[list_indonesia] [ppiindia] Preman Ikut Sidang Wakil Rakyat

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 21 Mar 2005 09:47:31 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/21/opini/1632292.htm

 
Preman Ikut Sidang Wakil Rakyat 

Oleh Komaruddin Hidayat

INI adalah bahasa kiasan. Maksudnya, jangan sampai ada preman yang menyusup 
ikut sidang DPR. Jadi, teman- teman anggota DPR jangan tersinggung karena hanya 
kiasan dan harapan, sebagaimana ungkapan anggota DPR yang tertuju pada Jaksa 
Agung, jangan seperti ustaz di kampung maling.

Saya bukan pengamat dan peminat politik yang baik sehingga setiap terjadi 
sidang DPR yang disiarkan oleh televisi tidak mengundang minat untuk 
mengikutinya. Kecuali, kalau terjadi ribut-ribut. Lucu, menyebalkan, 
menyedihkan, mengundang iba, dan perasaan lain bercampur aduk setiap kali 
mendengar berita keributan pada acara persidangan para wakil rakyat itu. Dulu 
rakyat mengeluh terhadap anggota DPR dengan alasan banyak dari mereka yang 
lolos ke Senayan karena hasil kolusi dengan pemerintah pusat. Mereka mengaku 
wakil rakyat, padahal rakyat tidak merasa memilih. Sekarang anggota DPR itu 
merasa benar-benar wakil rakyat karena terpilih melalui pemilu raya yang 
berlangsung secara langsung dan damai. Namun, berdasarkan pengamatan di 
lapangan semasa pemilu, banyak anggota DPR itu terpilih bukan karena kekuatan 
integritas dan intelektualitasnya, melainkan sebagian karena kekuatan uang dan 
dukungan elite partainya.

Jika sinyalemen di atas benar, kita tentu tidak heran bahwa kinerja DPR 
mengecewakan rakyat. Di antara sinisme rakyat terhadap mereka terungkap pada 
sms yang beredar, misalnya, anggota DPR itu main gertak pada pemerintah dengan 
maksud untuk menaikkan gaji, minta bagian uang kompensasi kenaikan harga bahan 
bakar minyak. Ada lagi yang berbunyi: tak ada satu pun pengesahan rancangan 
undang-undang yang gratis. Senayan tak ubahnya kantor penjual jasa konsultasi 
hukum dan politik serta jual beli isu kebijakan publik. Dan masih banyak bunyi 
sms lain yang beredar tanpa kontrol sebagaimana beredarnya uang suap menjelang 
dan setelah pemilu.

Demikianlah, andaikan betul rakyat tidak lagi bersimpati dan tidak percaya pada 
DPR, yang akan merugi adalah kehidupan demokrasi itu sendiri yang pada 
urutannya rakyat juga yang akan kian sengsara. Bayangkan, ketika pemerintahan 
SBY tidak mampu memenuhi janji- janjinya untuk mendatangkan perubahan, 
sementara posisi dan citra DPR kembali ke posisi sebagai anak-anak TK, meminjam 
istilah Gus Dur, maka mekanisme pengawasan dan kontrol tidak akan berjalan. 
Kedua pihak eksekutif dan legislatif sibuk bertengkar di tengah penderitaan 
rakyat yang semakin berat. Dengan demikian, iklim dan agenda demokrasi justru 
dirusak oleh para politikus yang semestinya menjadi penjaga moral dan prinsip 
kehidupan berbangsa dan bernegara, di saat para koruptor tak henti-hentinya 
menggerogoti uang rakyat.

SESUNGGUHNYA menarik untuk dianalisis latar belakang pendidikan seluruh anggota 
DPR se-Indonesia yang data lengkapnya ada di KPU. Meskipun tingkat pendidikan 
tidak menjadi jaminan kualitas intelektual dan moral, peta itu kalau dibuka 
akan semakin menambah keprihatinan kita bahwa banyak anggota DPR yang rasanya 
tidak layak untuk duduk sebagai wakil rakyat. Banyak anggota dewan di tingkat 
provinsi dan kabupaten yang hanya berijazah SLTA, itu pun sekadar ujian 
persamaan yang standarnya masuk kategori "dikasihani". Belum lagi yang 
terindikasikan menggunakan ijazah palsu yang berhasil lolos karena permainan 
uang.

Sekarang sebagian masyarakat sudah telanjur percaya bahwa posisi apa pun di 
negeri ini tidak mungkin diraih tanpa uang. Akibatnya, ketika seseorang 
berhasil menduduki jabatan, salah satu agendanya adalah bagaimana mengembalikan 
modal yang telah dikeluarkan. Semasa duduk sebagai Ketua Panwas Pemilu ada 
beberapa calon anggota DPR yang secara terang-terangan bercerita berapa jumlah 
uang yang telah dikeluarkan untuk membeli tiket pencalonan. Rumah dan mobil 
telah dijual untuk biaya kampanye. Begitu pun posisi di departemen 
pemerintahan, hampir-hampir tak ada jabatan yang gratis. Kalau seorang calon 
tidak punya uang, ada pihak rekanan pemborong proyek yang akan mengatur 
keuangannya dan jika calon sudah berhasil memperoleh posisi baru, giliran 
rekanan tadi yang membuat kalkulasi untuk menagih melalui permainan proyek.

Lagi-lagi jika sinyalemen itu betul, lalu kira-kira pikiran apakah yang paling 
dominan di benak para elite politik negeri ini? Mungkin sekali yang pertama dan 
utama adalah bagaimana mengumpulkan uang untuk dirinya, keluarganya, dan 
konco-konco partai pendukungnya. Tentu saja berpikir dan bertindak atomistis 
dan egoistis seperti ini sangat membahayakan dan merusak harmoni dan soliditas 
bernegara. Keutuhan dan keragaman hidup diurai dan digerogoti secara 
destruktif- atomistik sehingga wajah dan jati diri bangsa menjadi hancur 
berantakan, terbelah menjadi serpihan-serpihan komunitas eksklusif tanpa visi 
keindonesiaan. Masing-masing kelompok mengaku sebagai pejuang Indonesia dan 
memperebutkan simbol serta fasilitas negara, padahal ideologi dan emosi yang 
menggerakkan hanyalah bagaimana memenuhi keinginan kelompok dengan fokus 
tunggal, yaitu materi dan popularitas.

Rasa lelah, marah, dan kecewa rakyat semakin memuncak ketika problem juga 
datang dari luar negeri, sementara pemerintah dan kalangan DPR bertengkar 
melulu. Baik posisi Singapura, Malaysia, maupun Australia semuanya memandang 
enteng dan melecehkan Indonesia. Bahkan, Timor Timur yang miskin saja lebih 
memilih berpisah ketimbang bergabung dengan Indonesia. Andaikan masyarakat Aceh 
dan Papua boleh memilih, jangan- jangan mereka lebih senang berpisah dari 
Indonesia, atau setidaknya minta otonomi khusus. Begitu pun beberapa daerah 
lain yang kekayaan alamnya dikeruk dan diangkut ke pusat, tetapi hasilnya 
dikorup. Jadi, terhadap semua tantangan yang demikian menumpuk dan ketika 
rakyat tidak lagi bangga terhadap bangsa dan pemerintahannya, terobosan apa 
yang akan dilakukan pihak pemerintah bersama para wakil rakyat?

Jangan sampai predikat "wakil rakyat yang terhormat" menjadi ungkapan kosong 
dan sinisme. Demokrasi dan pemerintahan yang sehat tidak mungkin tumbuh tanpa 
partai politik dan wakil rakyat yang wibawa dan disegani rakyat. Jangan sampai 
ada preman yang menyusup ke ruang sidang DPR. (Maaf, ini harapan dan kata 
kiasan yang dipinjam dari Senayan juga). Jika terdapat seorang anggota DPR yang 
bermental dan berperilaku preman, paling tidak delapan pihak merasa dirugikan. 
Pertama, para pemilih anggota legislatif yang jumlahnya sekitar 400.000 orang 
untuk nilai satu kursi. Kedua, harkat, citra, dan martabat lembaga dewan 
perwakilan rakyat menjadi ternodai. Ketiga, pemborosan uang negara untuk 
menggaji orang yang tidak pantas menerimanya. Keempat, membuat malu partai 
politik yang diwakilinya. Kelima, mengacau dan memboroskan energi persidangan 
yang telah menelan biaya uang, waktu, dan tenaga, tetapi tidak membuahkan 
hasil. Keenam, merugikan anggota dewan lain yang baik dan bermutu sehing
 ga kredibilitasnya ikut menurun di mata masyarakat. Ketujuh, pribadi yang 
bersangkutan akan terkena label di mata teman dan keluarganya sebagai orang 
yang tidak pantas mengemban tugas yang demikian terhormat. Kedelapan, proses 
demokrasi tersendat-sendat akibat daya kritik DPR terhadap kebijakan pemerintah 
menjadi tumpul karena wibawanya menurun.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka sangat diperlukan adanya mekanisme sangsi 
dan amputasi fungsional terhadap wakil rakyat yang akan merusak citra dan 
kinerja DPR agar lembaga yang terhormat ini memang diisi oleh mereka yang 
benar-benar terhormat. Bagi mereka yang lolos jadi anggota dewan setelah 
mengeluarkan uang ratusan juta, lupakan saja dan anggap sebagai dana sosial. 
Janganlah lembaga dewan dijadikan lahan bisnis politik. Kata wakil dalam bahasa 
aslinya (Arab) berarti tempat bersandar dan representasi. Jadi, anggota dewan 
itu semestinya memang menjadi tempat bersandar dan tempat pengaduan rakyat, 
merepresentasikan kondisi rakyat yang sesungguhnya. Namun, yang sekarang 
terjadi, sebagian bukannya menjadi tempat bersandar rakyat pemilih yang tengah 
sengsara, melainkan sibuk dengan agenda pribadi dan konco-konconya. Adapun kata 
"pemerintah" sejak awal sudah mengandung kejanggalan karena berkonotasi tukang 
perintah. Padahal fungsi pemerintah adalah memimpin (to lead), mengat
 ur (to manage) dan melayani (to serve). Secara geneologis, negara dan 
pemerintah adalah anak kandung masyarakat. Namun, dalam perjalanannya negara 
dan pemerintah cenderung lupa diri dan malah berbalik menindas dan 
memperdayakan ibu kandungnya. Dalam bahasa agama hal itu merupakan kedurhakaan 
yang amat besar yang tidak akan membawa berkah bagi dirinya.

Komaruddin Hidayat Direktur Program Pascasarjana UIN Jakarta, Ketua Dewan 
Pengarah Perkumpulan untuk Demokrasi dan Pemilu (Perludem)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Preman Ikut Sidang Wakil Rakyat