** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=161805 Rabu, 16 Mar 2005, Uang Pangkal, Pangkal Persoalan Oleh Ana Maghfuroh Perguruan tinggi negeri (PTN) biasanya menjadi pilihan utama para calon mahasiswa. Perguruan tinggi swasta (PTS), bagi kebanyakan para calon mahasiswa, merupakan alternatif pilihan jika gagal masuk PTN. Untuk bisa masuk PTN, para calon mahasiswa melakukan persiapan khusus, seperti mengikuti bimbingan belajar di lembaga-lembaga bimbingan belajar untuk menunjang kemampuan agar bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan cepat dan tepat, meski diperlukan biaya yang besar. Setidaknya, ada tiga alasan mengapa para calon mahasiswa menjadikan PTN sebagai pilihan utama. Pertama, kualitas PTN bisa dikatakan lebih terjamin. Sebab, PTN, terutama yang sudah berusia tua, mempunyai fasilitas yang lebih lengkap. Kedua, biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih murah. Ketiga, mempunyai gengsi yang lebih tinggi karena lolos dalam seleksi masuk PTN bukanlah pekerjaan mudah. Untuk bisa lolos, seorang calon mahasiswa harus menyingkirkan belasan, bahkan puluhan kompetitor, untuk memperebutkan kursi yang jumlahnya sangat terbatas. Karena itu, lolos dalam ujian masuk PTN berarti mempunyai kemampuan akademik di atas rata-rata para calon mahasiswa lain. Karena kelebihan-kelebihan itulah, PTN diperebutkan seluruh kalangan, baik dari kalangan ekonomi atas maupun, terutama, bawah. Bagi kalangan ekonomi atas, biaya pendidikan jelas bukan masalah. Bagi mereka, masuk PTN lebih merupakan karena gengsi. Selain mendapatkan gengsi tinggi, itu adalah langkah ekonomis yang sangat tepat untuk menekan pengeluaran biaya pendidikan. Namun, bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, PTN adalah harga mati karena mereka tidak mungkin masuk ke PTS yang biayanya tidak terjangkau. Dengan kata lain, bagi kalangan menengah ke bawah, prinsip yang dipegang dengan terpaksa ialah PTN atau tidak sama sekali. Harapan mereka untuk bisa memasuki PTN bisa dikatakan lebih besar. Dengan adanya jalur khusus masuk PTN, terutama yang telah menjadi BHMN, itu mengurangi kesempatan atau peluang para calon mahasiswa yang mengalami keterbatasan ekonomi untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Pada kenyataannya, pemberian beasiswa kepada mereka yang tidak mampu sangat terbatas. Kalaupun ada, beasiswa itu baru bisa diperoleh setelah masuk PT. Padahal, bisa masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa di PT adalah kendala. Uang Pangkal PTN menerapkan kebijakan tentang uang pangkal bagi seluruh mahasiswa. Meski jumlahnya bervariasi, hal itu tetap memberatkan kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bagaimana mungkin mereka dapat membayar uang pangkal yang sedemikian besar jumlah nominalnya? Sebagai contoh, di UI, mahasiswa yang lulus ujian masuk jalur biasa dikenai uang pangkal Rp 5-25 juta. Sementara itu, yang melalui jalur khusus bisa sampai Rp 75 juta. Di UGM dan Undip, ketentuan membayar uang pangkal tersebut juga diberlakukan. Mahasiswa baru reguler di UGM harus membayar Rp 10-20 juta. Di Undip dikenakan tarif rata-rata Rp 1,5 juta. Sementara itu, yang melalui jalur khusus di kedua universitas tersebut, dikenakan tarikan Rp 25-100 juta. Dengan demikian, apa pun ceritanya, mekanisme jalur khusus untuk masuk ke PTN adalah kebijakan yang sangat tidak berpihak kepada kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kesempatan mereka terampas orang-orang yang mempunyai kekuatan finansial. Padahal, kalangan menengah ke bawah sudah kalah start karena mereka tidak mempunyai fasilitas belajar sebagaimana dimiliki anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi atas yang bisa bersekolah di sekolah-sekolah bersarana lengkap. Anak-anak yang berasal dari keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah, apalagi yang tinggal di daerah, tentu tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan secanggih fasilitas pendidikan menengah yang dinikmati anak-anak orang kaya dan tinggal di perkotaan dengan segala fasilitas yang tersedia. Mereka juga tidak memperoleh tambahan belajar dari lembaga-lembaga bimbingan belajar. Sebab, selain harganya sangat tidak terjangkau, bagi yang tinggal di daerah, lembaga bimbingan belajar tentu sulit ditemukan. Membayar biaya sekolah saja sudah sangat berat, apalagi untuk membayar lembaga-lembaga bimbingan belajar. Dari sini, anak-anak yang berasal dari keluarga kaya sebenarnya sudah menang. Kemauan politik Karena kondisi itu, pemerintah harus berpikir bagaimana agar pendidikan tidak hanya dinikmati orang-orang kaya. Pijakan dasar yang harus dicermati pemerintah adalah pendidikan dan kemiskinan merupakan dua hal yang saling berjalin berkelindan dan lingkaran setan. Kemiskinan menyebabkan kebodohan, sebaliknya kebodohan menyebabkan kemiskinan. Kalau orang miskin tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa memperoleh pendidikan yang semestinya, tidak akan ada perubahan nasib mereka. Mereka pun akan tetap menjadi kaum miskin yang selalu ditindas sistem yang tidak memberikan kesempatan untuk melakukan mobilitas vertikal karena keterbatasan pendidikan atau pengetahuan. Ana Maghfuroh, mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang (UNNES) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **