk tindakan yang dilakukan; ambil contoh andaikan seorang 
istri memasok jasa cleaning service di kantor sang suami, kita berkilah bahwa 
mencari pekerjaan adalah hak setiap orang, yang penting penilaian dilakukan 
dengan fair dan tidak memberi keistimewaan. Pertanyaannya adalah, siapa yang 
bisa menjamin kekekalan penilaian dilakukan dengan benar? apalagi orang timur 
acap didominasi budaya ewuh pakewuh, seorang bawahan mungkin akan kikuk saat 
ditugasi menilai kinerja perusahaan istri bosnya. Oleh sebab itu, mencegah akan 
lebih baik dibanding mengobati. 

Merajalelanya praktik KKN telah membuat bangsa ini terpuruk ke titik nadir 
terendah; strategi pemberantasan telah didengungkan namun hasilnya belum 
memuaskan. Praktik clean government sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk 
diaktualisasikan; para pemimpin harus menjadi role model, jangan justru jadi 
bagian dari sistem perkeliruan. Gerakan moral (germo) anti-KKN harus 
diintensifkan dan disebarluaskan, penyediaan nomor telefone aduan perlu 
disediakan hingga ke elemen terkecil. Mari kita bahu membahu mewujudkan tatanan 
negara yang bersih demi masa depan generasi penerus; dulu kita dikenal sebagai 
bangsa berbudi pekerti baik, hanya saja sempat sejenak khilaf akibat 
kontaminasi yang mengaburkan makna kebenaran; kita adalah bangsa yang memiliki 
tata nilai yang luhur, punya nurani dan rasa malu. Dengan demikian, gerakan 
back to basic ke praktik yang bersih KKN pastilah bukan mission yang 
impossible.*** 

Penulis, alumnus University of South Carolina, AS, bekerja pada perusahaan 
energi. Tulisan sepenuhnya merupakan opini pribadi.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Germo" Anti-KKN