** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.radartarakan.co.id/berita/index.asp?Berita=UTAMA&id=47226 Jumat, 4 Maret 2005 SBY Instruksikan Cegah Perang JAKARTA-Klaim tumpang tindih antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang terjadi di kawasan Laut Sulawesi sudah mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemarin, Mantan Menkopolkam ini secara mendadak memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Tiga kepala staf angkatan lainnya juga ikut dipanggil. Mereka adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Slamet Soebijanto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Djoko Suyanto. Tak hanya itu, Presiden juga memanggil Menhub Hatta Radjasa dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Sedangkan, Presiden didampingi oleh Seskab Sudi Silalahi. Sekitar satu jam, mulai pukul 15.00, para pimpinan TNI itu bertemu dengan presiden SBY di kantor Presiden. Seusai pertemuan, Panglima TNI mengakui kalau pemanggilan itu terkait dengan wilayah terluar RI yang juga diklaim oleh Malaysia. Panglima menegaskan kalau Karang Unarang merupakan wilayah terluar RI. Dasarnya, Indonesia berpatok pada pada hukum internasional. Dimana dalam hukum internasional tidak memberikan hak kepada Malaysia untuk menguasai daerah tersebut. Sebab, Malaysia bukan negara kepulauan untuk mengklaim lebih dari 12 mil dari garis pantainya. ''Kita berpegang seperti itu (hukum internasional),'' tegas Panglima kepada wartawan. Soal keberadaan empat kapal perang yang dikirim ke perairan Sulawesi itu memang diakuinya untuk kepentingan menjaga kedaulatan wilayah RI. Ditaya apakah itu perintah Presiden SBY, Tarto tidak menjawabnya secara tegas. Dia hanya mengatakan kalau pengiriman empat kapal perang disana merupakan tugas rutin TNI untuk mengamankan kedaulatan wilayah negara. ''Sama dengan kita melakukan patroli-patroli di seluruh wilayah nusantara. Perairan yang kita miliki, pengiriman ke sana itu merupakan bagian dari bagaimana TNI menjaga wilayah kedaulatannya,'' tegas Panglima. Apa komentar Presiden soal masalah perbatasan tersebut? Panglima mengungkapkan kalau Presiden mengharapkan agar klaim tumpang tindih wilayah dengan Malaysia tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Ditanya kemungkinan konfrontasi terbuka dengan Malaysia, Tarto mengatakan kalau Indonesia akan berusaha menggunakan dilpomasi yang ada sehingga bisa dihindari. ''Tapi, kewajiban TNI tetap melakukan keamanan wilayah. Itu tetap, tapi presiden tadi memutuskan bagaimana caranya mencari solusi ini agar bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa ada akibat yang merugikan kedua negara,'' papar jenderal bintang empat ini. Sayangnya, dia belum bisa mengungkapkan solusi yang akan ditempuh Indonesia. Dia hanya mengatakan kalau pemerintah akan menugaskan Menlu Hasan Wirayuda untuk melakukan diplomasi. Sebelumnya, Tarto mengungkapkan kalau dirinya pernah melakukan komunikasi dengan Menteri Pertahanan dan Penglima Tentara Malaysia soal perbatasan di Laut Sulawesi tersebut. Bahkan, dalam pembicaraan itu, sudah dicapai sebuah kesepakatan meskipun secara lisan bukan tertulis. ''Sejak dulu sudah saya sampaikan ke pihak Malaysia, baik ke menteri pertahanannya maupun kepada panglima tentara Malayasianya. Setiap kehadiran kapal perang Malaysia dan Indonesia di wilayah yang tumpang tindih itu hendaknya saling menginformasikan. Sehingga tidak menjadi konflik yang terbuka,'' ungkapnya. Karena itu, yang akan dilakukannya sekarang adalah menimplementasikan kesepakatan lisan itu di lapangan. Ditanya apakah sudah ada respon