[list_indonesia] [ppiindia] TNI-AU Persenjatai 18 Hawk

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 08 Mar 2005 08:17:43 -0000

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **


Selasa, 08 Mar 2005,
TNI-AU Persenjatai 18 Hawk 


TARAKAN - Suhu ketegangan di perbatasan Indonesia-Malaysia di Laut 
Sulawesi bertambah panas. Menyusul aksi gelar kekuatan militer kedua 
negara di sekitar tapal batas wilayah itu, TNI terus menyiapkan 
kekuatan tambahan. 

Setelah mengerahkan empat pesawat tempur F-16, TNI-AU menyiagakan 
Skuadron Udara I Elang Khatulistiwa untuk mendukung operasi 
pengamanan kawasan Ambalat. Sebanyak 18 pesawat tempur Hawk yang 
berpangkalan di Lanud Supadio Pontianak telah dipersenjatai. Jajaran 
di Pangkalan Udara Supadio juga telah dilarang meninggalkan home base.

Kepada Pontianak Post (Grup Jawa Pos), Danlanud Supadio Kolonel (Pnb) 
Barhim menegaskan, saat ini pihaknya dalam status standby on 
call. "Sejak Sabtu lalu (5/3) kita sudah disiapkan untuk bergeser ke 
Balikpapan," ujarnya kemarin. 

Bahkan, pukul 01.00 kemarin ada perintah baru. "Seluruh jajaran 
pangkalan udara Supadio dilarang meninggalkan home base. Ini perintah 
langsung panglima TNI," jelasnya. Itu menggambarkan bahwa personel 
TNI di Lanud Supadio dalam kondisi siaga.

Didampingi Perwira Operasi (Pasops) Lanud Supadio Letkol (Pnb) Imran 
Baidirus, Barhim menjelaskan, 18 pesawat Hawk disiapkan untuk 
mendukung operasi. "Semua pesawat telah dilengkapi senjata. Begitu 
diinstruksikan, kita siap berangkat," ujarnya.

Sebuah pesawat helikopter Puma SA 330 milik Lanud Supadio telah 
bergeser ke Balikpapan untuk mendukung operasi. Sebuah helikopter 
jenis sama juga telah bergeser ke Lanud Supadio dari Lanud Atang 
Sanjaya, Bogor. Selain itu, ungkap dia, armada dari Pekan Baru dan 
Makassar diperintahkan bergeser ke pangkalan udara di Balikpapan. 

Dia menegaskan, seluruh jajaran Lanud Supadio saat ini siap jika 
mendapat instruksi operasi. Demikian juga Paskhas. Hingga saat ini, 
Lanud Supadio tetap melakukan latihan perang seperti biasa. 

Barhim mengaku, operasi yang dilakukan TNI-AU tidak berjalan 
sendirian, tapi gabungan dengan operasi TNI-AL dan TNI-AD. Tugas TNI-
AU adalah memayungi TNI-AL dan TNI-AD. Dalam kasus Ambalat, kata dia, 
TNI-AU berkewajiban menjaga kedaulatan negara. 

Dia juga mengaku bahwa Lanud Supadio merupakan skuadron terdekat 
dengan lokasi. Jaraknya hanya sejam. Tapi, TNI-AU tidak hanya 
bergerak berdasarkan teritori kewenangan. 

Di Balikpapan, TNI-AU menyiagakan empat pesawat tempur F-16 di 
Bandara Sepinggan. Menurut Danlanud Balikpapan Letkol (Pnb) Imron 
Nasution, seluruh personel yang terlibat dalam pasukan F-16 tersebut 
berjumlah 60 orang, lalu ditambah sekitar 30 kru Boeing 737. Jadi, 
seluruh awak pasukan yang disiagakan sekitar 90 orang. 

Kekuatan itu masih ditambah personel di Satuan Radar 253 Balikpapan 
dan Satuan Radar 255 Tarakan yang masing-masing beranggota 90 orang. 
Radar itu selama 24 jam mengawasi situasi di udara. 


Satu Batalyon Marinir 

Dari Surabaya, Korps Marinir juga akan menambah kekuatan sebanyak 
satu batalyon pasukan pendarat berikut kendaraan tempur ke perbatasan 
Indonesia-Malaysia di Laut Sulawesi. Mereka akan menyusul satu kompi 
pasukan Marinir yang telah berada di garis depan.

Menjelang berangkat, Marinir akan menggelar kesiapan pasukan di 
Lapangan Trian Tedy Senaputra, Karangpilang, Surabaya, hari ini. 
Sejumlah mesin pemusnah masal modern milik Marinir, baik dari Yon 
Arhanud (Pertahanan Udara), Yon Armed (Artileri Medan), maupun 
Kavaleri, akan ditampilkan.

Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Baharudin akan meninjau langsung 
kesiapan anak buahnya. "Besok (hari ini, Red) kami akan gelar 
kesiapan pasukan," ujar seorang perwira kepada koran ini kemarin.

Sejumlah peralatan tempur sudah disiapkan di tengah lapangan kemarin. 
Karena jumlahnya cukup besar, yaitu satu batalyon (sekitar 750 
personel), berbagai batalyon di jajaran Pasmar-1 akan tampil. Pasukan 
elite Yon Taifib, Resimen Bantuan Tempur (Menbanpur) yang membawahi 
persenjataan berat, juga akan unjuk gelar.

Meski jadwal keberangkatan belum ditentukan, para prajurit Marinir 
tersebut berstatus siaga satu sambil menunggu perintah. "Setelah 
kesiapannya diinspeksi komandan Pasmar, pasukan siaga satu di 
markas," tegasnya. Selain satu batalyon yang akan berangkat ke 
Tarakan, satu batalyon lagi disiapkan untuk operasi Mupu di Aceh. 


SBY Telepon PM Badawi

Sengketa wilayah Indonesia-Malaysia membuat para pemimpin kedua 
negara turun tangan. Kemarin pagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY) melakukan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Malaysia 
Abdullah Ahmad Badawi. 

Jubir Kepresidenan Dino Patti Djalal mengungkapkan, pembicaraan kedua 
kepala negara berlangsung mulai pukul 07.00 WIB. Komunikasi antara 
Presiden SBY dan PM Badawi ini merupakan pembicaraan pertama setelah 
sengketa perbatasan di kawasan Ambalat mengemuka. 

Menurut Dino, pembicaraan itu langkah maju yang bisa mengarah pada 
upaya penyelesaian sengketa. Dia lantas menyebut dua hal penting yang 
disepakati dalam pembicaraan. Salah satunya, kedua pemimpin sepakat 
perlunya upaya mengendalikan situasi. 

"Pembicaraan lebih mengarah ke aspek pengendalian situasi. Dalam 
kesempatan itu, presiden menegaskan posisi Indonesia atas Ambalat," 
kata Dino kepada koran ini kemarin. 

Kedua, kata Dino, disepakati bahwa pembicaraan lebih teknis akan 
dilakukan masing-masing menteri luar negeri. "Menteri luar negeri 
kedua negara dapat segera bertemu untuk membahas masalah itu agar 
terselesaikan dengan baik," paparnya. 

Kapan Menlu Hassan Wirayuda akan bertemu Menlu Malaysia Syed Hamid 
Albar, Dino belum bisa memastikan. Hanya, dia menjamin, dalam waktu 
dekat keduanya bakal membahas sengketa wilayah itu. 

Kabarnya, banyak yang dibicarakan SBY dan Badawi. Tapi, dengan alasan 
rahasia, Dino enggan mengungkapkan. Salah satunya tanggapan Badawi 
atas pengiriman pasukan dan perangkat militer untuk mempertahankan 
Ambalat. 

"Saya tidak bisa sampaikan itu. Yang penting, kedua menlu segera 
membicarakan masalah ini," terangnya. Jawaban yang sama disampaikan 
Dino saat ditanya apakah Badawi bersedia melepaskan klaim atas 
Ambalat karena masuk wilayah RI.

Lantas, siapa yang berinisiatif menelepon? Dino tidak 
mengungkapkannya secara jelas. Dia hanya mengatakan, kedua pihak 
saling balik menelepon. "Mulai tadi malam (Minggu malam), kedua 
pemerintah saling menghubungi. Puncaknya, pukul 07.00 tadi 
berlangsung pembicaraan antara Presiden SBY dan PM Malaysia," tutur 
Dino. 


Malaysia Mundurkan Jadwal 

Perundingan untuk menyelesaikan sengketa wilayah Blok Ambalat tak 
bisa segera berlangsung. Meski Jakarta telah minta pembicaraan bisa 
dilakukan bulan ini (Maret), Malaysia memilih memundurkan jadwal 
hingga Mei.

Hal itu diungkapkan Wakil Kepala Perwakilan KBRI di Kuala Lumpur 
Abdurrahman Mohamad Fachir kepada wartawan koran ini, Kardono 
Setyorakhmadi, kemarin. Apa alasan pemerintah Malaysia memundurkan 
jadwal perundingan? "Dari jawaban resmi yang kami terima, ini semata-
mata masalah teknis," tuturnya. 

Dalam jawaban resmi, kata dia, Malaysia menyatakan masih butuh waktu 
untuk mempelajari permasalahannya. "Padahal, kami (pemerintah 
Indonesia) sudah ingin segera duduk di meja perundingan. Kami 
sebenarnya ingin perundingan terjadi pada Maret ini agar permasalahan 
ini tidak segera berlarut-larut," terangnya. 

Ketika diminta tanggapannya atas pernyataan Timbalan Perdana Menteri 
(Wakil PM) Malaysia Dato' Seri Najib Tun Abdul Razak bahwa pemerintah 
Malaysia tidak akan menarik mundur pasukannya, Fachir menjawab, itu 
hak pemerintah Malaysia. "Namun, sekali lagi, kami tegaskan bahwa 
kami tetap akan terus mempertahankan kedaulatan NKRI," tegasnya.

Lantas, apa jawaban pemerintah Malaysia soal peristiwa penganiayaan 
terhadap pekerja mercusuar Indonesia? Dia menyatakan, pihaknya belum 
menerima jawaban resmi dari Wisma Putra (Gedung Kementerian Luar 
Negeri Malaysia). "Meski pemerintah Malaysia telah berjanji akan 
mengusut tuntas insiden tersebut, hingga kini kami belum menerima 
penjelasan resmi," bebernya. 



Anggaran Perang Dibahas

Dephan dan Mabes TNI mulai menggodok alokasi anggaran untuk membiayai 
kegiatan operasi militer di Blok Ambalat dan di sekitar Laut 
Sulawesi. Penyusunan anggaran juga mempertimbangkan kemungkinan 
terburuk akibat mandeknya upaya penyelesaian sengketa wilayah di 
perairan perbatasan dengan Malaysia tersebut melalui jalur 
diplomatik. Yakni, kemungkinan konflik militer terbuka.

Menurut Dirjen Rencana Strategi Pertahanan Dephan Mas Widjaya, 
pihaknya sudah berkoordinasi dengan Mabes TNI untuk mendukung 
pembiayaan pengerahan pasukan dan armada TNI-AL dan TNI-AU ke Laut 
Sulawesi. Mabes TNI diharapkan dapat mengajukan usul anggaran kepada 
Dephan secepatnya untuk disampaikan ke Depkeu dan DPR.

Dikatakan, peningkatan jumlah armada patroli militer dan pasukan 
pendukung di sana tidak bisa ditutupi oleh anggaran penjagaan 
perbatasan tahunan (2005) yang sudah disetujui DPR 1 Februari 
lalu. "Ini kan kejadian khusus yang tidak diantisipasi dan 
diprogramkan sebelumnya. Jadi, bujetnya juga di tengah jalan. 
Nantinya, masuk ke revisi APBN Juli 2005," ujarnya kepada koran ini 
kemarin.

Widjaya mengaku tidak bisa memperkirakan nilai usul anggaran operasi 
militer di Laut Sulawesi. Apalagi, biayanya jika konflik terbuka 
terjadi dengan Malaysia. 

"Sampai hari ini (kemarin, Red), usul anggaran dari Mabes TNI untuk 
operasi di Laut Sulawesi belum sampai di meja saya. Mabes TNI pasti 
memproses dulu pengajuan dari setiap angkatan," jelas pejabat Dephan 
yang selalu mewakili Menhan dalam Joint Border Committee di Deplu RI 
itu. 

Usul anggaran perang dari Mabes TNI tidak langsung diajukan kepada 
Depkeu. Tapi, dibahas lagi kelayakannya oleh Dephan. Dalam waktu 
bersamaan, presiden konsultasi dulu dengan DPR dan Depkeu soal 
ketersediaan anggaran. Bila Panitia Anggaran DPR sepakat dan punya 
kesamaan persepsi soal urgensi masalah Laut Sulawesi, Depkeu akan 
segera mencarikan dana pengalihan dari pos-pos lain yang bisa 
ditunda. 

Apakah dalam situasi genting seperti kini mekanisme pencairan 
anggaran perang tidak bisa dipangkas? "Bisa saja. Ini kan emergency. 
Bebannya pasti berat. Nah, TNI bisa menggunakan seluruh sumber daya 
dan anggaran yang ada untuk satu tahun. Pertanggungjawabannya 
belakangan. Dephan tidak punya dana taktis untuk membantu," jelas Mas 
Wijaya. 

Perlu diketahui, pada 2005 ini, ketiga angkatan TNI hanya mendapat 
jatah anggaran pengamanan perbatasan senilai Rp 256,9 miliar. Itu 
digunakan untuk menutupi biaya pengamanan wilayah perbatasan di darat 
dan laut sepanjang 4.500 km (mulai Sabang sampai Merauke) berikut 80 
ribu km panjang garis pantai. 



Aqlani: Indonesia Lemah Segalanya

Sementara itu, Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Dephan Aqlani Maza 
menilai, Indonesia lemah, baik dari segi hukum maupun konflik 
terbuka. Dari segi hukum, meski mengaku punya berbagai dokumen 
otentik tentang kepemilikan Blok Ambalat dan Perairan Sulawesi di 
utara Pulau Kalimantan, sampai kini Indonesia belum memiliki UU 
tentang Wilayah RI yang menetapkan secara tegas garis-garis 
perbatasan di darat serta laut. 

Dari aspek SDM, kemampuan rata-rata personel militer RI lebih rendah 
dibandingkan Malaysia yang banyak mendapatkan pelatihan di luar 
negeri. Demikian juga dari segi kekuatan armada perang dan anggaran. 
Armada kapal milik TNI-AL yang paling muda berusia 20 tahun. Jumlah 
kapal pun sangat minim dibandingkan luas wilayah RI. 

Dua unit pesawat pengintai jenis Nomad tidak didukung peralatan radar 
memadai. Bahkan, pengintaian masih harus dilakukan secara manual 
dengan mata personel, bukan menggunakan alat canggih. Sedangkan 
Boeing 737 TNI-AU yang mendukung monitoring di atas Ambalat dinilai 
tidak akurat lagi memotret posisi lawan dan kawan dari ketinggian 28 
ribu kaki. Padahal, foto-fotonya dipergunakan sebagai data intelijen. 

Karena adanya gap antara kebutuhan dan kemampuan, sekaligus 
meruncingnya sengketa dengan Malaysia, sangat mungkin Dephan akan 
mengalihkan prioritas dari pengadaan armada angkut menjadi pengadaan 
armada serta peralatan tempur, terutama untuk TNI-AL. "Dua pertiga 
wilayah NKRI adalah lautan. Jadi, wajar kalau armada untuk TNI-AL 
lebih diprioritaskan," tegas pensiunan pati TNI-AD tersebut. 

Tahun ini, Dephan akan merealisasikan pembelian dua unit kapal 
Corvette dari Belanda senilai USD 77 juta, satu unit LPD (landing 
platform dock) dari Korea senilai USD 41 juta, dan rudal C-802 untuk 
TNI-AU senilai USD 22 juta dari China. Litbang Dephan dan ITB tahun 
ini akan membuat lima hingga enam unit pesawat intai tanpa awak yang 
dilengkapi radar serta kamera inframerah dengan biaya USD 10 juta. 

Aqlani juga menyatakan, desakan anggota Komisi I DPR untuk menolak 
penghentian pembangunan menara suar di Karang Unarang dan ajakan 
Malaysia mengadakan patroli bersama di wilayah sengketa sangat masuk 
akal. "Joint patrol itu dilakukan di wilayah masing-masing, bukan di 
wilayah sengketa. Penghentian sementara pembangunan menara suar 
menunjukkan pengakuan kita atas wilayah mereka," ujarnya.

Soal perlunya tembakan peringatan kepada armada Malaysia yang masuk 
wilayah RI, Aqlani menyebut hal itu bergantung pada tingkat 
kegentingan. Jika masih direncanakan, itu atas instruksi presiden. 
Bila sudah bersifat ancaman, komando berada di tangan panglima TNI 
atau kepala ataf. Tapi, bila eskalasi sudah ke tingkat sangat 
mengancam, komandan KRI bisa langsung memerintahkan tembakan 
peringatan atau tembakan balasan. 



Tarik Dubes RI 

Komisi I DPR mendesak pemerintah memanggil pulang Dubes RI di 
Malaysia Rusdiharjo. Menurut Ketua Komisi I DPR Theo L. Sambuaga, 
pemanggilan pulang itu sebagai manifestasi rasa ketidaksenangan RI 
terhadap berbagai pelanggaran wilayah perairan oleh Malaysia. 

"Komisi I DPR RI mendesak pemerintah memanggil pulang Dubes RI di 
Kerajaan Malaysia," kata Theo saat memberikan keterangan pers usai 
rapat tertutup Komisi I di DPR/MPR kemarin.

Selain itu, Theo menegaskan, Komisi I DPR mendesak pembangunan 
mercusuar di Pulau Karang Unarang tetap dilanjutkan. Komisi I minta 
pembangunan mercusuar itu tetap dikawal TNI. 

Menurut Theo, Ambalat adalah wilayah perairan NKRI. Itu tak dapat 
diganggu gugat dan ditafsirkan lain. Setiap pelanggaran di wilayah 
itu adalah pelanggaran hukum dan pelanggaran kedaulatan wilayah 
NKRI. "Karena itu, harus ditindak tegas,"ujar anggota DPR dari FPG 
itu.

Pemerintah, lanjut Theo, wajib menjaga dan menegakkan hukum serta 
mempertahankan integritas wilayah NKRI, termasuk di perairan Ambalat. 
Karena itu, Komisi I mendesak pemerintah bersikap tegas dalam 
menegakkan hukum dan kedaulatan di wilayah itu.

"Setiap pelanggaran di wilayah itu harus diingatkan. Jika tak 
diindahkan, harus diusir keluar. Kalau perlu, secara paksa," tegas 
anggota DPR asal Sulawesi Utara itu.

Setiap pembicaraan mengenai kawasan Ambalat dengan Malaysia, Theo 
minta pemerintah bersikap tegas bahwa wilayah tersebut milik NKRI. 
Karena itu, tak dapat diganggu gugat dan tak dapat ditawar-tawar. 

Menurut dia, sikap Komisi I DPR itu akan dibawa dalam rapat paripurna 
DPR hari ini. Harapannya, sikap tersebut bisa menjadi sikap resmi DPR.

Theo menegaskan, sikap itu bukan bermaksud merusak hubungan dengan 
Malaysia. Komisi I DPR menghargai hubungan baik kedua negara. Tapi, 
pernyataan sikap tersebut menunjukkan ketidaksenangan atas 
pelanggaran wilayah yang dilakukan Malaysia, termasuk klaim terhadap 
Perairan Ambalat. 

Komisi I DPR, menurut Theo, dalam waktu dekat juga akan memanggil 
Menlu Hassan Wirajuda, Menhan Juwono Sudarsono, Panglima TNI Jenderal 
Endriartono Sutarto, dan Kepala BIN Syamsir Siregar. Itu dilakukan 
untuk membahas kebutuhan menjaga wilayah NKRI. "Komisi I DPR 
mendukung semua konsekuensi, termasuk angggaran," terangnya.


DPD Sampaikan Memorandum

Sikap Malaysia soal TKI dan Pulau Ambalat membuat sejumlah anggota 
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) geram. Mereka menyampaikan memorandum 
agar pemerintah segera memutuskan hubungan diplomatik terhadap negeri 
jiran tersebut.

Memorandum yang ditandatangai lebih dari 20 anggota DPD itu sempat 
dibacakan dalam rapat paripurna DPD soal kenaikan BBM di Jakarta 
kemarin. Jubir DPD Muspani (Bengkulu) menyebutkan, Indonesia sudah 
diremehkan oleh Malaysia. Itu terbukti dari sikap mereka terhadap TKI 
ilegal. Hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan, peristiwa pemukulan 
terhadap pekerja mercusuar serta klaim atas Pulau Ambalat sudah 
menginjak harga diri bangsa.

Pulau Ambalat punya kandungan sekitar 468 juta barel minyak bumi 
senilai USD 16 miliar dan 3 triliun kubik gas alam senilai USD 500 
miliar. 

Anggota DPD juga membuat petisi agar pemerintah segera membuat komisi 
khusus dengan tugas menjemput para TKI di Malaysia. Mereka 
menginginkan pemerintah menjemput 250 ribu TKI secara terhormat dan 
bermartabat.

Para penanda tangan memorandum itu, antara lain, Bambang Suroso 
(Bengkulu), Mahyudin Shobri (Bengkulu), Eni Khairani (Bengkulu), I 
Wayan Sudirta (Bali), Ishak Mandacan (Irjabar), Wahidin Ismail 
(Irjabar), Abdul M. Kilian (Irjabar), Fajar Fairi Husni (Babel), 
Normawati D. Bantilan (Sulteng), Ichsan Loulembah (Sulteng), A. Ben 
Bella (Lampung), dan Hariyanti Safrin (Lampung).

Mereka menyerukan agar Indonesia segera memutuskan hubungan 
diplomatik dengan Malaysia hingga negara itu menarik mundur 
militernya dari wilayah Indonesia. Mereka juga mendukung sikap tegas 
TNI untuk menyelesaikan soal Pulau Ambalat dengan cara militer. 
(ssk/arm/nur/wda/azh/adb/naz/din/an)









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] TNI-AU Persenjatai 18 Hawk