[list_indonesia] [ppiindia] Argumen Mengenai Kebijakan BBM

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 22:36:44 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=160347

Senin, 07 Mar 2005,

Argumen Mengenai Kebijakan BBM 
Oleh Ulul Albab *

Sesungguhnya, argumen pemerintah menaikkan harga BBM sudah cukup rasional. Di 
antaranya, untuk mengamankan APBN yang sebelumnya disusun berdasarkan asumsi 
harga minyak dunia hanya USD 24 per barel. Asumsi itu jelas tidak logis karena 
harga minyak dunia terus merangkak yang hingga saat ini sudah menembus angka 
USD 52 per barel.

Padahal, di belakang harga BBM domestik, pemerintah mengeluarkan subsidi yang 
sangat besar. Alhasil, subsidi BBM harus dirasionalkan. Sayangnya, pemerintah 
tidak konsisten memangkas subsidi yang lain, terutama subsidi dana rekap bank 
bermasalah yang mencapai Rp 40 triliun per tahun. Subsidi tersebut dinikmati 
kalangan atas. 

Perdebatan demikian sudah lama ada. Namun, pemerintah berargumen bahwa dalam 
subsidi BBM pun tecermin ketidakadilan. Sebab, sebagian besar jatuh pada 
kalangan atas. Menurut data Worldbank (2004), masyarakat berpenghasilan 
tertinggi rata-rata menikmati subsidi Rp 393.000 per tahun, sedangkan yang 
berpenghasilan terendah rata-rata hanya menikmati subsidi Rp 72.500 per tahun. 

Ketidakadilan subsidi BBM akan semakin terlihat pada data distribusi konsumsi 
BBM dan minyak tanah. Menurut data Bappenas (2004), masyarakat berpenghasilan 
terbawah hanya mengonsumsi 6% BBM. Sedangkan masyarakat berpenghasilan tinggi 
mengonsumsi 69% BBM. Demikian juga dengan subsidi minyak tanah. Distribusi 
konsumsi minyak tanah untuk kelompok berpenghasilan tinggi mencapai 55% dan 35% 
untuk kelompok berpenghasilan menengah. Sedangkan kelompok berpenghasilan 
rendah hanya 10%. 

Ironisnya, pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dan minyak tanah ternyata 
merupakan komponen belanja terbesar dalam APBN. Pada 2004, pengeluaran 
pemerintah untuk subsidi BBM mencapai Rp 73,556 triliun (hampir 14% di antara 
total pengeluaran pemerintah). 

Padahal, pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan hanya Rp 19,143 triliun 
dan kesehatan Rp 5,391 triliun. Berarti, APBN selama ini sangat memihak 
orang-orang kaya.


Skenario

Permasalahannya, bagaimana caranya agar APBN mencerminkan program pembangunan 
yang berkeadilan dan lebih memihak kelompok rakyat miskin? Dari pertanyaan 
sederhana itulah muncul skenario mencabut subsidi BBM. Skenario tersebut memang 
rasional untuk menciptakan keadilan dalam APBN.

Tetapi, rasionalitas itu hanya berdasar pada kalkulasi pemerintah. Dalam 
kalkulasi rakyat, hal tersebut justru tidak rasional karena kenaikan harga BBM 
selalu berdampak pada merosotnya daya beli masyarakat, terutama kelompok 
berpenghasilan rendah. Sementara itu, pemerintah tidak mampu mengintervensi 
dampak kenaikan harga BBM terhadap kenaikan harga barang kebutuhan pokok 
masyarakat yang lain. 

Walhasil, pilihan kebijakan mencabut subsidi BBM -yang berdampak pada naiknya 
harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat dan menurunnya kemampuan daya 
beli masyarakat- itu menjadi perdebatan panjang serta memunculkan penolakan 
bahkan perlawanan. 

Memang, skema pencabutan subsidi BBM itu sekaligus disertai skema kompensasi 
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Misalnya, untuk bantuan pendidikan dan 
pelayanan kesehatan. 

Tetapi, gembar-gembor pemerintah bahwa hasil penghapusan subsidi itu akan 
disalurkan sebagai dana kompensasi untuk rakyat berpenghasilan rendah ternyata 
tidak seindah kenyataannya. Masyarakat yang menerima dana kompensasi itu pun 
belum tentu mengerti bahwa mereka sedang menerima subsidi BBM yang dialihkan. 

Contohnya, bantuan beasiswa BBM untuk mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tidak 
mengerti bahwa dana beasiswa tersebut merupakan kompensasi dari ditariknya 
subsidi BBM. Lebih jauh, nilai dan besarnya dana kompensasi itu sangat mungkin 
tidak berarti apa-apa dibandingkan nilai serta besarnya biaya hidup yang harus 
ditanggung masyarakat berpenghasilan rendah akibat kenaikan harga-harga 
kebutuhan pokok sebagai tekanan naiknya harga BBM. 

Penolakan terhadap kenaikan harga BBM menggunakan argumentasi tersebut adalah 
sangat rasional, tidak asal "pokoknya" menolak. Artinya, jika pemerintah bisa 
menjamin bahwa kenaikan harga BBM tidak membuat harga barang kebutuhan yang 
lain ikut naik, tidak ada alasan lagi untuk menolak kebijakan tersebut.


Lemah

Kenyataannya, pemerintah tidak akan sanggup. Tengok saja sikap pemerintah 
ketika masyarakat menolak kenaikan harga elpiji. Jawaban pemerintah adalah 
tidak bisa mengintervensinya. Padahal, elpiji itu merupakan wilayah kewenangan 
pemerintah. Apalagi terhadap harga barang kebutuhan lain yang sudah jauh dari 
wilayah kewenangan pemerintah.

Tetapi, pemerintah ternyata masih memiliki argumen kebijakan lain. Dikatakan, 
karena subsidi BBM sangat besar, terjadi disparitas harga BBM antara harga BBM 
domestik dan harga BBM di pasar internasional. Menurut pemerintah, hal tersebut 
mendorong terjadinya praktik pengoplosan antarjenis BBM serta penyelundupan BBM 
ke negara lain. 

Hanya, argumen itu sangat lemah. Sebab, jika memang ada pengoplosan dan 
penyelundupan, seharusnya hal tersebut ditangani serius oleh operasi intelijen. 
Sepanjang sejarah, masyarakat belum pernah mendengar keberhasilan pemerintah 
mengenai hal ini.
* Ulul Albab, pembantu rektor III Unitomo Surabaya (email: ulul@xxxxxxxxxxxxx)




[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Argumen Mengenai Kebijakan BBM