dari Malaysia atas penembahan jumlah kapal perang di perairan Sulawesi itu, Tarto mengungkapkan kalau pihaknya tidak membutuhkan respon Malaysia soal itu. ''Kita memang tidak mengharapkan respon dari mereka,'' katanya. Menurut Sekretaris Kabiet Sudi Silalahi, Presiden telah meminta Panglima tetap melaksanakan tugas pertahanan dengan tidak melakukan hal-hal yang ekstrem. ''Panglima TNI diminta tetap melakukan tugas sesuai prosedur tetap pertahanan wilayah,'' tegasnya. Kepada Menhub Hatta Rajasa, sambung Sudi, Presiden SBY memerintahkan untuk mengecek ulang sejumlah titik dan patok perbatasan yang perlu dipelihara dan diperbaiki. Salah satunya adalah titik perbatasan di pulau Karang Unarang yang masuk wilayah Kaltim. Diungkapkannya, ada beberapa patok yang rusak di wilatah perbatasan. Hal ini harus segera diperbaiki untuk mencegah hal-hal yang merugikan wilayah kedaulatan Indonesia. Sedangkan, Menteri ESDM, menurut Sudi, ditanyai mengenai sumber-sumber energi yang rencananya akan dikembangkan di wilayah tersebut. ''Presiden memberikan arahan kepada dua menteri dan Panglima TNI untuk mengkoordinasikan isu-isu dan mencari solusi alternatif pemecahan terbaik mengenai perbatasan dengan negara tetangga atau sahabat,'' kata Sudi. Menurutnya, konflik perebutan wilayah di perbatasan Kaltim sebaiknya diselesaikan berdasarkan data otentik yang sudah ada. ''Indonesia bukan lah negara yang ekspansif dan bukan pula negara yang mau mencari-cari wilayah negara lain. Tapi Indonesia memiliki wilayah kedaulatan sendiri dan ini akan dipertahankan,'' tegas mantan Sesmenkopolkam ini. Siap Bantu Logistik Dan Administrasi PENGEBORAN TERUS BERLANJUT Meski opsi perang dengan Malaysia terbuka, namun kegiatan eksplorasi minyak dan gas di blok Ambalat dan blok East Ambalat serta blok Bukat tetap dilakukan. Hingga saat ini perusahaan-perusahaan yang mengelola tiga blok migas die pas pantai (off shore) tersebut belum menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemerintah untuk menghentikan kegiatan eksplorasi. ''Eksplorasi tetap dilakukan baik ENI maupun Unocal belum menyatakan akan menghentikan kegiatan eksplorasinya. Soal rencana perang atau tidak saya tidak tahu,'' tegas Dirjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Iin Arifin Takhyan saat dihubungi koran ini kemarin. Dia mengungkapkan, di wilayah perairan Kalimantan Timur itu kandungan minyaknya diperkirakan mencapai 700 juta hingga 1 miliar barel. Sementara kandungan gasnya diperkirakan lebih dari 40 triliun kaki kubik (TCF). ''Melihat banyaknya perusahaan yang berminat, potensi migas di daerah itu memang cukup besar,'' ungkapnya. Iin menjelaskan, saat ini tiga blok migas yag berbatasan dengan wilayah perairan Malaysia tersebut dikelola oleh perusahaan asing. Yakni ENI Bukat Ltd.(blok Bukat), ENI Ambalat Ltd. (blok Ambalat). Keduanya merupakan perusahaan minyak asal Italia. Sedangkan blok East Ambalat dikelola oleh Unocal Indonesia Ventures Ltd. Saat Malaysia menawarkan blok East Ambalat kepada Shell, lanjut Iin, Unocal telah menyampaikan masalah itu kepada pemerintah RI. Namun, karena sesuai dengan petunjuk dari Deplu bahwa blok itu masuk ke wilayah kita pemerintah akhirnya menawarkan blok migas tersebut kepada Unocal. ''Proses perundingan kita serahkan kepada Deplu, dalam perundingan nanti dapat diketahui batas wilayahnya, apakah terjadi over laping atau tidak,'' katanya. UPAYAKAN DIPLOMASI Sengketa wilayah perairan perbatasan di sekitar Laut Sulawesi antara Indonesia-Malaysia memasuki babak baru. Kemarin, Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI Yuri Thamrin mengakui bahwa pengiriman sejumlah armada kapal perang TNI AL ke perairan sebelah timur Pulau Kalimantan tersebut memang bukan semata patroli rutin biasa. Tapi, berkaitan erat dengan saling klaim daerah laut di Blok Ambalat yang mengandung banyak potensi migas antara pemerintah RI dan pemerintah Malaysia. "Memang ada keputusan bersama yang menyepakati bahwa pengerahan armada kapal perang RI di sana (Laut Sulawesi, Red) lebih ditingkatkan. Itu hasil pertemuan yang bersifat interdep (antardepartemen, Red) di pusat," bebernya. Peningkatan kekuatan sendiri dilakukan untuk memberi efek segan kepada Malaysia dan mengantisipasi masuknya kapal asing tanpa ijin ke perairan Indonesia. Dia mengatakan, rapat interdep tersebut digelar pekan lalu di Jakarta. Namun, Yuri mengaku lupa waktu tepat dan siapa saja yang menghadirinya Ditanyai sejauh mana persiapan tim delegasi RI yang akan melakukan proses diplomasi dengan Malaysia, Yuri mengatakan bahwa hal itu menunggu kesiapan Menlu Hasan Wirajuda. Hasan sendiri baru kemarin pagi tiba kembali di tanah air dari kunjungan kerjanya di India. Hasan, seperti disebut Menhan Juwono Sudarsono hari Rabu lalu di Jakarta, akan menjadi ujung tombak proses diplomasi untuk menyelesaikan sengketa berkepanjangan wilayah maritim dengan negeri Jiran, terutama di wilayah perairan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Yuri lantas menyarankan koran ini menghubungi Arif Hagroesenoe Havadz. Sebagai direktur perjanjian internasional, politik, keamanan, dan kewilayahan Deplu, Havadz memegang peranan penting memimpin tim negosiator dalam berbagai permasalahan antara Indonesia dengan negara-negara tetangga. Termasuk, mempersiapkan skenario diplomasi dengan Malaysia dalam kasus sengketa perairan di Laut Sulawesi. Sayangnya, sepanjang hari kemarin Havadz sulit dihubungi karena masih bertugas ke Menado. Namun, sumber koran ini di Deplu mengungkapkan bahwa rapat interdep sudah sampai membahas tiga opsi yang bisa diambil Indonesia dalam menyikapi sengketa tersebut. Opsi pertama adalah perang. "Tentu opsi itu sangat dihindari. Sangat jauh kalau RI memilih perang dengan Malaysia," kata sumber itu. Opsi kedua adalah menyimpan rapat-rapat persoalan ini "di bawah karpet" seolah tidak ada sengketa apa pun yang mengganjal hubungan kedua negara. Sementara itu, opsi ketiga adalah menyelesaikannya secara baik-baik. Penyelesaian secara "baik-baik" ini ada pula turunannya. Pertama, melakukan perundingan bilateral dengan Malaysia sebagai negara sahabat untuk menghentikan saling klaim sepihak wilayah perbatasan. Sementara pilihan lainnya adalah membawa sengketa ini kembali ke Mahkamah Internasional. Perlu diketahui, jatuhnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia menimbulkan sengketa lanjutan antarkedua negara menyangkut wilayah perairannya. Malaysia mengklaim bahwa mereka berhak atas wilayah perairan sepanjang 70 mil dari garis pantai Sipadan dan Ligitan. Sedangkan Indonesia menganggap bahwa kewenangan Malaysia itu hanya 12 mil dari garis pantai kedua pulau itu. Belum adanya kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia berdampak luas pada masalah bisnis. Pemberian konsesi minyak (production sharing contracts) di Blok Ambalat oleh perusahaan minyak Malaysia, Petronas, kepada perusahaan minyak Belanda, Shell, menyulut reaksi keras dari pemerintah RI. Akhir pekan lalu, Departemen Luar Negeri melayangkan protes resmi kepada Pemerintah Malaysia atas tindakan pelanggaran kedaulatan itu. Indonesia menganggap Malaysia tidak memiliki hak, kelayakan, dan dasar hukum untuk memberikan konsesi apapun kepada siapapun di wilayah tersebut. Indonesia pun menyatakan akan berbuat semaksimal mungkin untuk menjaga kepentingannya di sana. Antara lain, dengan semakin menggencarkan patroli aktif TNI AL di sana. Malaysia sudah mengklaim perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan sejak tahun 1979. Saat itu, Malaysia membuat peta yang memasukkan perairan tersebut ke dalam wilayah negaranya. Peta itu langsung diprotes oleh Indonesia. Protes sudah dilayangkan beberapa kali. Kegiatan eksplorasi migas di Laut Sulawesi sebelah timur Pulau Kalimantan, lokasi yang disengketakan, terbagi dalam Blok Ambalat dan Blok East Ambalat. Blok Ambalat dikelola kontraktor migas ENI asal Italia sejak tahun 1999 sementara Blok East Ambalat dikelola Unocal Indonesia Ventures Ltd sejak Desember 2004. Pemerintah Malaysia menyebut blok Ambalat sebagai ND 6 atau Blok Y sedangkan blok East Ambalat sebagai ND 7 atau Blok Z. Pemberian konsesi minyak di perairan timur Kalimantan sudah lebih dulu dilakukan Indonesia kepada berbagai perusahaan minyak dunia, termasuk Shell, sejak tahun 1960-an. Antara lain, kepada Total Indonesie untuk Blok Bunyu sejak 1967 yang dilanjutkan dengan konsesi kepada Hadson Bunyu BV. pada 1985. Konsesi lainnya diberikan kepada Beyond Petroleum (BP) untuk Blok North East Kalimantan Offshore dan ENI Bukat Ltd. Italia untuk Blok Bukat pada 1988. Menurut data Ditjen Migas Departemen energi dan Sumber Daya Mineral, kandungan minyak di wilayah perairan timur Kalimantan itu diperkirakan mencapai 700 juta hingga satu miliar barel. Sementara kandungan gasnya diperkirakan lebih dari 40 triliun kaki kubik (TCF). MURNI PATROLI Sementara itu, pihak TNI masih menutupi adanya kegiatan unjuk kekuatan di Laut Sulawesi untuk menghadapi manuver pasukan Malaysia meskipun Menteri PertahananJuwono Sudarsono sudah mengakui hal itu hari Rabu lalu di DPR. "Menhan boleh-boleh saja menyatakan bahwa keberadaan kapal perang TNI AL di Laut Sulawesi sebagai kegiatan gelar kekuatan atau unjuk kekuatan. Tapi, kenyataannya, itu hanya bagian dari tugas pokok TNI AL yakni patroli keamanan laut yang rutin digelar sepanjang tahun," tegas Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AL Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf kepada koran ini, kemarin. Menurut Malik, KSAL Laksamana Madya (Laksdya) Slamet Soebijanto sendiri belum ada rencana untuk melakukan pemantauan langsung ke sana. Pernyataan lebih tegas dilontarkan Kepala Pusat Penerangan(Kapuspen) Mabes TNI Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin. Sjafrie mengatakan, keberadaan kapal-kapal perang TNI AL di Laut Sulawesi tidak ada kaitannya dengan sengketa wilayah perairan, apalagi protes Deplu atas pemberian konsesi minyak yang dilakukan Malaysia. Mantan pangdam Jaya itu juga membantah kabar yang menyebutkan bahwa saat ini komando pengerahan sejumlah KRI di perairan perbatasan dengan Malaysia sudah langsung berada di bawah Panglima TNI Jendral Endriartono Sutarto saking seriusnya persoalan ini. Panglima TNI, kata dia, tidak akan langsung mengambil alih masalah-masalah bersifat taktis seperti pengerahan armada rutin. Sjafrie menjelaskan, bila pengerahan lima armada KRI di Laut Sulawesi dipersiapkan untuk konflik terbuka dengan armada Tentara Laut Diraja Malaysia, maka instruksinya pasti datang langsung dari Presiden. "Jadi, tidak ada situasi darurat dan tidak ada ketegangan operasional antara militer Indonesia dengan militer Malaysia di sana. Semua murni bersifat patroli rutin," terangnya. (ssk/ton/arm) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **