[list_indonesia] [ppiindia] Paskah dan Potret Kemiskinan Kita

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 25 Mar 2005 00:06:08 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

MEDIA INDONESIA
Kamis, 24 Maret 2005

OPINI

Paskah dan Potret Kemiskinan Kita
Max Regus Pr; Pastor Paroki Kristus Raja, Ruteng


PASKAH tahun ini dirayakan ketika sebagian besar rakyat menanggung beban 
kehidupan yang semakin berat. Rakyat tertatih-tatih menghabiskan sisa waktu 
pemberian Tuhan. Keringat berpadu dengan pupusnya harapan untuk bisa hidup 
lebih layak. Di sini (di daerah kami, NTT) yang sebagian besar penduduknya akan 
merayakan Paskah, sedang kebingungan bagaimana menyiapkan makan bagi anak, 
istri, maupun dirinya sendiri. Hidup menjadi semakin susah.

Panggung pertunjukan sudah sepi. Atraksi para seniman, dengan janji, 
kebohongan, dan romantisisme yang berseliweran kian ke mari, sudah lama usai. 
Tepuk sorai penonton, menyaksikan kepiawaian para pelakon politik kelas wahid, 
menghilang ditelan badai ketamakan.

Sementara, di kejauhan, gelak tawa membahana dari kerongkongan para penggede 
politik yang telah berhasil menghipnotis penonton dengan sekarung bualan. 
Lolongan kengerian serentak menyulap panggung itu menjadi arena ekspresi alunan 
elegi untuk sebuah kehidupan yang mengerucut pada kemelaratan, kemiskinan, dan 
derita tanpa akhir. Pada keseluruhan sisi panggung itu berjubel manusia yang 
menggantungkan impian pada panggung yang sepi itu.

Kita, Indonesia, tanah air kita bersama, adalah sebuah panggung yang merekam 
ironi demi ironi, tragedi demi tragedi, paradoksi demi paradoksi, tanpa sebuah 
kegembiraan yang tersisa lagi. Panggung itu adalah kita dengan peta kehidupan 
yang compang-camping dalam kungkungan kegagalan demi kegagalan.

Indonesia. Betapa terasa gagah nan menggoda nama itu. Namun, kegagahan itu 
hampir melampau. Melampau, ketika sendi-sendi keindonesiaan tanggal satu per 
satu. Indonesia adalah arena kehidupan yang baru saja melakukan investasi 
politik maha besar, dalam proyek pemilu, dengan biaya tidak terkira, namun 
dengan alur mencemaskan. Perhelatan politik triliunan rupiah itu, sungguh tidak 
terelakkan, sedang berdiri di ujung histori kehancuran. Yang ada hanya sebuah 
gambaran kekalahan yang lengkap: bangsa yang sedang bangkrut, politik kekuasaan 
yang sempoyongan dan anak negeri yang dihinggapi apatisme sosial mematikan.

Ketika segala aroma kehancuran menyerbu, kebijakan politik ekonomi menaikkan 
harga BBM terasa bagaikan palu godam yang meruntuhkan sisa terakhir kekuatan 
kita. Kenaikan harga BBM sejurus membahasakan kemiskinan multidimensional; 
ekonomi, politik, sosial, dan kultural. Kebijakan ini menimbulkan gunung 
kemiskinan.

Meski para pawang politik kekuasaan dan komunitas pendukung mereka membela 
kebijakan itu mati-matian, toh rakyat tidak dapat dipersalahkan menyebut 
Indonesia sudah bangkrut total. Bangsa besar ini sedang meniti sejarah paling 
pahit. Saya pernah menikmati perdebatan seru antarsesama kelas intelektual yang 
pro versus kontra kebijakan itu. Di salah satu media massa terkemuka nasional. 
Tetapi, hemat saya, sebagai bagian dari rakyat kebanyakan, semua perdebatan itu 
hanyalah keelokan permainan argumentasi dalam kerangka kecanggihan teori 
ekonomi dan politik. Dan, riuh rendah pemikiran orang-orang pintar itu 
teralienasi dari kepedihan rakyat.

Ada penjelasan ilmiah, sistematis, dan rasional atas kenaikan harga BBM. 
Tetapi, tidak ada ilmu ekonomi dan politik yang dapat secara tuntas 
mendefinisikan air mata kengerian rakyat di hadapan amukan kebijakan politik 
ekonomi pemerintah ini. Kehidupan ekonomi yang semakin tidak wajar dan jauh 
dari perasaan keadilan sosial merupakan alasan tunggal tumpahnya air mata 
publik Indonesia. Rakyat tidak mampu lagi membiayai kehidupan ekonomi dengan 
standar layak. Rakyat sudah lama jatuh miskin.
***

