[nasional_list] [ppiindia] Berburu Energi di Kebun Sawit

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 26 Feb 2006 22:19:36 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA

Sabtu, 25 Februari 2006


Berburu Energi di Kebun Sawit 

Didiek Hadjar Goenadi
Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia-Departemen Pertanian, dan 
Ahli Peneliti Utama Tanah dan Pemupukan

Tekad pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla mencabut subsidi BBM 
tahun lalu --dengan segala konsekuensinya-- telah mulai diwujudkan dengan 
mencari berbagai solusi tekno-sosio-ekonomi. Di antara berbagai solusi itu 
adalah pengembangan bahan bakar alternatif berbahan baku nabati atau bahan 
bakar nabati (biofuels).

Pemerintah serius menggarap program ini secara menyeluruh. Itu ditunjukkan oleh 
terbitnya Peraturan Presiden No 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan 
Instruksi Presiden No 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar 
Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain pada 25 Januari 2006. 

Namun, perjalanan masih jauh. Karena banyak integrasi dan konsolidasi 
program-program tersebut di tingkat operasional masih terkesan latah tanpa 
dilandasi analisis kritis yang lebih masuk akal.

Tanaman minyak
Di akhir tahun lalu, penulis telah menyampaikan masalah tekno-ekonomi biodiesel 
berbasis minyak sawit (BMS) dalam sebuah harian nasional. Namun, karena tidak 
adanya skema kebijakan yang kondusif bagi investor untuk memulai usaha ini, dan 
mereka harus bersaing dengan mata dagangan bersubsidi, belum banyak pihak yang 
tergerak untuk mengembangkannya. Bagi Indonesia, areal tanaman kelapa sawit 
seluas lebih dari lima juta hektar saat ini merupakan kekuatan yang luar biasa 
dalam menjamin ketersediaan bahan baku BMS secara berkelanjutan. Dalam kerangka 
kebijakan komoditi nasional, produksi BMS menjadi salah satu opsi pengendali 
harga minyak sawit kasar (CPO) ketika pasokannya berlimpah dan harga tertekan. 

Kalaupun harga BMS saat ini belum kompetitif, pasar dunia membutuhkan cukup 
banyak pasokan dengan harga yang sangat menarik sekitar 370 dolar AS per metrik 
ton. Dengan kata lain, industri BMS perlu dikembangkan dan untuk jangka pendek 
memenuhi permintaan pasar ekspor. Keuntungan bersih yang bisa diperoleh dapat 
mencapai 150 dolar AS per metrik ton. Sementara itu, Indonesia beberapa bulan 
ini seperti terserang wabah demam jarak pagar (jatropha curcas L) karena adanya 
keyakinan bahwa tanaman ini adalah salah satu gantungan sumber energi masa 
depan rakyat Indonesia. 

Sayangnya, program yang sudah secara gencar digerakkan oleh pemerintah ini 
kurang didukung oleh perhitungan ekonomi dan pemahaman teknis budidaya yang 
memadai. Terkesan program ini terburu-buru dipromosikan, padahal kesiapan kita 
dalam menyiapkan bahan tanaman masih jauh, teknik budidaya yang aman belum 
dikuasai, ukuran teknologi pengolahan tingkat petani masih asumsi teoritis, dan 
asumsi harga pembelian biji jarak kering yang terlalu rendah (Rp 500 per 
kilogram). 

Persoalan ini akan muncul ketika petani didorong untuk menanam dan menjual 
hasilnya kepada pihak pengolah biji dan berharap taraf hidup mereka membaik. 
Namun, persoalan tidak banyak terjadi jika mereka menanam untuk kebutuhannya 
sendiri, baik untuk memenuhi kebutuhan minyak bakar pengganti minyak tanah atau 
solar bagi nelayan. 

Selain itu, satu aspek yang perlu diwaspadai dengan sangat hati-hati adalah 
sifat beracunnya minyak jarak pagar. Oleh sebab itu, sangatlah bijak jika 
pemerintah melarang penanaman jarak pagar di wilayah perkebunan kelapa sawit.

Limbah listrik
Dari kegiatan industri kelapa sawit akan dihasilkan berbagai jenis limbah padat 
maupun cair. Karena volume panen yang cukup tinggi per tahun, maka volume 
limbah yang dihasilkan juga luar biasa tingginya. Dengan keseragaman 
sifat-sifat dan keberadaannya, maka peluang pengolahannya menjadi produk 
samping menjadi sangat prospektif. Kompos, kertas, dan papan partikel merupakan 
produk samping potensial yang umum dikenal. Sebaliknya, potensi pemanfaatannya 
untuk menghasilkan energi, terutama listrik, belum banyak dipahami.

Beberapa penelitian telah berhasil mengungkap potensi nilai energi dari 
beberapa jenis limbah padat organik kelapa sawit. Kecuali pelepah yang ditumpuk 
di lapangan dan batang kelapa sawit yang tersedia setiap 20-25 tahun sekali, 
limbah-limbah tersebut memiliki jumlah dan kesinambungan pasokan yang ajeg dan 
tempatnya tidak terpencar.

Secara nasional terdapat sekitar 205 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia di 
mana sekitar 86 persen berada di luar Jawa. Produksi tandan buah segar (TBS) 
tahun 2004 diperkirakan mencapai 53,8 juta ton dan limbah padat organik berupa 
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 12,4 juta. Oleh karena nilai energi 
panas (calorific value) dari TKKS sebagai bahan bakar generator listrik dapat 
mencapai 18 796 kJ/kg, maka energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi 
listrik dengan jumlah yang cukup signifikan. Sebagai ilustrasi, sebuah PKS 
dengan kapasitas 200 ribu ton TBS per tahun menghasilkan 44 ribu ton TKKS 
(kadar air 65 persen) yang mampu membangkitkan energi ekuivalen dengan 2,3 MWe 
(megawatt-electric) pada tingkat efisiensi konversi 25 persen.

Potensi biogas yang dapat dihasilkan dari pengolahan limbah cair juga sangat 
menjanjikan. Dari 600-700 kg limbah cair dapat diproduksi sekitar 20 meter 
kubik biogas. Dengan mengacu pada data produksi tahun 2004, limbah cair yang 
dihasilkan diperkirakan mencapai 37.633 juta ton. Volume yag luar biasa 
besarnya ini bisa menghasilkan biogas mencapai 1075 juta meter kubuk. Jika 
nilai kalor biogas rata-rata berkisar antara 4700-6000 kkal/m3 atau 20-24 
MJ/m3, maka produksi biogas sebesar itu setara dengan 516 ribu ton gas LPG, 559 
juta liter solar, 665,5 juta liter minyak tanah, atau 5052,5 MWh listrik. Ini 
tentu bukan nilai yang dapat hanya dipandang sebelah mata. Apalagi jika asumsi 
tahun 2010 Pulau Jawa akan kehabisan listrik itu benar adanya.

Potensi limbah cair sebagai penghasil listrik sudah dikembangkan di Malaysia. 
Sejak tahun 2001 negara jiran ini melaksanakan program yang disebut dengan 
Small Renewable Energy Programme (SREP). Salah satu energi terbarukan yang 
dikembangkan dalam program ini adalah mengolah limbah cair PKS menjadi biogas. 
Bumibiopower (Pantai Remis) Sdn Bhd adalah salah satu perusahaan di Malaysia 
yang melaksanakan proyek produksi biogas tersebut. Biogas yang dihasilkan 
selanjutnya dimanfaatkan untuk generator listrik dengan kapasitas 1-1,5 MW.

Teknologi sederhana
Alternatif lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah padat kelapa 
sawit yang paling sederhana adalah menjadikannya briket arang. Caranya dengan 
pemadatan melalui pembriketan, pengeringan, dan pengarangan. Pusat Penelitian 
Kelapa Sawit telah berhasil merancang bangun paket teknologi untuk produksi 
briket arang ini, baik dari bahan TKKS maupun cangkang sawit. Karena sifat 
bahan yang berbeda, bahan TKKS memerlukan tungku tipe vertikal, sedang untuk 
cangkang diperlukan tungku horizontal guna menghasilkan arang bermutu tinggi 
(Nilai Kalor > 5000 kalori/gram). Proses pembriketan dapat dilakukan dengan 
mesin pembriket tipe ulir dengan kapasitas satu ton per hari. Mesin ini 
menghasilkan briket arang berbentuk silinder dengan diameter 5 cm dan panjang 
10-30 cm sesuai dengan ukuran briket arang komersial dari serbuk gergaji. 
Keunggulan produk arang ini antara lain karena permukaannya halus dan tidak 
meninggalkan warna hitam bila dipegang.

Kepanikan akibat kenaikan BBM di masyarakat tentu bukan sebuah hiburan sinetron 
yang pantas kita saksikan. Dilema yang dihadapi pemerintah tentunya bisa 
dipahami jika ukuran-ukuran solusi terhadap dampak bergandanya dapat 
diformulasikan secara jelas dan akurat. 

Tersedianya bahan baku yang melimpah-ruah (minyak sawit), prospek tanaman baru 
penghasil minyak (minyak jarak), hasil karya tumpah-keringat para peneliti anak 
bangsa, dan kebutuhan mendesak masyarakat terhadap kecukupan energi yang 
berkelanjutan tentunya menjadi pertimbangan yang cukup bagi pemerintah dalam 
memutuskan kemana bangsa ini akan menggantungkan kebutuhan energinya di masa 
yang akan datang. Kinilah saatnya untuk memberikan lebih kepada rakyat, sebelum 
rakyat memintanya kembali.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Berburu Energi di Kebun Sawit