** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/08/opi02.html Humanisasi Peradaban Bangsa Oleh Thomas Koten Ketika gempa bumi dan gelombang tsunami mengguncang dan menghempas Aceh dan Sumatera Utara, Indonesia memang sangat prihatin. "Indonesia menangis". Sebab, bukan saja gedung dan bangunan serta prasarana fiik hancur, tetapi lebih daripada itu, Indonesia kehilangan nyawa anak-anak bangsa lebih kurang 200.000 banyaknya. Tetapi, sesungguhnya, kita juga harus ingat bahwa badai tsunami sosial telah lama menghempas negeri ini. Tsunami sosial itu dalam bentuk ketidakadilan sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, gender dan lain-lain. Karena itu, perlu diakui, korupsi dan ket dakadilan serta kekerasan sosial, ekonomi dan politik sudah meradang dalam tubuh bangsa ini, bahkan sudah menjadi sebuah karakter laten yang mewabah dan berkembang pesat di Indonesia. Kini, ketika ratusan ribu tenaga kerja ilegal asal Indonesia "diusir" dari Malaysia, kita semua kembali jatuh dalam keprihatinan yang amat dalam. Keprihatinan itu bukan saja karena melihat nasib malang yang menimpa saudara-saudara kita, melainkan lebih karena martabat dan harga diri bangsa kita kembali terinjak-injak. Kita pun beramai-ramai melakukan protes atas berbagai perlakuan tidak adil yang dialami saudara-saudara kita itu. Tetapi, apa yang seharusnya menjadi inti keprihatinan kita? Krisis Peradaban Bangsa ini sesungguhnya telah lama tidak saling menghargai satu sama lain, yang merupakan salah satu sumber krisis, yaitu krisis peradaban bangsa. Misalnya, di negeri ini kerap terjadi pembunuhan secara massal, terhitung sejak G30S/PKI 1965, dan berbagai konflik dan kerusuhan berdarah lainnya yang tidak terhitung banyaknya hingga sekarang. Ini menunjukkan seolah-olah nyawa manusia dan harga diri setiap insan menjadi tidak berarti apa-apa di negeri ini. Lalu, muncul pertanyaan ironis, bagaimana mungkin kita mengharapkan bangsa lain menghargai dan menghormati bangsa kita kalau kita sendiri tidak saling menghargai dan saling menghormati? Bagaimana kita mengharapkan majikan di negara tetangga berlaku jujur dan bertindak adil alias tidak korupsi terhadap gaji karyawan dari tenaga kerja Indonesia, kalau bau amis korupsi di negeri ini sudah lama tercium oleh bangsa dan negara lain? Bukankah performance, kredibilitas dan harga diri bangsa ini terpancar dari seluruh prilaku kita, dan itu akan sangat menentukan sejauh mana bangsa lain segan dan hormat terhadap bangsa ini? Itulah problem besar yang dihadapi bangsa ini. Artinya, bangsa ini sedang mengalami krisis peradaban yang sangat parah. Ibarat virus, krisis peradaban ini telah meradang dalam paru-paru bangsa ini. Apabila krisis peradaban ini tidak diperhatikan untuk dilakukan perbaikan, perombakan atau perubahan, atau mengalami suatu proses humanisasi baru secara kreatif, maka bangsa ini akan mengalami nasib yang jauh lebih terpuruk lagi daripada keterpurukan yang selama ini kita alami. Krisis peradaban memang bermula dari hilangnya rasa saling menghargai dan saling menghormati, saling merendahkan dan saling melecehkan di antara kita dalam bentuk yang kecil-kecil seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dari skala kecil hingga skala besar, yang dilakukan oleh sesama anak bangsa. Kemudian, krisis peradaban itu berpuncak pada berbagai tindakan biadab yang bertentangan dengan nilai dasar kemanusiaan seperti pemerkosaan, pembunuhan dan sebagainya yang bukan saja memutuskan hubungan keharmonisan antara manusia dengan manusia saja tetapi juga dengan alam dan Tuhan Sang Khalik. Ini berarti, bangsa ini membalikan peradabannya ke zaman purba di mana naluri kebinatangan terekspresi secara telanjang, "manusia menjadi serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus) kata Hobbes, filosof terkenal Jerman. Dalam hal mana, dikatakan oleh Charles Darwin, seorang naturalis sejati pada paruh kedua abad XIX, yang merumuskan tentang seleksi alamiah dan membuka peluang bagi munculnya istilah survival of the fittest bahwa hubungan manusia dalam peradaban hingga kini masih tetap dibangun atas prinsip persaingan dan penguasaan, dengan berbagai predatornya yang menyeramkan. Inilah yang menurut Darwin, sejarah manusia hingga kini sesungguhnya adalah sejarah yang penuh luka dan air mata, akibat campur tangan "manusia-binatang" dalam terminologi itu. Pertanyaan, bagaimana me-rekonstruksi atau meng-humanisasi peradaban bangsa yang sedang mengalami krisis ini? Humanisasi Peradaban Filosof Karl Poper dalam bukunya "The Open Society and It's Enemies," mengatakan sejarah peradaban manusia kini sesungguhnya tidak bisa lagi beralan secara alamiah, -ala Charles Darwin-. Karena itu, apabila peradaban sebuah bangsa mulai jatuh maka perlu segera direkonstruksi-pemanusiaan. Dan dalam proses pemanusiaan ini dalam bahasa Sutan Sjahrir, bapak bangsa kita, dikatakan sebagai proses humanisasi peradaban. Artinya, dalam kaitan dengan perkembangan rasa, karsa, cipta manusia berdinamika baik individu maupun sebagai societes menuju humanisme, yaitu perjuangan peradaban yang menaruh harkat kemanusiaan pada nilai prima, pada nilai tujuan. Karena itu, menurut Sjahrir ketika dalam pembuangan Digul dalam catatan 21 Maret 1936, bahwa pergulatan untuk meng-humanisasi-kan peradaban, pertama-tama harus mengalahkan "kebiadaban naluri kebinatangan dalam diri manusia sendiri." Bagaimana proses humanisasi itu berlangsung dalam lapis-lapis humanisme itu? Menyitir Mudji Sutrisno (1993), sesungguhnya humanisasi adalah proses umat manusia, yang dengan kendaraan peradaban mau semakin menaruh hormatnya pada sesama manusia dalam ruang lingkungan sesama peziarah menuju Sang Asal dan tujuan hidup manusia; Allah sendiri. Tetapi, bisakah ini disebut sebuah ziarah humanisasi? Untuk itulah sesungguhnya ikhtiar humanisasi peradaban selalu mengingatkan kita untuk menyadari bahwa semua pertanyaan mendasar tentang peradaban adalah sumbangan apa yang bisa diberikan untuk kesejahteraan manusia seluruhnya? Sejauh mana masyarakat sebuah bangsa dapat saling menghargai satu sama lain untuk tetap menjaga harga diri atau martabatnya lewat pengikisan ketidakdilan sosial, ekonomi, politik, hukum, gender dan sebagainya. Ketika dikatakan di atas bahwa KKN, pemerkosaan, pembunuhan sebagai pemutusan hubungan-keharmonisan antara manusia, alam semesta dan Sang Khalik, maka humanisasi peradaban mengundang kita untuk menyadari kembali siapakah manusia dalam hubungan dengan sesama, alam dan Sang Khalik. Manusia adalah makhluk yang terluhur bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain di dunia. Keluhuran martabat manusia terletak dalam kesadarannya mengusahakan cinta atau kesanggupannya untuk mencintai. Mencius (371-28) berpendapat, yang membedakan manusia dari makhluk hidup lain tampaknya kecil, cinta ilahi yang memberi kesadaran kepada manusia. Cinta ilahi yang merembes ke hati manusia, juga membawa kebijaksanaan dan kesadaran surgawi sehingga manusia tidak hanya sanggup untuk ada seperti makhluk hidup lain, tetapi juga bisa meniru Langit dan Bumi dalam mencintai, memberi dan menghimpun makhluk-makhluk ciptaan lain menuju kesatuan besar dalam kosmos. Jadi, humanisasi peradaban bangsa berpangkal pada upaya saling menghargai dan saling menghormati dan bertindak jujur terhadap sesama, alam semesta dan Sang Khalik. Penulis adalah direktur The Justice Advocates Indonesia Copyright © Sinar Harapan 2003 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **