[list_indonesia] [ppiindia] Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 17 Mar 2005 22:46:04 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/18/utama/1628558.htm
Jumat, 18 Maret 2005 

Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban 

Lewoleba, Kompas - Ancaman dan bahaya kelaparan terang benderang, mudah dilihat 
dan dikenali, di desa-desa di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Banyak warga 
gelisah dan risau akan ketiadaan makanan hari ini atau esok. Bahkan jika 
masalah itu tidak ditangani secepatnya, hal-hal buruk sulit terhindarkan pada 
musim puncak kemarau September-November nanti.

Kegalauan dan kegelisahan warga itu terekam di beberapa desa di Lembata, Nusa 
Tenggara Timur (NTT), hingga Kamis (17/3). Desa-desa itu, antara lain, adalah 
Merdeka di Kecamatan Lebatukan serta Desa Nubatukan, Muruona, Tagawiti di 
Kecamatan Ile Ape. Desa-desa yang dalam kondisi kelaparan seluruhnya ada 22 
desa.

Selama ini setiap tahun, desa- desa tersebut menjadi langganan kesulitan 
pangan. Daerah sekitar agak sulit menyalurkan bantuan karena faktor 
transportasi dan buruknya infrastruktur. Menurut catatan, pendapatan per kapita 
desa-desa di sana hanya 180 dollar AS per tahun.

Warga, yang umumnya petani ladang, mengharapkan bantuan pangan dikucurkan 
secara lancar karena mereka tidak ingin bertahan dalam kondisi serba darurat, 
yakni makan buah bakau dan kacang hutan. Bantuan pangan berupa beras hingga 
Kamis sangat terbatas, hanya lima ton.

Pasangan suami istri Alex Lewar dan Paulina Pude, warga Merdeka, mengatakan, 
dampak kekeringan tahun ini sungguh- sungguh menyengsarakan petani. Satu hektar 
areal jagung dan kacangnya yang sedang bertumbuh pada Januari lalu telah mati 
kekeringan dan dia tidak punya bahan pangan alternatif.

Tidak ada pisang, ubi, dan padi di lahannya. Ketika benih jagung dan kacang 
hijau ditanam awal Desember, mereka masih memiliki stok makanan berupa 100 
bulir jagung dan lima kilogram kacang hijau untuk bertahan hingga panen jagung 
muda antara medio Januari hingga akhir Februari.

"Jagung dan kacang stok tahun lalu itu telah habis dimakan. Berharap bisa makan 
jagung muda menjelang pertengahan hingga akhir Februari. Ternyata harapan itu 
sia-sia sebab jagung dan kacang mati sebelum berbunga pada pekan pertama 
Januari. Esok kami mau makan apa," kata Alex.

Keluarga Alex dan petani lain di Desa Merdeka, demikian juga warga di Desa 
Baopana dan Lamatuka, mengalami gagal panen. Mereka kini terpaksa mengonsumsi 
makanan langka yang jarang dimakan, yakni kacang hutan, termasuk biji balam 
yang dalam bahasa setempat disebut weo.

Makanan lain
Lebih buruk lagi yang dialami oleh warga di desa-desa pantai di Ile Ape, 
seperti Muruona, Laranwutun, Jontona, Kolontobo, Dulitukan, Palilolon, 
Tagawiti, dan Watodiri. Yosep Leben, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tagawiti, 
serta Anton Kidi Ama, warga Desa Muruona menunjukkan kegalauan dan kerisauan 
mereka.

"Anda tahu, jagung dan kacang-kacang sudah mati kekeringan. Tidak ada makanan 
lain. Karena lapar, sekarang mesti mencari jagung dan kacang-kacangan ke 
gunung, ke luar desa, dan ke kota Lewoleba. Mustahil juga, kami tidak punya 
uang," kata Anton Kidi Ama, yang juga tokoh masyarakat di Muruona.

Areal jagung dan kacang hijau milik mereka telah kering, dan tidak ada sumber 
pangan lain. Tidak ada keterampilan lain yang mereka miliki, kecuali bertani 
ladang. Pisang, ubi, dan padi bukanlah tanaman pangan yang bisa toleran di 22 
desa di Ile Ape. Komoditas utama di sini adalah jagung dan kacang.

Para petani ini tidak punya persediaan pangan di rumahnya. "Kami bingung, mau 
makan apa selama Maret 2005- Februari 2006, apalagi untuk puncak kemarau 
September- November. Belum lagi benih untuk awal musim tanam (MT) 2005/2006 
Desember nanti," kata Anton.

Anton, Yosep, Alex, dan para petani lain berharap pemerintah mengambil langkah 
strategis untuk menyelamatkan keluarga tani. Intervensi program harus dilakukan 
hingga awal musim tanam, baik dalam hal proyek padat karya pangan, kegiatan 
lainnya, serta penyediaan benih bagi petani.

Koordinator Tim Pemantau Kekeringan di Ile Ape yang juga Kepala Dinas Perikanan 
Lembata Desidorus Dosi menjelaskan, saat ini 50 persen dari luas lahan pangan 
di Ile Ape telah puso. Sisanya, 50 persen, terancam mati dan dipastikan akan 
mati atau gagal panen jika kemarau terus bergulir.

Penanganan lamban
Meski ancaman kelaparan begitu nyata, program bantuan dinilai warga sangat 
lamban. Hingga Kamis kemarin, pemerintah kabupaten (pemkab) baru mengirimkan 
lima ton beras ke lima desa di Ile Ape. Padahal, saat ini dampak kekeringan dan 
ancaman kelaparan telah meluas ke 60 desa.

Jika semula hanya ada 31 desa yang terancam kelaparan, data dari Dinas Tanaman 
Pangan dan Hortikultura Lembata kemarin menyebutkan, kekeringan telah meluas ke 
60 desa, meliputi 2.769 keluarga tani.

"Kami lapar, bantuan lamban, apa tunggu kami mati. Apa kami terus dibiarkan 
makan kacang hutan saja," kata Perpetua Sili (52), warga Merdeka.

Anggota Komisi C DPRD Lembata MY Vian Kopong Burin membenarkan keterangan para 
petani. Katanya, jika pemerintah tidak melakukan program penanganan, seperti 
padat karya pangan, secepatnya, warga akan kesulitan. Padat karya pangan juga 
sebaiknya berjalan hingga awal MT 2005/2006.

Itu artinya, menurut Vian, pemerintah harus menyetok beras secukupnya untuk 
mengantisipasi puncak kemarau September-November 2005. Selain itu, pemerintah 
harus meluncurkan program pendampingan berupa dukungan dana untuk penciptaan 
usaha-usaha produktif.

Misalnya, membuka kios atau berdagang, usaha budidaya rumput laut, dan 
beternak. Dia mengambil contoh, masyarakat di 22 desa di Ile Ape semuanya 
adalah masyarakat pesisir. Meski demikian, mereka tidak bisa melaut, kecuali 
dapat dibina untuk menanam rumput laut.

Juru bicara Pemkab Lembata Karolus Kia Burin menjelaskan, bantuan bukannya 
lamban, tetapi pemkab sedang mendata kegiatan dalam proyek padat karya nanti. 
Hal ini karena tidak semua desa memiliki karakter kegiatan sama.

Ia mengatakan, pemkab telah menyediakan program-program penanggulangan. Soal 
adanya masalah kekurangan pangan yang diperkirakan menyulitkan warga hingga 
puncak kemarau nanti memang sudah diperkirakan oleh pemkab.

Namun, hingga kemarin Pemkab Lembata hanya memiliki stok beras 35 ton karena 
lima ton telah disalurkan ke lima desa di Ile Ape.

Menurut Karolus, jumlah itu terbatas, apalagi kalau dihadapkan dengan problem 
defisit pangan di tahun 2005 ini sebesar 2.218,63 ton setara beras.

Menurut Karolus, setiap tahun selalu ada pembelian 100 ton beras untuk stok 
sepanjang tahun, termasuk stok untuk tahun berikutnya. Untuk tahun anggaran 
2005, pemkab mengajukan pengadaan beras 75 ton, tetapi baru disetujui untuk 
pembelian 20 ton melalui voting di DPRD.

Bisa diprogramkan
Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana NTT yang juga Wakil Gubernur NTT 
Frans Leburaya mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT dipastikan siap membantu 
penanganan kekeringan di Lembata. Stok beras di provinsi saat ini cukup untuk 
menyangga tiga sampai empat bulan ke depan.

Proyek padat karya bisa diprogramkan tidak saja untuk masa tanggap darurat, 
tetapi dapat bergulir hingga awal MT 2005/2006. Program-program produktif 
lainnya bisa juga diarahkan ke desa-desa atau daerah yang dilanda kekeringan 
dan gagal panen. (CAL)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban