** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/22/utama/1633636.htm Penduduk Miskin di Papua Capai 80 Persen Jayapura, Kompas - Jumlah penduduk miskin di sejumlah provinsi diperkirakan meningkat sejalan dengan melonjaknya harga pelbagai kebutuhan dan tarif transportasi. Kemiskinan itu makin terasa karena pendapatan penduduk umumnya tidak meningkat--kalaupun ada peningkatan hal itu tidak signifikan. Menurut data yang diperoleh di Papua, Senin (21/3), jumlah penduduk miskin di pulau yang amat kaya sumber daya alam itu 80,07 persen atau sekitar 1,5 juta jiwa dari 1,9 juta penduduk Papua (data tahun 2001). Angka ini tidak berubah karena sejak diberlakukannya Undang-Udnang (UU) Otonomi Khusus sejak akhir 2001-Maret 2005, sejumlah daerah belum memberi kontribusi bagi pemberantasan sejumlah kategori kemiskinan. Angka kemiskinan di Papua diperkirakan akan meningkat dengan kenaikan harga BBM. Provinsi lain yang juga kaya sumber daya alam seperti Kalimantan Timur (Kaltim) menghadapi masalah berat dari tingginya angka warga miskin. Di Kaltim jumlah penduduk miskin mencapai 12 persen (328.000 orang dari 2,7 juta jiwa). Di Provinsi Lampung, menuruk data Badan Pusat Statistik Lampung, 1,5 juta jiwa penduduk tergolong miskin. Hal itu 22,63 persen dari keseluruhan penduduk Lampung yang berjumlah 6,85 juta jiwa. Di Provinsi Riau, yang juga kaya minyak bumi, penduduk miskin mencapai 22,19 persen dari total 4,54 juta penduduk. Di Sumatera Selatan (Sumsel) yang juga kaya minyak, 20,92 persen penduduknya miskin. Penduduk Sumsel mencapai 6,593 juta jiwa, sedangkan penduduk miskin mencapai 1,379 juta jiwa. Kepala Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Papua Juwarno MM di ruang kerjanya di Jayapura, Senin, mengatakan, data terakhir mengenai keluarga prasejahtera dan sejahtera satu di Papua, dalam empat tahun terakhir ini tidak lagi dikirim dari BKKBN Kabupaten/Kota. "Data terakhir tahun 2001 yang dihimpun dari seluruh kabupaten/kota, termasuk provinsi Irian Jaya Barat sekarang, jumlah keluarga miskin 80,07 persen dari total penduduk Papua 1,9 juta jiwa. Data jumlah penduduk memang berbeda-beda dari setiap instansi di Papua. Perbedaan itu berdasarkan laporan dari setiap instansi kabupaten/kota se-Papua ke provinsi. Kalau dari Badan Pusat Statistik Papua jumlah penduduk Papua tahun 2001 sebanyak 2,6 juta jiwa. Tetapi kami pakai 1,9 juta jiwa," kata Juwarno. Kategori penduduk miskin sama dengan keluarga prasejahtera dan sejahtera satu. Kategori keluarga prasejahtera dan sejahtera satu antara lain tidak mampu pergi ke puskesmas, rumah lantai tanah langsung dengan dinding papan/tripleks/kayu, makan satu hari hanya 1-2 kali, menu makan tiap hari hanya singkong, tidak mampu pergi ibadah secara rutin, tidak menikmati fasilitas air bersih, listrik, telepon, dan tidak mampu membeli pakaian baru dalam 2-5 bulan, anak-anak hanya mampu dibiayai sampai di tingkat SD atau tidak sekolah, dan seterusnya. Menurut Juwarno, jika satu dari sekian kriteria keluarga prasejahtera dan sejahtera satu itu tidak terpenuhi, sudah termasuk keluarga atau penduduk miskin. Di Papua hampir semua penduduk miskin dari sisi papan, dan perumahan. Semua rumah tidak memiliki lantai semen, tetapi langsung tanah. Kondisi kehidupan masyarakat Papua tahun 2000/2001 tidak jauh berbeda dengan kehidupan tahun 2004/2005. Meskipun sejak tahun 2001 Papua telah memiliki UU Otonomi Khusus dengan sasaran meningkatkan kesejahteraan masyarakat asli dari prasejahtera dan sejahtera satu menjadi keluarga sejahtera atau sejahtera II. Hasil survei dari Institute for Civil Strengthening (ICS) Papua menyebutkan, dari delapan kabupaten yang diteliti dalam kaitan dengan dampak dari UU Otonomi Khusus akhir tahun 2004 semua kabupaten menyebutkan, tidak ada pengaruh sama sekali. Otonomi Khusus itu hanya demi kepentingan pejabat daerah, DPRD, dan instansi lain yang terkait dengan hal itu. Secara keseluruhan, kondisi kehidupan masyarakat pedalaman sangat memprihatinkan. Mereka hanya makan sekali sehari, bekerja hari ini untuk dapat makan hari ini, esok mereka cari lagi di hutan. Tinggal tidak menetap tetapi sebagian dari mereka masih berpindah-pindah tempat sesuai dengan penghasilan di hutan. Sanitasi dan kesehatan secara keseluruhan sangat rendah. Pendidikan anak-anak pun tidak berlangsung secara rutin dan sebagian besar putus sekolah di tingkat SD. Hidup makin susah Di Lampung warga miskin tersebar di delapan kabupaten dan dua kota yang ada di Lampung. Jumlah warga miskin paling banyak terdapat di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur. Mereka dikategorikan miskin karena penghasilannya kurang dari Rp 111.092 per orang per bulan. Menurut perhitungan Dinas Tenaga Kerja Lampung, kebutuhan hidup minimal di provinsi dengan pendapatan asli daerah Rp 332 miliar itu adalah Rp 403.925 per orang per bulan. Sebagian warga Lampung yang merasa semakin berat menjalani hidup akibat kenaikan harga BBM, di antaranya adalah para pedagang kecil di Bandar Lampung. "Sebelum harga bensin naik, dengan modal Rp 50.000 saya bisa dapat penghasilan kotor Rp 180.000 sehari. Sekarang uang Rp 80.000 hanya cukup untuk belanja bahan-bahan. Pendapatan yang saya peroleh justru kurang dari itu," kata Rogi, penjual soto ayam yang sedang mangkal di SD Negeri 02 Tanjung Karang. Padahal untuk menyiasati kenaikan harga barang, kata ayah dua anak itu, dia sudah berupaya menekan ongkos bahan-bahan. Ia mengakui para pembeli mengeluhkan rasa sotonya tidak seperti dulu lagi karena kurang bumbu. "Terpaksa dikurangi. Harga bumbu-bumbu itu lumayan naiknya, terutama cabai merah," ujarnya. Porsi potongan ayam di dalam racikan sotonya, yang Rp 3.000 per mangkok, ia kurangi. Sebagai gantinya mi soun dan taoge diperbanyak. Hal serupa dialami Ayung, penjual siomay keliling. Sejak harga BBM naik ia terpaksa menghapus menu siomay pare dari daftar jualannya. "Gara-gara BBM, pare pun tidak kebeli," ucapnya. Menurut Ayung, dari satu kilogram pare seharga Rp 3.000, bisa diperoleh 12 potong pare yang dijual Rp 250 per potong. "Masalahnya kalau enggak habis, pare itu tidak bisa disimpan buat jualan besoknya, gampang hancur," kata Ayung. (KOR/DOT/RAY/NEL/MUL) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **