** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/14/utama/1617556.htm Senin, 14 Maret 2005 Semangat Baja Membangun Sekolah MENCARI dana untuk membangun dan mengelola sekolah ternyata sama sulitnya dengan mencari kerja. Apalagi jika sekolah bersangkutan berlokasi di pelosok pedesaan yang penduduknya rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan. UDAN Supriatna (49), Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, boleh jadi adalah salah satu contoh kepala sekolah yang harus berjuang keras mencari dana untuk merehabilitasi bangunan sekolah yang terancam ambruk. Tak ubahnya seorang lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan perguruan tinggi yang mencari pekerjaan, ia melayangkan surat ke berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Hasilnya: nihil! TAHUN 2003, ketika mulai bertugas sebagai kepala sekolah di desa terpencil yang rata- rata penduduknya hidup sebagai buruh tani itu, hati Udan gundah gulana. Ia prihatin melihat satu per satu atap genteng sekolah yang dipimpinnya bocor. Di sana-sini kayu penyangga atap lapuk dimakan rayap. Plesteran dinding tembok tak hanya mengelupas sampai kelihatan batu batanya, tetapi juga pada beberapa bagian sudah jebol. Gedung SD yang dibangun tahun 1983-melalui proyek instruksi presiden (inpres)-itu sama sekali belum tersentuh dana rehabilitasi dari pemerintah pusat dan daerah. Jika hujan turun, air menetes membasahi buku murid. Suasananya makin tak kondusif bagi proses belajar-mengajar ketika angin bertiup kencang. Sewaktu-waktu, para murid dan guru di dalam kelas terancam tertimpa jejatuhan genteng atau reruntuhan tembok. "Kalau begini terus, mana mungkin sekolah kami bisa mencapai mutu pembelajaran berstandar nasional," gumam Udan yang sudah 26 tahun menjadi guru. Terinspirasi program-program acara di televisi yang melibatkan banyak sponsor, ia berpikir, perusahaan-perusahaan yang dimintai bantuan untuk membiayai pembangunan sekolah siapa tahu tergerak untuk membiayai rehabilitasi sekolah yang dipimpinnya itu. Masalahnya, sebagai orang desa, jangankan punya akses dan koneksi di perusahaan-perusahaan, informasi tentang alamat perusahaan-perusahaan yang ingin dimintai bantuan pun dia tak punya. Udan akhirnya nekat. Dengan sok akrab, didatanginya kepala kantor pos dan giro setempat. Dari situ ia memperoleh alamat sejumlah perusahaan yang berkantor di Bogor maupun Jakarta. Ia melayangkan surat dan proposal kepada tujuh perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN). Berbulan-bulan menunggu jawaban, hanya satu yang mengirim balasan. Itu pun dengan nada yang sudah bisa ditebak. "Dengan berat hati, kami tidak bisa membantu karena keterbatasan dana," begitu bunyi surat dari sebuah perusahaan rokok yang berbasis di Kediri, Jawa Timur. Sembari menunggu jawaban surat dari perusahaan-perusahaan tersebut, Udan dan ketua komite sekolah terkait, Ahmad Faizal (47), mendatangi kantor- kantor pemerintah di Kabupaten Bogor. Di salah satu instansi, keduanya sempat diomeli seorang pejabat karena dianggap lancang meminta bantuan. Udan tak peduli. Ia terus mendatangi kantor-kantor lain yang dianggapnya relevan dengan pembangunan fasilitas umum, tanpa mau tahu itu bagian dari pemerintah daerah atau pusat. Dari sebuah instansi di Departemen Pekerjaan Umum ia sempat memperoleh harapan. Beberapa hari setelah didatangi, instansi tersebut mengirim tukang ukur lahan. Sayangnya, sampai sekarang hasil pengukuran itu tidak ada