** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/18/utama/1628558.htm Jumat, 18 Maret 2005 Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban Lewoleba, Kompas - Ancaman dan bahaya kelaparan terang benderang, mudah dilihat dan dikenali, di desa-desa di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Banyak warga gelisah dan risau akan ketiadaan makanan hari ini atau esok. Bahkan jika masalah itu tidak ditangani secepatnya, hal-hal buruk sulit terhindarkan pada musim puncak kemarau September-November nanti. Kegalauan dan kegelisahan warga itu terekam di beberapa desa di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Kamis (17/3). Desa-desa itu, antara lain, adalah Merdeka di Kecamatan Lebatukan serta Desa Nubatukan, Muruona, Tagawiti di Kecamatan Ile Ape. Desa-desa yang dalam kondisi kelaparan seluruhnya ada 22 desa. Selama ini setiap tahun, desa- desa tersebut menjadi langganan kesulitan pangan. Daerah sekitar agak sulit menyalurkan bantuan karena faktor transportasi dan buruknya infrastruktur. Menurut catatan, pendapatan per kapita desa-desa di sana hanya 180 dollar AS per tahun. Warga, yang umumnya petani ladang, mengharapkan bantuan pangan dikucurkan secara lancar karena mereka tidak ingin bertahan dalam kondisi serba darurat, yakni makan buah bakau dan kacang hutan. Bantuan pangan berupa beras hingga Kamis sangat terbatas, hanya lima ton. Pasangan suami istri Alex Lewar dan Paulina Pude, warga Merdeka, mengatakan, dampak kekeringan tahun ini sungguh- sungguh menyengsarakan petani. Satu hektar areal jagung dan kacangnya yang sedang bertumbuh pada Januari lalu telah mati kekeringan dan dia tidak punya bahan pangan alternatif. Tidak ada pisang, ubi, dan padi di lahannya. Ketika benih jagung dan kacang hijau ditanam awal Desember, mereka masih memiliki stok makanan berupa 100 bulir jagung dan lima kilogram kacang hijau untuk bertahan hingga panen jagung muda antara medio Januari hingga akhir Februari. "Jagung dan kacang stok tahun lalu itu telah habis dimakan. Berharap bisa makan jagung muda menjelang pertengahan hingga akhir Februari. Ternyata harapan itu sia-sia sebab jagung dan kacang mati sebelum berbunga pada pekan pertama Januari. Esok kami mau makan apa," kata Alex. Keluarga Alex dan petani lain di Desa Merdeka, demikian juga warga di Desa Baopana dan Lamatuka, mengalami gagal panen. Mereka kini terpaksa mengonsumsi makanan langka yang jarang dimakan, yakni kacang hutan, termasuk biji balam yang dalam bahasa setempat disebut weo. Makanan lain Lebih buruk lagi yang dialami oleh warga di desa-desa pantai di Ile Ape, seperti Muruona, Laranwutun, Jontona, Kolontobo, Dulitukan, Palilolon, Tagawiti, dan Watodiri. Yosep Leben, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tagawiti, serta Anton Kidi Ama, warga Desa Muruona menunjukkan kegalauan dan kerisauan mereka. "Anda tahu, jagung dan kacang-kacang sudah mati kekeringan. Tidak ada makanan lain. Karena lapar, sekarang mesti mencari jagung dan kacang-kacangan ke gunung, ke luar desa, dan ke kota Lewoleba. Mustahil juga, kami tidak punya uang," kata Anton Kidi Ama, yang juga tokoh masyarakat di Muruona. Areal jagung dan kacang hijau milik mereka telah kering, dan tidak ada sumber pangan lain. Tidak ada keterampilan lain yang mereka miliki, kecuali bertani ladang. Pisang, ubi, dan padi bukanlah tanaman pangan yang bisa toleran di 22 desa di Ile Ape. Komoditas utama di sini adalah jagung dan kacang. Para petani ini tidak punya persediaan pangan di rumahnya. "Kami bingung, mau makan apa selama Maret 2005- Februari 2006, apalagi untuk puncak kemarau September- November. Belum lagi benih untuk awal musim tanam (MT) 2005/2006 Desember nanti," kata Anton. Anton, Yosep, Alex, dan para petani lain berharap pemerintah mengambil langkah strategis untuk menyelamatkan keluarga tani. Intervensi program harus dilakukan hingga awal musim tanam, baik dalam hal proyek padat karya pangan, kegiatan lainnya, serta penyediaan benih bagi petani. Koordinator Tim Pemantau Kekeringan di Ile Ape yang juga Kepala Dinas Perikanan Lembata Desidorus Dosi menjelaskan, saat ini 50 persen dari luas lahan pangan di Ile Ape telah puso. Sisanya, 50 persen, terancam mati dan dipastikan akan mati atau gagal panen jika kemarau terus bergulir. Penanganan lamban Meski ancaman kelaparan begitu nyata, program bantuan dinilai warga sangat lamban. Hingga Kamis kemarin, pemerintah kabupaten (pemkab) baru mengirimkan lima ton beras ke lima desa di Ile Ape. Padahal, saat ini dampak kekeringan dan ancaman kelaparan telah meluas ke 60 desa. Jika semula hanya ada 31 desa yang terancam kelaparan, data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lembata kemarin menyebutkan, kekeringan telah meluas ke 60 desa, meliputi 2.769 keluarga tani. "Kami lapar, bantuan lamban, apa tunggu kami mati. Apa kami terus dibiarkan makan kacang hutan saja," kata Perpetua Sili (52), warga Merdeka. Anggota Komisi C DPRD Lembata MY Vian Kopong Burin membenarkan keterangan para petani. Katanya, jika pemerintah tidak melakukan program penanganan, seperti padat karya pangan, secepatnya, warga akan kesulitan. Padat karya pangan juga sebaiknya berjalan hingga awal MT 2005/2006. Itu artinya, menurut Vian, pemerintah harus menyetok beras secukupnya untuk mengantisipasi puncak kemarau September-November 2005. Selain itu, pemerintah harus meluncurkan program pendampingan berupa dukungan dana untuk penciptaan usaha-usaha produktif. Misalnya, membuka kios atau berdagang, usaha budidaya rumput laut, dan beternak. Dia mengambil contoh, masyarakat di 22 desa di Ile Ape semuanya adalah masyarakat pesisir. Meski demikian, mereka tidak bisa melaut, kecuali dapat dibina untuk menanam rumput laut. Juru bicara Pemkab Lembata Karolus Kia Burin menjelaskan, bantuan bukannya lamban, tetapi pemkab sedang mendata kegiatan dalam proyek padat karya nanti. Hal ini karena tidak semua desa memiliki karakter kegiatan sama. Ia mengatakan, pemkab telah menyediakan program-program penanggulangan. Soal adanya masalah kekurangan pangan yang diperkirakan menyulitkan warga hingga puncak kemarau nanti memang sudah diperkirakan oleh pemkab. Namun, hingga kemarin Pemkab Lembata hanya memiliki stok beras 35 ton karena lima ton telah disalurkan ke lima desa di Ile Ape. Menurut Karolus, jumlah itu terbatas, apalagi kalau dihadapkan dengan problem defisit pangan di tahun 2005 ini sebesar 2.218,63 ton setara beras. Menurut Karolus, setiap tahun selalu ada pembelian 100 ton beras untuk stok sepanjang tahun, termasuk stok untuk tahun berikutnya. Untuk tahun anggaran 2005, pemkab mengajukan pengadaan beras 75 ton, tetapi baru disetujui untuk pembelian 20 ton melalui voting di DPRD. Bisa diprogramkan Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana NTT yang juga Wakil Gubernur NTT Frans Leburaya mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT dipastikan siap membantu penanganan kekeringan di Lembata. Stok beras di provinsi saat ini cukup untuk menyangga tiga sampai empat bulan ke depan. Proyek padat karya bisa diprogramkan tidak saja untuk masa tanggap darurat, tetapi dapat bergulir hingga awal MT 2005/2006. Program-program produktif lainnya bisa juga diarahkan ke desa-desa atau daerah yang dilanda kekeringan dan gagal panen. (CAL) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **