[list_indonesia] [ppiindia] Teologi Kristen dan Eklektisitas Agama

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 25 Mar 2005 00:09:05 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

MEDIA INDONESIA
      Kamis, 24 Maret 2005

      OPINI

      Teologi Kristen dan Eklektisitas Agama

      Jhensen Irawan: Abdul Hamid Atma
     
      MINGGU (27/3) umat Kristen akan merayakan hari Paskah, sebagai wujud 
spiritualitas pembebasan. Ritual ini setidaknya mengingatkan pada penyaliban 
Yesus Kristus yang dikenal dengan kenaikan Isa Al-Masih. Pembebasan ini 
setidaknya ada dua muara. Pertama, pembebasan dari dosa turunan; yang dilakukan 
Adam dan Hawa. Menurut ajaran Kristen, penyaliban Yesus merupakan upaya 
penebusan itu. Kedua, pembebasan dari hegemoni mamon (kekuasaan struktur sosial 
yang tak adil dan memeras).

      Michael Amaladoss menulis dalam bukunya, Lif ini Freedom: Leberation 
Teologis from Asia bahwa Yesus memilih hidup miskin sejak kelahirannya, akan 
tetapi karena dia beridentifikasi dan berjuang dengan kaum miskin dan terbuang 
pada zamannya, yang terungkap dalam tantangan profetisnya kepada orang-orang 
kaya dan berkuasa supaya bertobat sehingga dia harus disalib. Peristiwa inilah 
yang menjadi latar belakang lahirnya peringatan Paskah.

      Orang Kristen adalah orang yang menentukan pilihan untuk mengikuti Yesus 
Kristus.

      Pilihan ini tidak boleh tidak untuk hidup 'miskin', tetapi pilihan hidup 
miskin menjadi hidup mengikuti Yesus. Sungguh hanya itu juga pilihan untuk kaum 
miskin.

      Kekuatan (teo)logis ini bersumber dari aksioma kitab suci: pertentangan 
yang tak mungkin didamaikan antara Allah dan harta kekayaan dan perjanjian yang 
tak dapat dicabut antara Allah dan orang-orang miskin dengan Yesus sendiri 
sebagai perjanjian ini (Maryknoll, 1980).

      Pieres, seorang ahli teologi Sri Lanka, mempertentangkan jalan yang utuh 
ini dengan pilihan-pilihan lain yang tak utuh, yang juga terdapat di Asia. Ada 
orang yang memusatkan perhatian pada segi-segi positif religiusitas Asia dan 
memilih hidup miskin; tidak bersifat membebaskan, ada lagi orang dalam tradisi 
Marxis yang menolak religiusitas Asia dan memandangnya sebagai segala sesuatu 
yang bersifat takhayul dan mengasingkan, mereka memilih untuk berjuang bersama 
dengan kaum miskin.

      Perjuangan mereka tidak akan menghasilkan pembebasan juga karena mereka 
tidak menyerang akar permasalahan kemiskinan yaitu hasrat untuk memiliki 
barang-barang jasmani, kekuasaan, dan kedudukan yang mengiringinya. Hanya 
apabila unsur-unsur positif kemiskinan dan religiusitas menjadi satu, dapatlah 
kemiskinan dan religiusitas menjadi kekuatan untuk keadilan. Dalam pemahaman 
kristiani, orang-orang yang hanya memusatkan pada pembangunan (fisik) pasti 
akan gagal, sebab mereka mengabaikan kekuatan keagamaan yang berada dalam 
lingkaran hidup miskin maupun ungkapan-ungkapan struktural dari hasrat 
keinginan yang memaksakan kemiskinan pada orang banyak.

      Kemiskinan dalam kitab suci memang merupakan kategori sosiologis, tetapi 
tidak dapat didefinisikan dalam kategori ekonomis semata-mata, apalagi Marxis 
(pengertian tidak memiliki sarana produksi). Kemiskinan dalam kitab suci 
memiliki makna sosiologis yang lebih luas bahkan makna keagamaan. Orang-orang 
miskin dalam kitab suci adalah sekelompok orang-orang tertindas dalam konflik 
tetapi dapat disangsikan, apakah konflik mereka dapat dilukiskan secara berguna 
sebagai perjuangan kelas. Kalau semua agama Asia memajukan hidup miskin, 
pilihan hidup demi kepentingan kaum miskin adalah sesuatu yang khas kristiani, 
sebagaimana yang dianut oleh agama Hindu bahwa Allah 'turun' ke dunia dalam 
keadaan tertindas dan menegakkan kembali keadilan.

      Yesus mengalami Allah sebagai Abba' --orang tua yang mengasihi dengan tak 
bersyarat (Mat 11:25 Mark 14:36 Yoh 11:41) pengalaman ini membebaskannya dari 
segala sesuatu yang biasanya mengondisikan hidup orang: ketakutan dan rintangan 
hidup mereka, keragu-raguan dan keterdesakan mereka sehingga manusia dikuasai 
oleh mamon dan syetan. Dan orang menjadi budak konsumerisme, erotisme dan nafsu 
berkuasa sebagai kompensasi atas ketiadaan cinta kasih yang sejati dalam hidup 
mereka-itulah cinta kasih Allah membawa kebebasan (George Soares, 1978)

      Eklektisitas agama

      Seluruh agama tentu memiliki kekuatan spiritual yang menjadi titik tolak 
berkembangnya peradaban keagamaan, misalnya peradaban Minjung di Korea, 
peradaban Dalit di India, serta agama-agama yang masuk di Indonesia. Sehingga 
agama-agama yang berkembang dapat dipertemukan dalam satu meja pluralisme agama.

      Kesadaran dan kelenturan untuk berkumpul semacam ini menjadi inti 
terpenting agama untuk memikirkan masa depan kemanusiaan.

      Eklektisisme mengajarkan bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dan 
menolak sesuatu yang buruk, sebagaimana Kristus yang membawa keselamatan umat 
manusia yaitu teologi penebusan dosa turunan relasinya dengan disalibnya 
Kristus. Pemahaman ini terbatas dalam perspektif umat kristiani. Dalam 
agama-agama lain juga terdapat bentuk spiritualisme semacam itu yang dapat 
'menerima' atau menghargai kepercayaan orang lain, hal ini biasa terjadi dalam 
filsafat perenial.

      Salib dan kenaikan Kristus yang kita peringati saat ini merupakan 
tantangan bagi setiap gerakan pembebasan. Tantangan ini bermuara pada dua 
macam. Pertama, sesuai dengan sifat rangkap tercatatnya tindakan manusia oleh 
dosa. Kedua, gerakan sosial cenderung dinodai oleh usaha egois menjadi 
kekuasaan yang dapat menjadi bersifat menindas orang lain. Jika itu tidak 
diinsyafi, maka kebebasan dan pembebasan di setiap agama tidak akan berjalan 
dengan baik --alhasil yang berlaku adalah hukum rimba: siapa yang kuat itulah 
yang menang.

      Dalam setiap agama tidak ada yang menginginkan proses demikian; karena 
agama pun mempunyai visi dan misi kemanusiaan secara transparan, baik Hindu, 
Budha, Kristen, maupun Islam. Spiritualisme pembebasan manusia dari jerat 
kapitalisme hedonistik ini, karena tidak sesuai dengan nilai dasar agama-agama. 
Selamat Hari Paskah bagi umat kristiani, selamat meneladani Yesus Kristus dalam 
segala pembicaraan dan tindakannya! ***

      * Pimpinan Gereja Pantekosta, ** Peneliti Lembaga Kajian KUTUB
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Teologi Kristen dan Eklektisitas Agama