** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=7482 Pilihannya Perang By redaksi Jumat, 04-Maret-2005, 08:32:4584 clicks Konflik lawan Malaysia di Perbatasan Klaim tumpang tindih antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang terjadi di kawasan Laut Sulawesi sudah mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemarin, Mantan Menkopolkam ini secara mendadak memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto. JAKARTA - Tiga kepala staf angkatan lainnya juga ikut dipanggil. Mereka adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Slamet Soebijanto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Djoko Suyanto. Tak hanya itu, Presiden juga memanggil Menhub Hatta Radjasa dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Sedangkan, Presiden didampingi oleh Seskab Sudi Silalahi. Sekitar satu jam, mulai pukul 15.00, para pimpinan TNI itu bertemu dengan presiden SBY di kantor Presiden. Seusai pertemuan, Panglima TNI mengakui kalau pemanggilan itu terkait dengan wilayah terluar RI yang juga diklaim oleh Malaysia. Panglima menegaskan kalau Karang Unarang merupakan wilayah terluar RI. Dasarnya, Indonesia berpatok pada pada hukum internasional. Dimana dalam hukum internasional tidak memberikan hak kepada Malaysia untuk menguasai daerah tersebut. Sebab, Malaysia bukan negara kepulauan untuk mengklaim lebih dari 12 mil dari garis pantanya. ''Kita berpegang seperti itu (hukum internasional)," tegas Panglima kepada wartawan. Soal keberadaan empat kapal perang yang dikirim ke perairan Sulawesi itu memang diakuinya untuk kepentingan menjaga kedaulatan wilayah RI. Ditaya apakah itu perintah Presiden SBY, Tarto tidak menjawabnya secara tegas. Dia hanya mengatakan kalau pengiriman empat kapal perang disana merupakan tugas rutin TNI untuk mengamankan kedaulatan wilayah negara. ''Sama dengan kita melakukan patroli-patroli di seluruh wilayah nusantara. Perairan yang kita miliki, pengiriman ke sana itu merupakan bagian dari bagaimana TNI menjaga wilayah kedaulatannya," tegas Panglima. Apa komentar Presiden soal masalah perbatasan tersebut? Panglima mengungkapkan kalau Presiden mengharapkan agar klaim tumpang tindih wilayah dengan Malaysia tersebut bisa diselesaikan dengan baik. wilayah maritim dengan negeri Jiran, terutama di wilayah perairan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Malaysia sudah mengklaim perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan sejak tahun 1979. Saat itu, Malaysia membuat peta yang memasukkan perairan tersebut ke dalam wilayah negaranya. Peta itu langsung diprotes oleh Indonesia. Protes sudah dilayangkan beberapa kali. Klaim tumpang tindih antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang terjadi di kawasan Laut Sulawesi sudah mendapat perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemarin, mantan Menkopolkam ini secara mendadak memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Tiga kepala staf angkatan lainnya juga ikut dipanggil. Mereka adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya Slamet Soebijanto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Djoko Suyanto. Tak hanya itu, Presiden juga memanggil Menhub Hatta Radjasa dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Sedangkan, Presiden didampingi oleh Seskab Sudi Silalahi. Sekitar satu jam, mulai pukul 15.00, para pimpinan TNI itu bertemu dengan presiden SBY di kantor Presiden. Seusai pertemuan, Panglima TNI mengakui kalau pemanggilan itu terkait dengan wilayah terluar RI yang juga diklaim oleh Malaysia. Panglima menegaskan kalau Karang Unarang merupakan wilayah terluar RI. Dasarnya, Indonesia berpatok pada pada hukum internasional. Dimana dalam hukum internasional tidak memberikan hak kepada Malaysia untuk menguasai daerah tersebut. Sebab, Malaysia bukan negara kepulauan untuk mengklaim lebih dari 12 mil dari garis pantainya. ''Kita berpegang seperti itu (hukum internasional)," tegas Panglima kepada wartawan. Soal keberadaan empat kapal perang yang dikirim ke perairan Sulawesi itu memang diakuinya untuk kepentingan menjaga kedaulatan wilayah RI. Ditanya apakah itu perintah Presiden SBY, Tarto tidak menjawabnya secara tegas. Dia hanya mengatakan kalau pengiriman empat kapal perang disana merupakan tugas rutin TNI untuk mengamankan kedaulatan wilayah negara. ''Sama dengan kita melakukan patroli-patroli di seluruh wilayah nusantara. Perairan yang kita miliki, pengiriman ke sana itu merupakan bagian dari bagaimana TNI menjaga wilayah kedaulatannya," tegas Panglima. Apa komentar Presiden soal masalah perbatasan tersebut? Panglima mengungkapkan kalau Presiden mengharapkan agar klaim tumpang tindih wilayah dengan Malaysia tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Ditanya kemungkinan konfrontasi terbuka dengan Malaysia, Tarto mengatakan kalau Indonesia akan berusaha menggunakan dilpomasi yang ada sehingga bisa dihindari. "Tapi, kewajiban TNI tetap melakukan keamanan wilayah. Itu tetap, tapi presiden tadi memutuskan bagaimana caranya mencari solusi ini agar bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa ada akibat yang merugikan kedua negara," papar jenderal bintang empat ini. Sayangnya, dia belum bisa mengungkapkan solusi yang akand itempuh Indonesia. Dia hanya mengatakan kalau pemerintah akan menugaskan Menlu Hasan Wirayuda untuk melakukan diplomasi. Sebelumnya, Tarto mengungkapkan kalau dirinya pernah melakukan komunikasid engan Menteri Pertahanan dan Penglima Tentara Malaysia soal perbatasan di Laut Sulawesi tersebut. Bahkan, dalam pembicaraan itu, sudah dicapai sebuah kesepakatan meskipun secara lisan bukan tertulis. ''Sejak dulu sudah saya sampaikan ke pihak Malaysia, baik ke menteri pertahanannya maupun kepada panglima tentara Malayaianya. Setiap kehdiran kapal perang Malaysia dan Indonesia di wilayah yang tumpang tindih itu hendaknya saling menginformasikan. Sehingga tidak menjadi konflik yang terbuka," ungkapnya. Karena itu, yang akan dilakukannya sekarang adalah menimplementasikan kesepakatan lisan itu di lapangan. Ditanya apakah sudah ada respon dari Malaysia atas penembahan jumlah kapal perang di perairan Sulawesi itu, Tarto mengungkapkan kalau pihaknya tidak membutuhkan respon Malaysia soal itu. ''Kita memang tidak mengharapkan respon dari mereka," katanya. Menurut Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Presiden telah meminta Panglima tetap melaksanakan tugas pertahanan dengan tidak melakukan hal-hal yang ekstrem. ''Panglima TNI diminta tetap melakukan tugas sesuai prosedur tetap pertahanan wilayah," tegasnya. Malaysia Minta Diplomasi Menlu Malaysia Syed Hamid Albar meminta Indonesia menggunakan saluran diplomatik ketimbang ancaman militer dalam penyelesaian masalah tersebut. Keinginan yang sama juga disampaikan oleh Panglima TNI Endriartono Sutarto. "Menurut saya, tidak perlu mengirim kapal perang, jika ada masalah, mereka bisa menggunakan saluran diplomatik. Selama ini Malaysia dan Indonesia memiliki hubungan yang dekat. Karena itu tidak ada yang tidak bisa kita bicarakan," ujarnya. "Kami hanya menjalankan hak kami dengan memberikan ijin tersebut. Saya harap masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang masuk akal tanpa harus emosional," lanjutnya. "Selama saluran diplomatik kita belum terputus, ini tidak akan mengancam atau mempengaruhi hubungan antara Malaysia dan Indonesia," jawabnya ketika ditanya apakah sikap Indonesia ini bisa mengganggu hubungan bilateral mereka. Ia mengatakan pihak departemen akan membalas nota protes Indonesia secepatnya. Malaysia tidak berencana mengirimkan armada apapun kesana namun mereka berusaha mencari solusi damai untuk melindungi perdamaian dan keamanan nasionalnya. Sjafrie: Murni Patroli Rutin Sementara itu, pihak TNI masih menutupi adanya kegiatan unjuk kekuatan di Laut Sulawesi untuk menghadapi manuver pasukan Malaysia meskipun Menteri PertahananJuwono Sudarsono sudah mengakui hal itu hari Rabu lalu di DPR. "Menhan boleh-boleh saja menyatakan bahwa keberadaan kapal perang TNI AL di Laut Sulawesi sebagai kegiatan gelar kekuatan atau unjuk kekuatan. Tapi, kenyataannya, itu hanya bagian dari tugas pokok TNI AL yakni patroli keamanan laut yang rutin digelar sepanjang tahun," tegas Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AL Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf kepada koran ini, kemarin. Menurut Malik, KSAL Laksamana Madya (Laksdya) Slamet Soebijanto sendiri belum ada rencana untuk melakukan pemantauan langsung ke sana. Pernyataan lebih tegas dilontarkan Kepala Pusat Penerangan(Kapuspen) Mabes TNI Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin. Sjafrie mengatakan, keberadaan kapal-kapal perang TNI AL di Laut Sulawesi tidak ada kaitannya dengan sengketa wilayah perairan, apalagi protes Deplu atas pemberian konsesi minyak yang dilakukan Malaysia. Mantan Pangdam Jaya itu juga membantah kabar yang menyebutkan bahwa saat ini komando pengerahan sejumlah KRI di perairan perbatasan dengan Malaysia sudah langsung berada di bawah Panglima TNI Jendral Endriartono Sutarto saking seriusnya persoalan ini. Panglima TNI, kata dia, tidak akan langsung mengambil alih masalah-masalah bersifat taktis seperti pengerahan armada rutin. Sjafrie menjelaskan, bila pengerahan lima armada KRI di Laut Sulawesi dipersiapkan untuk konflik terbuka dengan armada Tentara Laut Diraja Malaysia, maka instruksinya pasti datang langsung dari Presiden. "Jadi, tidak ada situasi darurat dan tidak ada ketegangan operasional antara militer Indonesia dengan militer Malaysia di sana. Semua murni bersifat patroli rutin," terangnya. (jpnn) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **