** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/19/opini/1630384.htm Sabtu, 19 Maret 2005 Siapakah Kaum Miskin Kita? Oleh Irwanto* KEPUTUSAN pemerintah untuk menaikkan harga bensin premium dan solar memang memperoleh protes di mana-mana. Walau alasan yang dikemukakan masuk akal, banyak pihak masih memandang bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM adalah langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah. Mahasiswa dan para demonstran masih menuntut kabar baik dari sektor penanganan korupsi dan pengembalian harta negara, penanganan kasus penebangan kayu ilegal (illegal logging), pemberesan restrukturisasi perbankan, peningkatan pendapatan dari pajak, dan mengurangi inefisiensi di BUMN dan birokrasi pemerintahan. Menghadapi begitu banyaknya masalah dapat dipahami bahwa kenaikan BBM adalah jalan keluar jangka pendek dan menengah yang harus dipilih. Persoalan yang sering dikemukakan sehubungan dengan relokasi subsidi BBM adalah apakah distribusinya tepat sasaran. Jika mekanisme distribusinya seperti yang ditawarkan oleh iklan layanan masyarakat pemerintah, maka dapat dipastikan bahwa distribusi subsidi BBM akan meleset. Mengapa? Sasaran distribusi BBM adalah sepertiga dari kelompok miskin, tentunya yang paling miskin. Informasi yang ada tidak mungkin memberikan informasi yang jelas. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bersifat sample data, pada tingkat provinsi, dan diambil dari rumah tangga (household). Data BKKBN lebih bersifat seperti data sensus, tetapi juga bersifat household data, padahal orang yang paling miskin belum tentu berada dalam lokasi yang didefinisikan sebagai "rumah tangga biasa". Selain itu, kriteria yang digunakan bersifat kuantitatif, baik dari konsumsi kalori maupun kepemilikan harta bergerak dan diam. Kriteria ini sangat membantu dalam berbagai perhitungan dan estimasi, tetapi tidak bermanfaat dalam menentukan sasaran program. Berikut ini alasan saya. DUA pertanyaan harus diajukan jika kita ingin menentukan sasaran program, yaitu: Siapakah orang-orang yang kita sebut miskin? Mengapa mereka miskin? Yang kita butuhkan adalah penjelasan sosial antropologis, bukan penjelasan statistik ekonomik. Pertama, siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang atau kelompok atau sebuah komunitas yang karena faktor geografis tempat tinggalnya, adat istiadatnya, atau faktor sosial-politis-tidak mampu berpartisipasi secara optimal dalam pasar. Dengan kata lain, mereka yang tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau, mempunyai adat istiadat yang cenderung tertutup terhadap pengaruh dari luar, termasuk program pemerintah, distigmatitasi baik karena budaya, latar belakang politis atau ekonominya. Kedua, mengapa miskin? Situasi dan kondisi yang dijelaskan di atas memungkinkan mereka untuk tidak terlayani (underserved) baik karena tidak adanya mekanisme dan mesin pemerintah untuk membawa program-programnya pada mereka, atau karena memang tidak diberikan. Mengapa tidak diberikan? Karena tidak memenuhi persyaratan program tersebut atau karena prasangka sosial politis. Sebagai contoh, dalam upaya membantu pemuda miskin yang memakai narkoba di DKI Jakarta ada dua hal yang harus kami hadapi. Pertama, apakah ia penduduk Jakarta (dibuktikan dengan KTP dan surat keterangan)? Kedua, statusnya sebagai pemakai narkoba tidak akan membantu yang bersangkutan untuk memperoleh kartu keluarga miskin karena prioritasnya untuk penduduk yang lain. Sama halnya jika Anda ingin membantu pemulung di kota Anda. Kebanyakan mereka tidak memiliki tanda kependudukan dan mungkin bukan prioritas lokal karena penduduk setempat yang miskin juga banyak. Padahal kedua kelompok penduduk ini sangat layak disebut yang termiskin dari yang miskin. Domisili adalah persyaratan umum dalam semua program pemerintah. Walau Anda orang Indonesia asli sepuluh turunan, bertempat tinggal di satu wilayah di Republik ini, dan berbahasa daerah atau nasional, Anda tidak akan memperoleh entitlement yang dirancang pemerintah kecuali mempunyai KTP setempat. Apalagi Anda menyandang salah satu dari "penyakit sosial" yang selama ini menjadi senjata pemerintah dalam pelaksanaan program-programnya. Padahal, penyakit sosial itu konsekuensi logis dari kemiskinan kronis. Juga disadari bahwa jika kaum miskin, terutama yang di kota-kota besar, memperoleh bantuan, maka ia dapat menciptakan masalah baru. Program tersebut dapat menjadi faktor penarik (pull factor) yang menyebabkan penduduk miskin berbondong-bondong ke kota. DIHADAPKAN pada beberapa persoalan di atas, maka realokasi subsidi BBM harus memikirkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, tentunya menyadari keterbatasan data BPS maupun BKKBN. Kedua, mendefinisikan sasaran bukan hanya berdasarkan kriteria kuantitatif, tetapi juga sosial-antropologis. Ketiga, melakukan penjangkauan (outreach), terutama di kantong- kantong miskin yang mungkin bukan prioritas daerah, tetapi ada di daerah tersebut. Keempat, merancang program preventif yang mengantisipasi agar distribusi dana BBM tidak menjadi faktor pemicu masalah baru. Hal ini terbantu jika pelaksanaan program pembangunan di pedesaan digarap serius dan melibatkan segmen populasi yang underserved. Sangat disadari, menentukan dan memastikan bahwa realokasi subsidi BBM tepat sasaran tanpa menimbulkan masalah baru adalah pekerjaan raksasa. Kemampuan Bappenas dan Departemen Dalam Negeri memberdayakan mesin-mesin kebijakannya (termasuk Bangda yang selama ini tidak difungsikan secara optimal) dan kemauannya membuka celah-celah kreatif dalam penjangkauan kelompok sasaran akan menentukan sukses tidaknya realokasi subsidi ini. Selamat bekerja! *Irwanto Dosen Fakultas Psikologi, Ketua Lembaga Penelitian Unika Atma Jaya-Jakarta [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **