[list_indonesia] [ppiindia] SBY Instruksikan Cegah Perang

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 22:40:56 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.radartarakan.co.id/berita/index.asp?Berita=UTAMA&id=47226

Jumat, 4 Maret 2005

SBY Instruksikan Cegah Perang

JAKARTA-Klaim tumpang tindih antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang 
terjadi di kawasan Laut Sulawesi sudah mendapat perhatian serius dari Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemarin, Mantan Menkopolkam ini secara mendadak 
memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto. 
Tiga kepala staf angkatan lainnya juga ikut dipanggil. Mereka adalah Kepala 
Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI 
Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Slamet Soebijanto, dan Kepala Staf TNI 
Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Djoko Suyanto. Tak hanya itu, Presiden 
juga memanggil Menhub Hatta Radjasa dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 
Purnomo Yusgiantoro. 

Sedangkan, Presiden didampingi oleh Seskab Sudi Silalahi. Sekitar satu jam, 
mulai pukul 15.00, para pimpinan TNI itu bertemu dengan presiden SBY di kantor 
Presiden. Seusai pertemuan, Panglima TNI mengakui kalau pemanggilan itu terkait 
dengan wilayah terluar RI yang juga diklaim oleh Malaysia. 

Panglima menegaskan kalau Karang Unarang merupakan wilayah terluar RI. 
Dasarnya, Indonesia berpatok pada pada hukum internasional. Dimana dalam hukum 
internasional tidak memberikan hak kepada Malaysia untuk menguasai daerah 
tersebut. Sebab, Malaysia bukan negara kepulauan untuk mengklaim lebih dari 12 
mil dari garis pantainya. ''Kita berpegang seperti itu (hukum internasional),'' 
tegas Panglima kepada wartawan. 

Soal keberadaan empat kapal perang yang dikirim ke perairan Sulawesi itu memang 
diakuinya untuk kepentingan menjaga kedaulatan wilayah RI. Ditaya apakah itu 
perintah Presiden SBY, Tarto tidak menjawabnya secara tegas. Dia hanya 
mengatakan kalau pengiriman empat kapal perang disana merupakan tugas rutin TNI 
untuk mengamankan kedaulatan wilayah negara. 

''Sama dengan kita melakukan patroli-patroli di seluruh wilayah nusantara. 
Perairan yang kita miliki, pengiriman ke sana itu merupakan bagian dari 
bagaimana TNI menjaga wilayah kedaulatannya,'' tegas Panglima. 

Apa komentar Presiden soal masalah perbatasan tersebut? Panglima mengungkapkan 
kalau Presiden mengharapkan agar klaim tumpang tindih wilayah dengan Malaysia 
tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Ditanya kemungkinan konfrontasi terbuka 
dengan Malaysia, Tarto mengatakan kalau Indonesia akan berusaha menggunakan 
dilpomasi yang ada sehingga bisa dihindari. 

''Tapi, kewajiban TNI tetap melakukan keamanan wilayah. Itu tetap, tapi 
presiden tadi memutuskan bagaimana caranya mencari solusi ini agar bisa 
diselesaikan secara baik-baik tanpa ada akibat yang merugikan kedua negara,'' 
papar jenderal bintang empat ini. Sayangnya, dia belum bisa mengungkapkan 
solusi yang akan ditempuh Indonesia. Dia hanya mengatakan kalau pemerintah akan 
menugaskan Menlu Hasan Wirayuda untuk melakukan diplomasi. 

Sebelumnya, Tarto mengungkapkan kalau dirinya pernah melakukan komunikasi 
dengan Menteri Pertahanan dan Penglima Tentara Malaysia soal perbatasan di Laut 
Sulawesi tersebut. Bahkan, dalam pembicaraan itu, sudah dicapai sebuah 
kesepakatan meskipun secara lisan bukan tertulis. 

''Sejak dulu sudah saya sampaikan ke pihak Malaysia, baik ke menteri 
pertahanannya maupun kepada panglima tentara Malayasianya. Setiap kehadiran 
kapal perang Malaysia dan Indonesia di wilayah yang tumpang tindih itu 
hendaknya saling menginformasikan. Sehingga tidak menjadi konflik yang 
terbuka,'' ungkapnya. Karena itu, yang akan dilakukannya sekarang adalah 
menimplementasikan kesepakatan lisan itu di lapangan. 

Ditanya apakah sudah ada respon dari Malaysia atas penembahan jumlah kapal 
perang di perairan Sulawesi itu, Tarto mengungkapkan kalau pihaknya tidak 
membutuhkan respon Malaysia soal itu. ''Kita memang tidak mengharapkan respon 
dari mereka,'' katanya. 

Menurut Sekretaris Kabiet Sudi Silalahi, Presiden telah meminta Panglima tetap 
melaksanakan tugas pertahanan dengan tidak melakukan hal-hal yang ekstrem. 
''Panglima TNI diminta tetap melakukan tugas sesuai prosedur tetap pertahanan 
wilayah,'' tegasnya. 

Kepada Menhub Hatta Rajasa, sambung Sudi, Presiden SBY memerintahkan untuk 
mengecek ulang sejumlah titik dan patok perbatasan yang perlu dipelihara dan 
diperbaiki. Salah satunya adalah titik perbatasan di pulau Karang Unarang yang 
masuk wilayah Kaltim. Diungkapkannya, ada beberapa patok yang rusak di wilatah 
perbatasan. Hal ini harus segera diperbaiki untuk mencegah hal-hal yang 
merugikan wilayah kedaulatan Indonesia. 

Sedangkan, Menteri ESDM, menurut Sudi, ditanyai mengenai sumber-sumber energi 
yang rencananya akan dikembangkan di wilayah tersebut. ''Presiden memberikan 
arahan kepada dua menteri dan Panglima TNI untuk mengkoordinasikan isu-isu dan 
mencari solusi alternatif pemecahan terbaik mengenai perbatasan dengan negara 
tetangga atau sahabat,'' kata Sudi. 

Menurutnya, konflik perebutan wilayah di perbatasan Kaltim sebaiknya 
diselesaikan berdasarkan data otentik yang sudah ada. ''Indonesia bukan lah 
negara yang ekspansif dan bukan pula negara yang mau mencari-cari wilayah 
negara lain. Tapi Indonesia memiliki wilayah kedaulatan sendiri dan ini akan 
dipertahankan,'' tegas mantan Sesmenkopolkam ini. Siap Bantu Logistik 

Dan Administrasi 

PENGEBORAN TERUS BERLANJUT 

Meski opsi perang dengan Malaysia terbuka, namun kegiatan eksplorasi minyak dan 
gas di blok Ambalat dan blok East Ambalat serta blok Bukat tetap dilakukan. 
Hingga saat ini perusahaan-perusahaan yang mengelola tiga blok migas die pas 
pantai (off shore) tersebut belum menyampaikan surat pemberitahuan kepada 
pemerintah untuk menghentikan kegiatan eksplorasi. 

''Eksplorasi tetap dilakukan baik ENI maupun Unocal belum menyatakan akan 
menghentikan kegiatan eksplorasinya. Soal rencana perang atau tidak saya tidak 
tahu,'' tegas Dirjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Iin 
Arifin Takhyan saat dihubungi koran ini kemarin. 

Dia mengungkapkan, di wilayah perairan Kalimantan Timur itu kandungan minyaknya 
diperkirakan mencapai 700 juta hingga 1 miliar barel. Sementara kandungan 
gasnya diperkirakan lebih dari 40 triliun kaki kubik (TCF). ''Melihat banyaknya 
perusahaan yang berminat, potensi migas di daerah itu memang cukup besar,'' 
ungkapnya. 

Iin menjelaskan, saat ini tiga blok migas yag berbatasan dengan wilayah 
perairan Malaysia tersebut dikelola oleh perusahaan asing. Yakni ENI Bukat 
Ltd.(blok Bukat), ENI Ambalat Ltd. (blok Ambalat). Keduanya merupakan 
perusahaan minyak asal Italia. Sedangkan blok East Ambalat dikelola oleh Unocal 
Indonesia Ventures Ltd. 

Saat Malaysia menawarkan blok East Ambalat kepada Shell, lanjut Iin, Unocal 
telah menyampaikan masalah itu kepada pemerintah RI. Namun, karena sesuai 
dengan petunjuk dari Deplu bahwa blok itu masuk ke wilayah kita pemerintah 
akhirnya menawarkan blok migas tersebut kepada Unocal. ''Proses perundingan 
kita serahkan kepada Deplu, dalam perundingan nanti dapat diketahui batas 
wilayahnya, apakah terjadi over laping atau tidak,'' katanya. 

UPAYAKAN DIPLOMASI 

Sengketa wilayah perairan perbatasan di sekitar Laut Sulawesi antara 
Indonesia-Malaysia memasuki babak baru. Kemarin, Juru Bicara Departemen Luar 
Negeri RI Yuri Thamrin mengakui bahwa pengiriman sejumlah armada kapal perang 
TNI AL ke perairan sebelah timur Pulau Kalimantan tersebut memang bukan semata 
patroli rutin biasa. Tapi, berkaitan erat dengan saling klaim daerah laut di 
Blok Ambalat yang mengandung banyak potensi migas antara pemerintah RI dan 
pemerintah Malaysia. 

"Memang ada keputusan bersama yang menyepakati bahwa pengerahan armada kapal 
perang RI di sana (Laut Sulawesi, Red) lebih ditingkatkan. Itu hasil pertemuan 
yang bersifat interdep (antardepartemen, Red) di pusat," bebernya. 

Peningkatan kekuatan sendiri dilakukan untuk memberi efek segan kepada Malaysia 
dan mengantisipasi masuknya kapal asing tanpa ijin ke perairan Indonesia. Dia 
mengatakan, rapat interdep tersebut digelar pekan lalu di Jakarta. Namun, Yuri 
mengaku lupa waktu tepat dan siapa saja yang menghadirinya 

Ditanyai sejauh mana persiapan tim delegasi RI yang akan melakukan proses 
diplomasi dengan Malaysia, Yuri mengatakan bahwa hal itu menunggu kesiapan 
Menlu Hasan Wirajuda. Hasan sendiri baru kemarin pagi tiba kembali di tanah air 
dari kunjungan kerjanya di India. Hasan, seperti disebut Menhan Juwono 
Sudarsono hari Rabu lalu di Jakarta, akan menjadi ujung tombak proses diplomasi 
untuk menyelesaikan sengketa berkepanjangan wilayah maritim dengan negeri 
Jiran, terutama di wilayah perairan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. 

Yuri lantas menyarankan koran ini menghubungi Arif Hagroesenoe Havadz. Sebagai 
direktur perjanjian internasional, politik, keamanan, dan kewilayahan Deplu, 
Havadz memegang peranan penting memimpin tim negosiator dalam berbagai 
permasalahan antara Indonesia dengan negara-negara tetangga. Termasuk, 
mempersiapkan skenario diplomasi dengan Malaysia dalam kasus sengketa perairan 
di Laut Sulawesi. Sayangnya, sepanjang hari kemarin Havadz sulit dihubungi 
karena masih bertugas ke Menado. 

Namun, sumber koran ini di Deplu mengungkapkan bahwa rapat interdep sudah 
sampai membahas tiga opsi yang bisa diambil Indonesia dalam menyikapi sengketa 
tersebut. Opsi pertama adalah perang. "Tentu opsi itu sangat dihindari. Sangat 
jauh kalau RI memilih perang dengan Malaysia," kata sumber itu. 

Opsi kedua adalah menyimpan rapat-rapat persoalan ini "di bawah karpet" seolah 
tidak ada sengketa apa pun yang mengganjal hubungan kedua negara. Sementara 
itu, opsi ketiga adalah menyelesaikannya secara baik-baik. Penyelesaian secara 
"baik-baik" ini ada pula turunannya. Pertama, melakukan perundingan bilateral 
dengan Malaysia sebagai negara sahabat untuk menghentikan saling klaim sepihak 
wilayah perbatasan. Sementara pilihan lainnya adalah membawa sengketa ini 
kembali ke Mahkamah Internasional. 

Perlu diketahui, jatuhnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia 
menimbulkan sengketa lanjutan antarkedua negara menyangkut wilayah perairannya. 
Malaysia mengklaim bahwa mereka berhak atas wilayah perairan sepanjang 70 mil 
dari garis pantai Sipadan dan Ligitan. Sedangkan Indonesia menganggap bahwa 
kewenangan Malaysia itu hanya 12 mil dari garis pantai kedua pulau itu. 

Belum adanya kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia berdampak luas pada 
masalah bisnis. Pemberian konsesi minyak (production sharing contracts) di Blok 
Ambalat oleh perusahaan minyak Malaysia, Petronas, kepada perusahaan minyak 
Belanda, Shell, menyulut reaksi keras dari pemerintah RI. 

Akhir pekan lalu, Departemen Luar Negeri melayangkan protes resmi kepada 
Pemerintah Malaysia atas tindakan pelanggaran kedaulatan itu. Indonesia 
menganggap Malaysia tidak memiliki hak, kelayakan, dan dasar hukum untuk 
memberikan konsesi apapun kepada siapapun di wilayah tersebut. Indonesia pun 
menyatakan akan berbuat semaksimal mungkin untuk menjaga kepentingannya di 
sana. Antara lain, dengan semakin menggencarkan patroli aktif TNI AL di sana. 

Malaysia sudah mengklaim perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau 
Kalimantan sejak tahun 1979. Saat itu, Malaysia membuat peta yang memasukkan 
perairan tersebut ke dalam wilayah negaranya. Peta itu langsung diprotes oleh 
Indonesia. Protes sudah dilayangkan beberapa kali. 

Kegiatan eksplorasi migas di Laut Sulawesi sebelah timur Pulau Kalimantan, 
lokasi yang disengketakan, terbagi dalam Blok Ambalat dan Blok East Ambalat. 
Blok Ambalat dikelola kontraktor migas ENI asal Italia sejak tahun 1999 
sementara Blok East Ambalat dikelola Unocal Indonesia Ventures Ltd sejak 
Desember 2004. Pemerintah Malaysia menyebut blok Ambalat sebagai ND 6 atau Blok 
Y sedangkan blok East Ambalat sebagai ND 7 atau Blok Z. 

Pemberian konsesi minyak di perairan timur Kalimantan sudah lebih dulu 
dilakukan Indonesia kepada berbagai perusahaan minyak dunia, termasuk Shell, 
sejak tahun 1960-an. Antara lain, kepada Total Indonesie untuk Blok Bunyu sejak 
1967 yang dilanjutkan dengan konsesi kepada Hadson Bunyu BV. pada 1985. Konsesi 
lainnya diberikan kepada Beyond Petroleum (BP) untuk Blok North East Kalimantan 
Offshore dan ENI Bukat Ltd. Italia untuk Blok Bukat pada 1988. 

Menurut data Ditjen Migas Departemen energi dan Sumber Daya Mineral, kandungan 
minyak di wilayah perairan timur Kalimantan itu diperkirakan mencapai 700 juta 
hingga satu miliar barel. Sementara kandungan gasnya diperkirakan lebih dari 40 
triliun kaki kubik (TCF). 

MURNI PATROLI 

Sementara itu, pihak TNI masih menutupi adanya kegiatan unjuk kekuatan di Laut 
Sulawesi untuk menghadapi manuver pasukan Malaysia meskipun Menteri 
PertahananJuwono Sudarsono sudah mengakui hal itu hari Rabu lalu di DPR. 

"Menhan boleh-boleh saja menyatakan bahwa keberadaan kapal perang TNI AL di 
Laut Sulawesi sebagai kegiatan gelar kekuatan atau unjuk kekuatan. Tapi, 
kenyataannya, itu hanya bagian dari tugas pokok TNI AL yakni patroli keamanan 
laut yang rutin digelar sepanjang tahun," tegas Kepala Dinas Penerangan 
(Kadispen) TNI AL Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf kepada koran ini, 
kemarin. Menurut Malik, KSAL Laksamana Madya (Laksdya) Slamet Soebijanto 
sendiri belum ada rencana untuk melakukan pemantauan langsung ke sana. 

Pernyataan lebih tegas dilontarkan Kepala Pusat Penerangan(Kapuspen) Mabes TNI 
Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin. Sjafrie mengatakan, keberadaan kapal-kapal perang 
TNI AL di Laut Sulawesi tidak ada kaitannya dengan sengketa wilayah perairan, 
apalagi protes Deplu atas pemberian konsesi minyak yang dilakukan Malaysia. 

Mantan pangdam Jaya itu juga membantah kabar yang menyebutkan bahwa saat ini 
komando pengerahan sejumlah KRI di perairan perbatasan dengan Malaysia sudah 
langsung berada di bawah Panglima TNI Jendral Endriartono Sutarto saking 
seriusnya persoalan ini. Panglima TNI, kata dia, tidak akan langsung mengambil 
alih masalah-masalah bersifat taktis seperti pengerahan armada rutin. 

Sjafrie menjelaskan, bila pengerahan lima armada KRI di Laut Sulawesi 
dipersiapkan untuk konflik terbuka dengan armada Tentara Laut Diraja Malaysia, 
maka instruksinya pasti datang langsung dari Presiden. "Jadi, tidak ada situasi 
darurat dan tidak ada ketegangan operasional antara militer Indonesia dengan 
militer Malaysia di sana. Semua murni bersifat patroli rutin," terangnya. 
(ssk/ton/arm) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] SBY Instruksikan Cegah Perang