tindak lanjutnya. Agak kesal karena tidak satu pun upayanya berhasil, Udan melakukan upaya lain. Ia naik bus ke Kantor Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) di Jakarta dengan mengepit tas berisi surat dan proposalnya. Dalam pikirannya, ketika tidak ada lagi pihak yang peduli, Depdiknas-lah yang mestinya paling bertanggung jawab. Sayangnya, di kompleks perkantoran Depdiknas, Senayan, dengan gedung-gedung menjulang itu, informasi tentang dana pembangunan rehabilitasi sekolah ia dapatkan sepenggal- sepenggal. Akhirnya ia diminta mengantar surat yang dibawanya ke Kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah di Cipete, Jakarta Selatan. Udan kembali bergelantungan di bus sembari mengepit tasnya menuju alamat kantor yang dimaksud. Beberapa hari kemudian ia memperoleh jawaban yang sedikit melegakan. Sekolahnya mendapatkan bantuan blockgrant (hibah) Rp 100 juta dari Depdiknas, tetapi sifatnya hanya stimulan. Maksudnya, dana tersebut dipergunakan untuk merangsang masyarakat ikut berpartisipasi. Dalam proposal, total biaya yang tercantum sekitar Rp 208 juta untuk satu unit bangunan, terdiri atas tiga ruang kelas berikut perangkat meja-bangku, kakus, dan sumur pompa. Di kompleks SD Negeri 02 Ciburuy terdapat dua unit bangunan. Karena terbatasnya dana, kepala sekolah dan komite sekolah sepakat untuk merehabilitasi dulu satu unit bangunan. Dalam tiga bulan, bangunan lama yang terancam ambruk sudah berganti dengan bangunan kokoh permanen. Konstruksi intinya diperkuat dengan tulangan besi beton. Gentengnya pun dari bahan semen yang tak mudah retak. Lantainya berlapiskan keramik. Pagar beton pun menghiasi bagian depannya. Bagaimana caranya memperoleh dana yang cukup untuk membangun sekolah seperti itu? Dengan melibatkan masyarakat, rupanya, anggaran bisa dihemat sampai 30 persen. Bahan bangunan berupa pasir dan batu tak perlu dibeli karena masyarakat ikhlas menyumbang. Kondisi alam yang berbukit dan dikeloki sungai- sungai kecil mendukung ketersediaan material seperti itu. Upah pekerja bangunan pun bisa ditekan dari Rp 30.000 menjadi Rp 20.000 sehari. Maklum, pekerjanya adalah sebagian besar dari sekitar 150 orangtua murid di SD tersebut. Tenaga konsultan pun gratis karena Depdiknas mengerahkan ahli bangunan dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Dihitung-hitung, total dana yang tertelan untuk satu unit bangunan sekolah itu hanya Rp 150 juta-Rp 160 juta. "Kalau dikerjakan oleh kontraktor, dana sebesar itu mana cukup?" kata Ahmad Faizal, ketua komite sekolah tersebut yang sehari-harinya hidup dari usaha roti. HARI Selasa (9/3) lalu, hati Udan, para guru, dan 190 muridnya kembali berbunga-bunga. Sebagai penghargaan atas kemampuannya menggalang partisipasi masyarakat, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo berkunjung ke sekolah itu. Mendiknas juga menyerahkan blockgrant (tambahan) Rp 100 juta untuk merehabilitasi lagi satu unit bangunan yang masih memprihatinkan. Di tengah terbatasnya anggaran pemerintah pusat dan daerah untuk membiayai sektor pendidikan, semangat baja yang ditunjukkan Udan dan komite sekolahnya barangkali layak ditiru oleh kepala sekolah lainnya. Membangun dan mengelola sekolah yang layak ternyata butuh semangat baja dan kemampuan memutar otak. Korps "Oemar Bakri" yang sudah dibebani tuntutan penguasaan materi pelajaran masih harus direcoki urusan pendanaan. Duh....(NASRULLAH NARA) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **