** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.suarapembaruan.com/News/2005/03/07/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Soal Aceh, I Do Care Rosihan Anwar PEMERINTAH Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla telah dua kali -pertama bulan Januari 2005, kedua bulan Februari- mengirim wakil-wakilnya ke Helsinki, ibu kota Finlandia, untuk bertemu dan berunding dengan pemimpin-pemimpin GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Wakil tersebut terdiri dari Menko Politik, Hukum dan Keamanan, Widodo AS, Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil. Kedua pihak bertemu atas usaha Crisis Management Initiative yang dipimpin oleh mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari yang pernah menjadi perantara perdamaian (peace broker) dalam soal Namibia (Afrika) dan soal Balkan (Eropa). Tidak banyak yang terbetik keluar dari kedua perundingan di Helsinki, jika kita mengikuti pemberitaan dalam pers Indonesia. Delegasi pemerintah tidak memberikan keterangan cukup, bahkan terkesan bersifat "tertutup". Apakah pemerintah mau melaksanakan perundingan "rahasia", mengikuti pola sikap semula ketika menyelesaikan masalah Maluku dan Poso beberapa tahun yang lalu pada pertemuan Molino. Mengenai itu kita cuma meraba-raba belaka. Ataukah ada anggapan pemerintah bahwa semakin sedikit berita semakin bagus perkembangan, no news, good news? Wapres Jusuf Kalla, yang memegang peran dalam perundingan di Malino dulu menyelesaikan konflik dalam negeri, ternyata di belakang layar mengoordinasi tindak tanduk delegasi pemerintah di Helsinki dalam perundingan dengan GAM. Pada tanggal 24 Februari 2005, Wapres Jusuf Kalla dalam wawancara dengan wartawan The New York Times mengatakan, "Indonesia punya kepercayaan dapat mencapai suatu persetujuan perdamaian untuk mengakhiri perang selama hampir tiga dasawarsa di Provinsi Aceh, pada pertengahan tahun ini." Akan tetapi kendati penilaiannya yang cerah setelah dua kali pertemuan, Kalla berkata, dia tidak begitu pasti tentang makna usul GAM bagi self-rule (pemerintah sendiri). Pemerintah masih harus mempelajari gagasan tersebut. "Saya menaruh kepercayaan pada kemajuan (progress). Saya percaya, sekitar bulan Juni-Juli yang akan datang soal ini dapat diselesaikan," kata Wapres. Kalaulah delegasi pemerintah pelit memberikan pernyataan bersifat publik, tidak demikian halnya dengan pihak GAM yang melakukan good public relations (PR) work untuk mencapai tujuan politiknya, dan karena itu rajin berbicara dengan wartawan kantor berita internasional, seperti Associated Press (AP), Agence France Presse (AFP), dan Reuters. Berikut ini beberapa contoh pernyataan pihak GAM. * SYAHDAN disebut tentang Damien Kingsbury, seorang Indonesia specialist dari Australia yang merupakan bagian dari delegasi GAM. Kingsbury dari Deakin Uni- versity menyatakan Kepada AP bahwa tuntutan bagi kemerdekaan tidaklah lagi diutarakan. Mereka (delegasi GAM) kini meminta self-government (pemerintah sendiri) dan orang-orang Indonesia memahami ini dengan sangat jelas. Ini adalah sebuah kompromi. Ia bukan special autonomy (otonomi khusus); otonomi khusus adalah status quo. Akan tetapi, tulis wartawan AP, tidaklah jelas apakah kedua pihak telah dekat pada suatu persetujuan mengenai bagaimana persisnya Aceh seharusnya diperintah. Lagi pula, sembarang keputusan untuk melepaskan tuntutan kemerdekaan tidak berarti segera berakhir pertempuran. Bakhtiar Abdullah adalah juru bicara GAM di Helsinki. Ia berkata kepada wartawan AP, "Tentu saya optimistis. Kami sedang bergerak ke arah sebuah penyelesaian positif." Kendati ucapan yang tidak keras tadi Abdullah bersikap ambigu, apakah GAM telah memutuskan menghentikan perjuangan kemerdekaannya, lalu menerima tawaran Jakarta tentang otonomi khusus. Ia berkata, "Perjuangan GAM untuk kemerdekaan masih tetap ada. Kemerdekaan tidak ada di meja. Jika kami bicara tentang