[list_indonesia] [ppiindia] Siapakah Kaum Miskin Kita?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 18 Mar 2005 21:40:22 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/19/opini/1630384.htm
Sabtu, 19 Maret 2005 

Siapakah Kaum Miskin Kita? 
Oleh Irwanto*

KEPUTUSAN pemerintah untuk menaikkan harga bensin premium dan solar memang 
memperoleh protes di mana-mana. Walau alasan yang dikemukakan masuk akal, 
banyak pihak masih memandang bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM 
adalah langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah.

Mahasiswa dan para demonstran masih menuntut kabar baik dari sektor penanganan 
korupsi dan pengembalian harta negara, penanganan kasus penebangan kayu ilegal 
(illegal logging), pemberesan restrukturisasi perbankan, peningkatan pendapatan 
dari pajak, dan mengurangi inefisiensi di BUMN dan birokrasi pemerintahan. 
Menghadapi begitu banyaknya masalah dapat dipahami bahwa kenaikan BBM adalah 
jalan keluar jangka pendek dan menengah yang harus dipilih.

Persoalan yang sering dikemukakan sehubungan dengan relokasi subsidi BBM adalah 
apakah distribusinya tepat sasaran. Jika mekanisme distribusinya seperti yang 
ditawarkan oleh iklan layanan masyarakat pemerintah, maka dapat dipastikan 
bahwa distribusi subsidi BBM akan meleset. Mengapa?

Sasaran distribusi BBM adalah sepertiga dari kelompok miskin, tentunya yang 
paling miskin. Informasi yang ada tidak mungkin memberikan informasi yang 
jelas. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bersifat sample data, pada tingkat 
provinsi, dan diambil dari rumah tangga (household). Data BKKBN lebih bersifat 
seperti data sensus, tetapi juga bersifat household data, padahal orang yang 
paling miskin belum tentu berada dalam lokasi yang didefinisikan sebagai "rumah 
tangga biasa".

Selain itu, kriteria yang digunakan bersifat kuantitatif, baik dari konsumsi 
kalori maupun kepemilikan harta bergerak dan diam. Kriteria ini sangat membantu 
dalam berbagai perhitungan dan estimasi, tetapi tidak bermanfaat dalam 
menentukan sasaran program. Berikut ini alasan saya.

DUA pertanyaan harus diajukan jika kita ingin menentukan sasaran program, 
yaitu: Siapakah orang-orang yang kita sebut miskin? Mengapa mereka miskin? Yang 
kita butuhkan adalah penjelasan sosial antropologis, bukan penjelasan statistik 
ekonomik.

Pertama, siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang atau kelompok atau sebuah 
komunitas yang karena faktor geografis tempat tinggalnya, adat istiadatnya, 
atau faktor sosial-politis-tidak mampu berpartisipasi secara optimal dalam 
pasar. Dengan kata lain, mereka yang tinggal di daerah terpencil atau sulit 
dijangkau, mempunyai adat istiadat yang cenderung tertutup terhadap pengaruh 
dari luar, termasuk program pemerintah, distigmatitasi baik karena budaya, 
latar belakang politis atau ekonominya.

Kedua, mengapa miskin? Situasi dan kondisi yang dijelaskan di atas memungkinkan 
mereka untuk tidak terlayani (underserved) baik karena tidak adanya mekanisme 
dan mesin pemerintah untuk membawa program-programnya pada mereka, atau karena 
memang tidak diberikan. Mengapa tidak diberikan? Karena tidak memenuhi 
persyaratan program tersebut atau karena prasangka sosial politis.

Sebagai contoh, dalam upaya membantu pemuda miskin yang memakai narkoba di DKI 
Jakarta ada dua hal yang harus kami hadapi. Pertama, apakah ia penduduk Jakarta 
(dibuktikan dengan KTP dan surat keterangan)? Kedua, statusnya sebagai pemakai 
narkoba tidak akan membantu yang bersangkutan untuk memperoleh kartu keluarga 
miskin karena prioritasnya untuk penduduk yang lain. Sama halnya jika Anda 
ingin membantu pemulung di kota Anda. Kebanyakan mereka tidak memiliki tanda 
kependudukan dan mungkin bukan prioritas lokal karena penduduk setempat yang 
miskin juga banyak. Padahal kedua kelompok penduduk ini sangat layak disebut 
yang termiskin dari yang miskin.

Domisili adalah persyaratan umum dalam semua program pemerintah. Walau Anda 
orang Indonesia asli sepuluh turunan, bertempat tinggal di satu wilayah di 
Republik ini, dan berbahasa daerah atau nasional, Anda tidak akan memperoleh 
entitlement yang dirancang pemerintah kecuali mempunyai KTP setempat. Apalagi 
Anda menyandang salah satu dari "penyakit sosial" yang selama ini menjadi 
senjata pemerintah dalam pelaksanaan program-programnya. Padahal, penyakit 
sosial itu konsekuensi logis dari kemiskinan kronis.

Juga disadari bahwa jika kaum miskin, terutama yang di kota-kota besar, 
memperoleh bantuan, maka ia dapat menciptakan masalah baru. Program tersebut 
dapat menjadi faktor penarik (pull factor) yang menyebabkan penduduk miskin 
berbondong-bondong ke kota.

DIHADAPKAN pada beberapa persoalan di atas, maka realokasi subsidi BBM harus 
memikirkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, tentunya menyadari keterbatasan 
data BPS maupun BKKBN. Kedua, mendefinisikan sasaran bukan hanya berdasarkan 
kriteria kuantitatif, tetapi juga sosial-antropologis. Ketiga, melakukan 
penjangkauan (outreach), terutama di kantong- kantong miskin yang mungkin bukan 
prioritas daerah, tetapi ada di daerah tersebut. Keempat, merancang program 
preventif yang mengantisipasi agar distribusi dana BBM tidak menjadi faktor 
pemicu masalah baru. Hal ini terbantu jika pelaksanaan program pembangunan di 
pedesaan digarap serius dan melibatkan segmen populasi yang underserved.

Sangat disadari, menentukan dan memastikan bahwa realokasi subsidi BBM tepat 
sasaran tanpa menimbulkan masalah baru adalah pekerjaan raksasa. Kemampuan 
Bappenas dan Departemen Dalam Negeri memberdayakan mesin-mesin kebijakannya 
(termasuk Bangda yang selama ini tidak difungsikan secara optimal) dan 
kemauannya membuka celah-celah kreatif dalam penjangkauan kelompok sasaran akan 
menentukan sukses tidaknya realokasi subsidi ini. Selamat bekerja!

*Irwanto Dosen Fakultas Psikologi, Ketua Lembaga Penelitian Unika Atma 
Jaya-Jakarta

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Siapakah Kaum Miskin Kita?