[list_indonesia] [ppiindia] Quo Vadis Jaringan Islam Liberal

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 9 Mar 2005 22:27:10 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suaramerdeka.com/harian/0503/10/opi4.htm
Kamis, 10 Maret 2005WACANA

Quo Vadis Jaringan Islam Liberal
Oleh: Sumanto Al Qurtuby

JARINGAN Islam Liberal (JIL) , kemarin, 9 Maret 2005, genap berusia 4 tahun. 
Sebuah usia yang relatif belia untuk mengukur sebuah capaian prestasi. 
Memperingati kelahiran ke-4, sejak Februari, mengadakan serangkaian kegiatan 
seperti SWOT, pameran buku, diskusi, pemutaran berbagai film bernuansa 
kritik agama seperti Osama, The Magdalene Sister, Monsieur Ibrahim, The 
Afghan Alphabet, Flying to the Heaven, The Believer dll.

Di antara kegiatan JIL yang sangat penting adalah SWOT akhir Februari lalu 
di Bogor. Dalam pertemuan yang dihadiri para pionir dan mentor JIL ini (saya 
diundang sebagai "peninjau" bersama Fathi Aris Omar, aktivis-intelektual 
dari Malaysia), dibahas beberapa agenda penting mengenai rencana ke depan , 
di samping tentu saja sebagai ajang evaluasi dan kritik internal sejak 
dideklarasikan 4 tahun silam.

Walau belum cukup dewasa sebagai sebuah gerakan, JIL secara bertubi-tubi 
telah mendapatkan kritik dan sorotan amat tajam dari pelbagai pihak. 
Pandangan keagamaan yang liberal, pluralis, humanis dan demokratis yang 
disiarkan lewat berbagai media (seminar, talk show, tulisan dll) kerap 
menimbulkan resistensi dari para tokoh agama. Bukan hanya kelompok 
fundamentalis-radikal saja tetapi juga oleh ulama yang dikenal moderat. Oleh 
mereka, JIL dianggap (dituduh) menciptakan keresahan di tengah masyarakat 
muslim, melakukan kegiatan yang bermuara pada pendangkalan akidah, 
penghinaan agama Islam beserta doktrin keislaman dan semacamnya.

Sudah banyak buku yang ditulis khusus untuk mendiskreditkan JIL seperti 
Bahaya Islam Liberal yang ditulis Hartono Ahmad Jaiz, mantan wartawan, 
Pengaruh Kristen-Orientalis terhadap Islam Liberal (Adnin Armas), Islam 
Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya (Adian Husaini) dan 
lain-lain. Ini belum termasuk berbagai tulisan di media massa.

Tidak hanya agamawan yang mengkritik JIL, para aktivis-intelektual juga 
banyak yang melontarkan kritik tajam pada komunitas yang dikoordinatori Ulil 
Abshar-Abdalla ini. Jika para agamawan mengkritik JIL lebih banyak karena 
faktor "teologis" maka aktivis intelektual mengkritik JIL lebih pada 
platform, visi, misi, dan agenda gerakannya.

Masdar Farid Mas'udi misalnya, mengkritik karena JIL dianggap terlalu banyak 
menekankan pada aspek wacana dan persoalan "remeh-temeh" keislaman lain 
(jilbab, jenggot, cadar dll) ketimbang pada persoalan kebutuhan dasar yang 
dihadapi umat Islam seperti pengangguran, kemiskinan, kebodohan, 
keterbelakangan dan lain-lain.

Atas dasar ini, maka Masdar membentuk Jaringan Islam Emansipatoris yang 
tujuan utamanya mendialogkan Islam dengan problem real yang dihadapi umat.

Ada juga kaum aktivis intelektual seperti Bisri Effendy, Ahmad Baso dan 
"jaringan Islam postra" mengkritik JIL karena dianggap mengabaikan tradisi 
lokal yang begitu melimpah di Indonesia. Menurut mereka, tradisi, kultur dan 
kebudayaan lokal adalah bagian dari local wisdom ("kearifan lokal") yang 
sudah semestinya harus ditempatkan secara proporsional dalam wacana 
keislaman.

Tradisi lokal-termasuk Islam lokal atau agama lokal lain-harus dibela sebab 
banyak kelompok keislaman yang "atas nama pemurnian ajaran Islam" kemudian 
melakukan tindakan pemaksaan teologis kepada mereka. Hal ini bertentangan 
dengan wawasan inklusif dan watak demokratis yang dikembangkan Islam.

Selain dua kelompok di atas, ada lagi para aktivis-intelektual (terutama 
mazhab Jogya dengan LKiS sebagai "sponsor utama" dan dalam hal tertentu 
keislaman yang dikembangkan The Wahid Institute) yang mengkritik JIL karena 
dipandang terlalu "ke-Barat-Barat-an," corong modernisme, mengembangkan 
wawasan sekularisme, kapitalisme global dan lain-lain.

Menurut mereka, wajah Islam yang mestinya ditampilkan adalah "Islam Kiri" 
sebagai kritik atas hegemoni kebudayaan Barat yang mencengkeram di hampir 
semua kawasan Islam bukan malah "berlindung" di balik jubah modernisme 
Barat. Masih banyak lagi kritikan yang dialamatkan ke JIL.

Fenomena ini sekaligus menepis anggapan Prof. Abu Su'ud (SM, 4/3), yang 
menganggap JIL ini sebagai wadah anak muda NU liberal. Harap diketahui, 
mungkin hanya 20% para aktivis JIL yang berlatar belakang NU, selebihnya 
adalah para aktivis-intelektual Islam modernis yang tidak ada hubungannya 
dengan NU. Mereka tergabung dalam "sindikat JIL" karena memiliki wawasan dan 
semangat yang sama untuk membangun peradaban Islam yang gemilang di masa 
depan sekaligus mengikis gerakan fundamentalisme agama yang menyesatkan.

Selain itu, para aktivis-intelektual NU-meskipun berpandangan 
"liberal"-tidak mesti tergabung dalam sindikat JIL, sebab mereka mempunyai 
wadah sendiri seperti Jaringan Islam Emansipatoris (JIE), 
Post-Tradisionalisme, Islam Kiri dan lain-lain.

Dalam beberapa kesempatan, kaum muda NU ini berdebat sengit mengenai agenda 
gerakan keislaman dan corak keislaman yang sesuai dengan semangat zaman dan 
tidak jarang di antara mereka terjadi perbedaan yang sangat tajam.
Dinamika Pemikiran
Sesungguhnya fenomena di atas sangat lumrah dan wajar. Hal itu merupakan 
bagian dari dinamika sejarah pemikiran manusia. Di mana pun dan kapan pun, 
sebuah pemikiran yang "menyimpang" dari mainstream akan selalu mendapatkan 
resistensi dari kelompok lain. Itu tidak hanya terjadi dalam sejarah Islam 
saja tetapi juga dalam sejarah agama-agama dan bahkan sejarah ideologi di 
dunia ini.

Dalam menyikapi berbagai kritik (maupun fatwa sesat ulama/kiai), JIL 
hendaknya tidak reaksioner dan membalas dengan "kekerasan" yang sama 
melainkan melalui diskusi akademik-ilmiah yang sangat demokratis dan 
terbuka. Ini perlu saya tekankan di sini mengingat ada beberapa aktivis JIL 
yang ingin melawan (tepatnya membalas) sikap kasar dan vandalistik yang 
dilakukan para aktivis Islam fundamentalis-radikal terhadap JIL.

Sebagai sebuah arus pemikiran baru, maka sangat wajar jika kehadiran JIL 
menimbulkan banyak kritik. Sepanjang kritik itu masih proporsional, akademik 
dan ilmiah, maka harus disikapi secara positif. Dunia, kata Abdul Karim 
Soroush-seorang intelektual publik terkemuka Iran, seperti sebuah pasar, 
tempat tukar-menukar ide dan gagasan. Dunia adalah "pasar bebas ide" (free 
market ideas) di mana setiap orang boleh bertransaksi dengan bermacam 
pendapat dan pikiran asalkan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah 
melalui metode-metode keilmuan. Haram hukumnya sebuah tindakan pelarangan 
terhadap sebuah pemikiran yang bebas, otonom, independen dan merdeka.

Jika dalam Islam, tuak diharamkan karena dikhawatirkan bisa merusak akal 
sehat dan pikiran manusia, maka perbuatan atau tindakan orang atau kelompok 
keagamaan yang membelenggu sebuah pemikiran jelas lebih diharamkan.

Atas dasar pemikiran ini, maka berbagai faksi pemikiran yang terjadi 
antaraktivis-intelektual (di luar Islam fundamentalis) di atas hendaknya 
jangan sampai mengarah pada kecaman saling memboikot dan menyudutkan satu 
sama lain. Sebagai sebuah NGO pemikiran dan gerakan Islam, masing-masing 
memiliki "keunikan" dan karakteristik sendiri-sendiri. Justru seharusnya 
mereka saling melengkapi untuk membendung laju/arus fundamentalisme Islam 
yang semakin menguat.

Kelompok yang mengkritik JIL hanyalah "NGO wacana" tidak melakukan tindakan 
nyata di masyarakat, tidak menyadari bahwa "tindakan lahir dari sebuah 
pemikiran". Pikiran yang sehat akan melahirkan perbuatan yang sehat dan 
sebaliknya pikiran yang kotor akan melahirkan tindakan jahat.

Fundamentalisme radikal yang melakukan sejumlah tindakan dehuman: teror, 
bom, membunuh, merusak dll pada dasarnya lahir dari pikiran yang tidak 
sehat, yakni menganggap komunitas di luar Islam sebagai kafir dan sesat 
serta menganggap kelompok keislaman di luar mereka sebagai "menyimpang" dan 
"salah jalan". Inilah yang diutamakan JIL: melakukan restorasi pemikiran!

Dari sini diharapkan akan melahirkan suatu pemikiran keislaman yang jernih, 
humanistik, inklusif dan demokratis sehingga akan melahirkan tindakan 
keislaman yang ramah terhadap yang lain, menghargai human rights dan civil 
rights, terbuka terhadap keberagaman dan sebagainya.

Mewaspadai JIL
Satu hal yang harus dicermati oleh para penggiat JIL adalah jangan sampai 
arus atau model pemikiran yang dikembangkan mengarah pada bentuk 
konservatisme baru. Ingatlah sejarah Protestantisme. Awalnya, mazhab agama 
ini bersikap sangat liberal dan kritis terhadap dogma-dogma Katolik. Tetapi 
pada perkembangan selanjutnya, justru di dalam Protestan itulah tumbuh subur 
sekte-sekte keagamaan yang sangat eksklusif, konservatif dan fundamentalis 
(meskipun ada faksi liberal dalam Protestan seperti yang dikembangkan mazhab 
Graduate Theological Union, Berkeley).

Mengapa bisa terjadi? Di samping faktor politik, mereka berpegang kukuh dan 
meyakini akan kebenaran tafsir baru kekristenan mereka.

Ke depan, JIL harus "mewaspadai" fenomena ini. Meskipun mengembangkan model 
atau jenis pemikiran baru keislaman yang berlawanan dengan model kelompok 
fundamentalis, jangan sampai tafsir pemikiran baru itu diyakini. Produk 
pemikiran tetaplah relatif sehingga tidak bisa dimutlakkan. Ketika JIL sudah 
memutlakan sebuah corak pemikiran keislaman yang dikembangkan, maka di 
situlah mulai muncul benih-benih konservatisme dan fundamentalisme sehingga 
harus dilawan.(18)

- Sumanto Al Qurtuby, Direktur Eksekutif The Institute of Cross Religion & 
Humanity (Ilham Institute) Semarang 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Quo Vadis Jaringan Islam Liberal