Politisasi problematika BBM menjadi salah satu tema laris dalam hari-hari ini. 
Ada sementara kalangan yang mengkhawatirkan bahwa kisruh seputar BBM ini hanya 
menjadi arena pertarungan antar kekuatan politik demi menguasai mesin 
kekuasaan. Munculnya perlawanan terutama yang mencuat di gedung parlemen 
mengindikasikan pertarungan faksi-faksi politik yang mencari keuntungan 
tertentu. Bisa sebentuk popularitas politik. Legitimasi kerakyatan. Atau, 
menggumpalnya dukungan rakyat. Anehnya, kekhawatiran itu tidak datang dari 
mulut rakyat melainkan muncrat dari ruang kekuasaan elite sosial politik 
sendiri. Politik kita pun mengalami pendangkalan dan pemiskinan tatkala 
fenomena itu sungguh menjadi kenyataan. Artinya, teriakan-teriakan rakyat telah 
menjadi alat politik di tangan para maniak kekuasaan sendiri.

Maka tangisan rakyat pun telah memproduksikan keuntungan politik tertentu. 
Deretan-deretan grafiti perlawanan mahasiswa tentang sebuah persekongkolan 
jahat antar institusi politik dan kekuasaan serentak mendapatkan justifikasi 
langsung. Begitu miskin moralitas politik kita. Politik tanpa etika. Rakyat 
bingung menyaksikan drama 'baku pukul' yang berlangsung di gedung parlemen 
terhormat. Siapa yang dibela? Rakyat? Kepentingan politik? Agenda tersembunyi? 
Program siluman? Sebuah bargaining politik? Rakyat malu menghadapi 
jebakan-jebakan mematikan itu.

Kita kembali 'tunduk' menahan rasa sedih, yang menyelinap perlahan ke dalam 
sanubari 'keindonesiaan' tatkala menghadapi penggerusan militansi keindonesiaan 
akibat kenaikan harga BBM. Indonesia tidak lagi menjadi sebuah zona damai penuh 
canda tawa kesejahteraan melainkan area kematian tanpa batas. Kita telah 
merancang keributan baru pagi, mungkin akan menjadi sesuatu yang jauh lebih 
melumpuhkan. Indonesia menghadapi proses 'penggembosan internal' yang 
mengerikan.

Badai itu sedang menyapu optimisme dan kegairahan sosial yang baru tumbuh. 
Negara bukan saja tidak mampu memainkan peran positif melainkan telah 
mempresentasikan sebuah kehadiran yang tidak bersahabat. Hanya meninggalkan 
kebengisan dan kekejaman yang meluluhlantakkan fondasi kehidupan. Kitab-kitab 
sejarah Nusantara tinggal sebuah olokan dengan menulis minyak bumi sebagai 
kekayaan alam terbesar Indonesia, namun sekarang sedang mengirimkan pesan 
kematian ke segala penjuru bangsa. BBM memainkan ironi menyakitkan ketika ia 
menjadi pisau tajam yang merobek kesadaran keindonesiaan.

Gelombang kenaikan harga barang kebutuhan pokok menguntit kenaikan harga BBM. 
Semua harga melonjak naik, namun sebagai bangsa harga diri kita semakin turun. 
Semua harga naik, kecuali harga diri kita. Harga diri sebagai bangsa, negara, 
lembaga negara, dan kekuasaan jungkir balik oleh sebuah pertarungan anonim 
dalam konteks penderitaan rakyat. Harga diri yang ambruk akibat perang politik 
antar penguasa kita. Harga diri yang ambruk ketika para manik cendekiawan kita 
terlibat dalam proses justifikasi kebijakan itu dengan meluncurkan 
rasionalisasi cerdas.

Sebuah kemiskinan sosio-kultural mencuat dari kerja sama segi tiga: penguasa, 
pengusaha, dan kelas intelektual.

Indonesia sedang tersalib pada sebuah mekanisme kehidupan yang harus membiayai 
kemunafikan, kerakusan, monopoli, kemurkaan, keserakahan, represi, dan egoisme 
politik dengan sebuah kebijakan politik ekonomi yang merampas rasa aman dan hak 
hidup layak. Sungguh, tidak ada alasan menolak realitas kemiskinan yang sedang 
mengurung Indonesia saat ini. Bahkan, karena begitu miskinnya Indonesia, kita 
tidak memiliki satu kalimat pasti dan memuaskan untuk menjelaskan semua 
abnormalitas ini. Tidak presiden. Tidak DPR. Tidak para cerdik cendekia pada 
garda depan sejarah komunitas intelektual kita. Tinggal rakyat, sendirian, 
berlumur aroma kemiskinan yang semakin menyengat.

Panggung itu telah sepi. Yang tinggal hanya sebentuk pelangi harapan rakyat 
yang terkoyak dan kamuflase politik di depan kejahatan-kejahatan tanpa hukuman. 
Tragedi BBM merefleksikan kemiskinan yang meringkus bangsa kita dari segala 
arah. Kita menerima satu lagi telegram duka: sejarah yang suram dan bangsa yang 
jatuh miskin. Selamat Paskah.

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Paskah dan Potret Kemiskinan Kita