kemerdekaan, maka akan tidak ada pembicaraan-pembicaraan. Kami mencari sebuah cara bagi proses supaya berlanjut. Ini tidak berarti kami akan menerima otonomi". Abdullah berharap, pembicaraan akan membiarkan negosiasi berlanjut dan membantu pemerintah Indonesia dan GAM untuk "menjual" kasus perdamaian kepada masing-masing pihak, memungkinkan gencatan senjata yang langgeng. Kantor Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia, yang mengetuai perundingan, mengonfirmasi bahwa kemajuan telah dibuat. Akan tetapi tekad GAM tetap kuat dalam menyingkirkan 50.000 tentara dan polisi dari Aceh. GAM bersitekan diadakannya plebisit yang disupervisi oleh PBB mengenai penentuan nasib sendiri (self determination) di daerah Aceh, akan tetapi Jakarta khawatir terulangnya jajak pendapat tentang kemerdekaan di Timtim tahun 1999, di mana 80 persen penduduk memilih kemerdekaan. Damien Kingsbury, spesialis Indonesia asal Australia, mengatakan, GAM akan menuntut agar gerakannya, atau suatu partai politik tersendiri yang mewakilinya, diizinkan ambil bagian dalam pemilu yang akan datang untuk DPRD. Tuntutan ini akan menghendaki perubahan undang-undang Indonesia yang melarang parpol-parpol separatis. * PEMIMPIN GAM Mali Maimed yang kini tinggal di Swedia dan serupa Hasan Tiro, sudah menjadi warga negara Swedia, lebih berhati-hati sikapnya. Dia berkata kepada wartawan, "Mereka akan membicarakan apa saja yang akan membawa perdamaian di Aceh." Tapi dia tidak memberi komentar mengenai tawaran pemerintah Indonesia tentang otonomi khusus bagi Aceh. Sedangkan Bakhtiar Abdullah menegaskan lagi di konferensi pers setelah selesai pembicaraan, bahwa, "GAM mencari suatu penyelesaian tapi soal melepaskan tuntutan kemerdekaan tidak dibicarakan". Ahtisaari berkata, "Sebuah proses serius telah dimulai. Hal itu pada dirinya merupakan suatu terobosan. Kini kita telah berlari mungkin sepertiga dari marathon. Soal membuang klaim kemerdekaan tidak diutarakan. Saya tidak menanyakan kepada siapa pun untuk melepaskan sesuatu". Dia mengatakan dalam pembicaraan berikut, bulan April, akan dibicarakan soal bagaimana kedua pihak akan menarik mundur tentaranya dan siapa yang akan memonitor penarikan mundur itu. Monitor tidak akan dilakukan oleh PBB, karena Jakarta menganggap sengketa Aceh sebagai suatu urusan domestik (dalam negeri) dan menentang pemantau-pemantau internasional. Akan tetapi organisasi regional seperti Uni Eropa atau ASEAN akan akseptabel bagi Indonesia dan Ahtisaari memberitahukan jalannya perundingan di Helsinki kepada Javier Solana, Wakil Agung Uni Eropa untuk urusan luar negeri dan sekuriti. Unsur pokok untuk mencapai perdamaian di Aceh adalah sikap TNI. GAM meminta penarikan mundur sepihak dari pasukan, suatu tindakan yang tidak bisa diterima oleh TNI. Selama dua tahun belakangan ini GAM menderita kekalahan berat, di beberapa daerah kehilangan sebanyak 50 persen dari pejuang-pejuangnya, demikian menurut Edward Aspinall, ilmuwan politik pada Universitas Sydney yang sedang menulis sejarah tentang konflik di Aceh. Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto mengatakan, "Jika pembicaraan perdamaian berakhir dalam kegagalan, saya berharap pemerintah tidak akan segan-segan mengambil tindakan keras terhadap GAM." Dengan cerita tadi, berdasarkan pemberitaan media internasional kiranya diperoleh sekadar informasi tentang apa yang berlangsung dalam perundingan di Helsinki. Sampai di mana kebenarannya, wallahu alam. Bahwa pemerintah bersikap "tertutup", sejauh ini untuk mencegah adanya pernyataan publik yang membuat situasi sulit, dapat dimengerti. Kita berharap Jusuf Kalla dan delegasi yang berunding akhirnya sukses menyelesaikan masalah Aceh. Sebab sikap kita dalam soal Aceh ialah "I do care, I care". Penulis adalah wartawan senior -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 7/3/05 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **