[list_indonesia] Re: [ppiindia] Re: [ekonomi-nasional] Deklarasi Menentang Iklan Freedom Institute soal BBM

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>, <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx>, <ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 3 Mar 2005 12:03:40 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Betul , kalau harga BBM naik, tak mungkin harga lain-lain bahan tidak
bertambah mahal. Patokan ini sudah menjadi hukum umum mekanisme pasar, atau
yang dikenal dengan istilah sehari-hari sebagai reaksi berantai kenaikan
harga.

Jadi sekalipun dikatakan bahwa kelebihan keuntungan yang didapat dari laba
BBM disalurkan ke bidang pendidikan dan kesehatan, agaknya  hanya akan
menjadi komestik sepuhan bibir, sebab seperti kita semua mengetahui untuk
bisa belajar baik,  perut mesti kenyang dengan makanan bergizi sebagai dasar
untuk berbadan sehat. Kalau harga bahan kebutuhan sehari-hari naik dan upah
tak berubah , bisa berarti beban kehidupan  masyarakat terististimewa
lapisan bawah yang adalah mayoritas dalam  struktur kepenundukan tetap tak
berubah menjadi lebih ringan untuk dipikul.

Jadi cerita pengusasa tentang diperbesar subsidi bidang pendidikan dan
kesehatan tak banyak efek yang menentukan untuk perbaikan hidup, karena
langkah langkah pokok yang harus ditempuh  tidak dijalankan. Yang
dimaskdukan dengan langkah pokok ialah harus ada reformassi politik
pendidikan dan bidang kesehtan yang mengabdi kepentingan rakyat banyak.

Sebagai contoh bisa saya kemukakan observasi saya, yaitu misalnya di bidang
kesehatan,  penyakit X menimpa dua orang warganegara RI, yaitu  si A dan B.
A adalah politikus, pengusasa berkedudukan tinggi, dan B adalah serdadu
kerocok atau orang biasa seperti tukang becak, pekerja pabrik, pegawai
kantor, pak tani, pak nelayan, tukang sapu jalan, tak pandang apakah
agamanya Islam, Kristen, Budddha, Hindu dan Al Kafirum, semua satu golongan
marginal

Bagi  si A ini kalau pengobatan dalam negeri tak mampu melayani, dia bisa
dikirim untuk berobat di luarnegeri.

Tetapi, bagi  B sudah pasti  malang, seperti orang yang dijatuhi hukuman
mati. Kemampuan kantongnya untuk mendapat pengobatan yang selayaknya
terbatas atau tidak bisa didapat. Jadi tunggu waktu pamitan dengan keluarga
tercinta.

 Pikir punya pikir,  sekalipun  pemerintah sekarang ini adalah hasil
pemilihan yang dikatakan demokratis,  tetapi politik ekonomi, sosial dan
kebudayaannya  agaknya sangat kabur. Pemilihan umum yang demokratis, harus
disusul dengan langkah demokratisasi yang kongkrit demi keuntungan perbaikan
tingkat hidup masyarakat mayoritas untuk keluar dari cengkraman
 mata rantai kemiskinan dan keterbelakangan. Kalau hal ini tidak dijalankan
berarti esok hari yang cerah tak kunjung datang, kabut gelap mendominasi
horisont.

Bagi yang mau tambah atau kurangi atau membuat koreksi terhadap coretan ini,
dipersilahkan dengan segala hormat.

Wassalam
----- Original Message ----- 
From: "A Nizami" <nizaminz@xxxxxxxxx>
To: <ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx>; <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx>; 
<ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Thursday, March 03, 2005 6:52 AM
Subject: [ppiindia] Re: [ekonomi-nasional] Deklarasi Menentang Iklan Freedom 
Institute soal BBM


>
> Chatib Basri itu ekonom ya?
>
> Kalau harga BBM naik, otomatis semua harga barang akan
> naik, karena semua diangkut/didistribusikan dgn BBM
> (kendaraaan/bukan jalan kaki). Harga pupuk dan
> pestisida juga naik.
>
> Kalau dipaksa tetap, kasihan petani tambah miskin,
> padahal petani jumlahnya masih mayoritas.
>
> Kalau sudah begini, mayoritas rakyat kita lebih miskin
> kan?
>
> Mudah2an para intelek atau pengamat ekonomi kita masih
> punya hati nurani.
>
> --- ymasenus@xxxxxxxxxxx wrote:
>
>>
>> Nah tuh kamu-kamu yang suka bikin kebijakan publik
>> hanya dengan kacamata
>> ekonomi dan matematika ekonomi, jadilah orang yang
>> rendah hati, yang
>> mengerti dari sudut yang lebih luas. Kalau tidak
>> bisa bertindak bijaksana,
>> maulah mengerti bahwa ada banyak aspek dan sudut
>> pandang untuk melihat
>> sesuatu itu sebagai benar atau tidak.
>>
>> Tidak boleh mengambil sesuatu berdasarkan klaim satu
>> ilmu saja, seperti
>> iklan tersebut, sekaligus tulisan Chatib Basti di
>> berbagai koran, dan yang
>> terbaru di majalah tempo, yang aduhai......
>>
>> Kesimpulan saya, dari tulisan si Chatib,... supaya
>> inflasi tidak tinggi,
>> sehingga kemiskinan tidak naik lagi, maka turunkan
>> atau minimal stabilkan
>> harga beras, karena expenses paling besar orang
>> miskin sebenarnya pada
>> aspek food ini khususnya beras. Kalau harga beras
>> turun, atau tidak
>> ikut-ikutan naik karena pengaruh BBM, maka otomatis
>> daya beli orang miskin
>> tidak terpengaruh atau terganggu. Itulah sebabnya
>> menurut dia kenaikan
>> harga BBM tidak punya pengaruh terhadap orang
>> miskin. Ya ampun....
>>
>>
>> Menurunkan jumlah orang atau menekan orang miskin
>> dengan mematikan orang
>> miskin. Apakah begitu maksudnya?
>> Apa dia lupa masih banyak orang miskin dewasa ini
>> yang tetap menggantungkan
>> pendapatannya dari menjual padi/gabah? Kalau pun ada
>> off-farm activities,
>> itu tak seberapa sebenarnya, dan jika mereka masuk
>> ke situ, maka semua
>> logika inflasi karena kenaikkan BBM akan mengimbas
>> mereka juga?
>>
>> Tentu saja masih banyak hal yang didiskusikan
>> tentang ini.
>> Tetapi satu kritik pedas seperti di bawah ini
>> mungkin perlu supaya para
>> ekonom lebih hati-hati.
>>
>> yoh
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>                       Satrio Arismunandar
>>
>>
>>                       <satrioarismunandar        To:
>>       news-transtv@xxxxxxxxxxxxxxx, AIPI AIPI
>>
>>                       @yahoo.com>
>> <pp_aipi@xxxxxxxxx>, ppiindia
>> <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>,
>>
>> Begundal Salemba <begundal-salemba@xxxxxxxxxxxxxxx>,
>>
>>                       03/02/05 01:08 PM
>> rinhas <rinhas@xxxxxxxxx>, has
>> <has_ajibata@xxxxxxxxx>,
>>                       Please respond to
>> "Prekasha Yoedha, Dhia" <dpy@xxxxxxxxxxxxxx>,
>> technomedia
>>                       ekonomi-nasional
>> <technomedia@xxxxxxxxxxxxxxx>, pjtv
>> <pjtv@xxxxxxxxxx>,
>>                        :10 Kb
>> pantau <pantau-komunitas@xxxxxxxxxxxxxxx>,
>> jurnalisme
>>
>> <jurnalisme@xxxxxxxxxxxxxxx>,
>>
>>
>> ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx, warta-lingk
>>
>>
>> <wartawanlingkungan@xxxxxxxxxxxxxxx>
>>
>>                                                  cc:
>>
>>
>>
>> Subject:  [ekonomi-nasional] Deklarasi Menentang
>> Iklan
>>
>> Freedom Institute soal BBM
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> Pengantar
>> Pada hari Sabtu, 27 Februari 2005, telah terbit
>> iklan
>> satu halaman penuh di
>> Harian Kompas dengan judul, "Mengapa kami mendukung
>> pengurangan subsidi BBM?
>> Banyak alasan untuk patut menyatakan penyesalan atas
>> iklan tersebut. Antara
>> lain, dari arahan isinya, dorongannya untuk
>> melahirkan
>> kebijakan publik
>> yang tidak bijak, dan juga karena terdapatnya
>> sekumpulan nama yang selama
>> ini dikenal sebagai tokoh-tokoh bijak, intelektual,
>> dan aktivis berpangaruh
>> luas.
>>
>> Mengiringi rasa penyelasan tersebut, kami
>> mengeluarkan
>> pernyataan tertulis
>> yang dibacakan di Café Venezia, Taman Ismail
>> Marzuki,
>> Sabtu, 27 Februari
>> 2005, pukul 16.30 wib.
>> Berikut adalah pernyataan yang kami bacakan.
>> Terima kasih,
>> Andrinof A. Chaniago
>> email: andrinof@xxxxxxxxx
>> ____________________________
>> PERNYATAAN MENENTANG IKLAN "MENDUKUNG PENGURANGAN
>> SUBSIDI BBM"
>> Kami setuju bahwa pemerataan subsidi adalah
>> kebijakan
>> yang tepat bagi
>> masyarakat Indonesia keseluruhan saat ini. Kami juga
>> setuju bahwa harga
>> yang harus dibayar oleh masyarakat terhadap suatu
>> barang atau jasa privat
>> harus rasional dan bersifat mendorong efisiensi dan
>> produktivitas ekonomi.
>>
>> Namun hendaklah disadari bahwa untuk kondisi
>> masyarakat Indonesia saat ini,
>> kita tidak boleh membuat kebijakan publik yang
>> dibuat
>> berdasarkan
>> perhitungan-perhitungan teknis matematis dan
>> asumsi-asumsi rasional saja.
>> Setiap barang dan jasa yang dikonsumsi secara
>> massal,
>> akan mengandung unsur
>> kepentingan publik baik karena mengkonsumsinya
>> secara
>> langsung maupun
>> karena efek berantai (multiplier dari barang
>> tersebut).
>>
>> Dampak dari kenaikan harga barang publik ataupun
>> barang yang di dalamnya
>> tergantung kepentingan publik, tidak bisa
>> disederhanakan perhitungannya
>> dengan menggunakan metode matematika semata. Dari
>> aspek sosial-ekonomi,
>> kondisi masyarakat Indonesia yang ditandai dengan
>> jumlah penduduk yang
>> sangat besar (lebih dari 220 juta jiwa) dengan
>> pengelompokan sosial-ekonomi
>> yang sangat kompleks ­ sehingga tidak bisa
>> dikelompokkan secara sederhana
>> menjadi tiga kelas sosial saja - , perlu
>> diperhatikan
>> dengan cermat dalam
>> menentukan sasaran-sasaran kebijakan publik.
>> Sedangkan
>> dari aspek politik,
>> pemerintah dan budaya, sudah lama juga terbukti
>> bahwa
>> lembaga pemerintah,
>> aktor-aktor dalam pemerintah dan di luar
>> pemerintahan
>> dan budaya politik
>> yang hidup di dalam birokrasi dan di komunitas
>> bisnis
>> dan politik, tidak
>> pernah siap menjalankan kebijakan-kebijakan publik
>> yang menggunakan
>>
> === message truncated ===
>
>
> =====
> Bacalah artikel tentang Islam di:
> http://www.nizami.org
>
>
>
>
> __________________________________
> Celebrate Yahoo!'s 10th Birthday!
> Yahoo! Netrospective: 100 Moments of the Web
> http://birthday.yahoo.com/netrospective/
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
> 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
> 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: