[list_indonesia] [ppiindia] Anggaran untuk Kenaikan Gaji Anggota DPR Dulu? Re: Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx, lisi <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx>, sabili <sabili@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 17 Mar 2005 18:05:06 -0800 (PST)

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Kemungkinan, dana kompensasi BBM harus dialihkan dulu
untuk kenaikan gaji 550 anggota DPR, dari Rp 25
juta/bulan jadi Rp 40 juta per bulan.

Gaji anggota DPR yang Rp 25 juta/bulan dianggap tidak
cukup. Tapi penghasilan rakyat yang cuma Rp 144 ribu
per bulan dianggap sudah cukup. Rakyat harus berhemat
dan sabar dalam kenaikan harga BBM ini.


--- Ambon <sea@xxxxxxxxxx> wrote:

>
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/18/utama/1628558.htm
> Jumat, 18 Maret 2005 
> 
> Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban 
> 
> Lewoleba, Kompas - Ancaman dan bahaya kelaparan
> terang benderang, mudah dilihat dan dikenali, di
> desa-desa di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Banyak
> warga gelisah dan risau akan ketiadaan makanan hari
> ini atau esok. Bahkan jika masalah itu tidak
> ditangani secepatnya, hal-hal buruk sulit
> terhindarkan pada musim puncak kemarau
> September-November nanti.
> 
> Kegalauan dan kegelisahan warga itu terekam di
> beberapa desa di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT),
> hingga Kamis (17/3). Desa-desa itu, antara lain,
> adalah Merdeka di Kecamatan Lebatukan serta Desa
> Nubatukan, Muruona, Tagawiti di Kecamatan Ile Ape.
> Desa-desa yang dalam kondisi kelaparan seluruhnya
> ada 22 desa.
> 
> Selama ini setiap tahun, desa- desa tersebut menjadi
> langganan kesulitan pangan. Daerah sekitar agak
> sulit menyalurkan bantuan karena faktor transportasi
> dan buruknya infrastruktur. Menurut catatan,
> pendapatan per kapita desa-desa di sana hanya 180
> dollar AS per tahun.
> 
> Warga, yang umumnya petani ladang, mengharapkan
> bantuan pangan dikucurkan secara lancar karena
> mereka tidak ingin bertahan dalam kondisi serba
> darurat, yakni makan buah bakau dan kacang hutan.
> Bantuan pangan berupa beras hingga Kamis sangat
> terbatas, hanya lima ton.
> 
> Pasangan suami istri Alex Lewar dan Paulina Pude,
> warga Merdeka, mengatakan, dampak kekeringan tahun
> ini sungguh- sungguh menyengsarakan petani. Satu
> hektar areal jagung dan kacangnya yang sedang
> bertumbuh pada Januari lalu telah mati kekeringan
> dan dia tidak punya bahan pangan alternatif.
> 
> Tidak ada pisang, ubi, dan padi di lahannya. Ketika
> benih jagung dan kacang hijau ditanam awal Desember,
> mereka masih memiliki stok makanan berupa 100 bulir
> jagung dan lima kilogram kacang hijau untuk bertahan
> hingga panen jagung muda antara medio Januari hingga
> akhir Februari.
> 
> "Jagung dan kacang stok tahun lalu itu telah habis
> dimakan. Berharap bisa makan jagung muda menjelang
> pertengahan hingga akhir Februari. Ternyata harapan
> itu sia-sia sebab jagung dan kacang mati sebelum
> berbunga pada pekan pertama Januari. Esok kami mau
> makan apa," kata Alex.
> 
> Keluarga Alex dan petani lain di Desa Merdeka,
> demikian juga warga di Desa Baopana dan Lamatuka,
> mengalami gagal panen. Mereka kini terpaksa
> mengonsumsi makanan langka yang jarang dimakan,
> yakni kacang hutan, termasuk biji balam yang dalam
> bahasa setempat disebut weo.
> 
> Makanan lain
> Lebih buruk lagi yang dialami oleh warga di
> desa-desa pantai di Ile Ape, seperti Muruona,
> Laranwutun, Jontona, Kolontobo, Dulitukan,
> Palilolon, Tagawiti, dan Watodiri. Yosep Leben,
> Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tagawiti, serta
> Anton Kidi Ama, warga Desa Muruona menunjukkan
> kegalauan dan kerisauan mereka.
> 
> "Anda tahu, jagung dan kacang-kacang sudah mati
> kekeringan. Tidak ada makanan lain. Karena lapar,
> sekarang mesti mencari jagung dan kacang-kacangan ke
> gunung, ke luar desa, dan ke kota Lewoleba. Mustahil
> juga, kami tidak punya uang," kata Anton Kidi Ama,
> yang juga tokoh masyarakat di Muruona.
> 
> Areal jagung dan kacang hijau milik mereka telah
> kering, dan tidak ada sumber pangan lain. Tidak ada
> keterampilan lain yang mereka miliki, kecuali
> bertani ladang. Pisang, ubi, dan padi bukanlah
> tanaman pangan yang bisa toleran di 22 desa di Ile
> Ape. Komoditas utama di sini adalah jagung dan
> kacang.
> 
> Para petani ini tidak punya persediaan pangan di
> rumahnya. "Kami bingung, mau makan apa selama Maret
> 2005- Februari 2006, apalagi untuk puncak kemarau
> September- November. Belum lagi benih untuk awal
> musim tanam (MT) 2005/2006 Desember nanti," kata
> Anton.
> 
> Anton, Yosep, Alex, dan para petani lain berharap
> pemerintah mengambil langkah strategis untuk
> menyelamatkan keluarga tani. Intervensi program
> harus dilakukan hingga awal musim tanam, baik dalam
> hal proyek padat karya pangan, kegiatan lainnya,
> serta penyediaan benih bagi petani.
> 
> Koordinator Tim Pemantau Kekeringan di Ile Ape yang
> juga Kepala Dinas Perikanan Lembata Desidorus Dosi
> menjelaskan, saat ini 50 persen dari luas lahan
> pangan di Ile Ape telah puso. Sisanya, 50 persen,
> terancam mati dan dipastikan akan mati atau gagal
> panen jika kemarau terus bergulir.
> 
> Penanganan lamban
> Meski ancaman kelaparan begitu nyata, program
> bantuan dinilai warga sangat lamban. Hingga Kamis
> kemarin, pemerintah kabupaten (pemkab) baru
> mengirimkan lima ton beras ke lima desa di Ile Ape.
> Padahal, saat ini dampak kekeringan dan ancaman
> kelaparan telah meluas ke 60 desa.
> 
> Jika semula hanya ada 31 desa yang terancam
> kelaparan, data dari Dinas Tanaman Pangan dan
> Hortikultura Lembata kemarin menyebutkan, kekeringan
> telah meluas ke 60 desa, meliputi 2.769 keluarga
> tani.
> 
> "Kami lapar, bantuan lamban, apa tunggu kami mati.
> Apa kami terus dibiarkan makan kacang hutan saja,"
> kata Perpetua Sili (52), warga Merdeka.
> 
> Anggota Komisi C DPRD Lembata MY Vian Kopong Burin
> membenarkan keterangan para petani. Katanya, jika
> pemerintah tidak melakukan program penanganan,
> seperti padat karya pangan, secepatnya, warga akan
> kesulitan. Padat karya pangan juga sebaiknya
> berjalan hingga awal MT 2005/2006.
> 
> Itu artinya, menurut Vian, pemerintah harus menyetok
> beras secukupnya untuk mengantisipasi puncak kemarau
> September-November 2005. Selain itu, pemerintah
> harus meluncurkan program pendampingan berupa
> dukungan dana untuk penciptaan usaha-usaha
> produktif.
> 
> Misalnya, membuka kios atau berdagang, usaha
> budidaya rumput laut, dan beternak. Dia mengambil
> contoh, masyarakat di 22 desa di Ile Ape semuanya
> adalah masyarakat pesisir. Meski demikian, mereka
> tidak bisa melaut, kecuali dapat dibina untuk
> menanam rumput laut.
> 
> Juru bicara Pemkab Lembata Karolus Kia Burin
> menjelaskan, bantuan bukannya lamban, tetapi pemkab
> sedang mendata kegiatan dalam proyek padat karya
> nanti. Hal ini karena tidak semua desa memiliki
> karakter kegiatan sama.
> 
> Ia mengatakan, pemkab telah menyediakan
> program-program penanggulangan. Soal adanya masalah
> kekurangan pangan yang diperkirakan menyulitkan
> warga hingga puncak kemarau nanti memang sudah
> diperkirakan oleh pemkab.
> 
> Namun, hingga kemarin Pemkab Lembata hanya memiliki
> stok beras 35 ton karena lima ton telah disalurkan
> ke lima desa di Ile Ape.
> 
> Menurut Karolus, jumlah itu terbatas, apalagi kalau
> dihadapkan dengan problem defisit pangan di tahun
> 2005 ini sebesar 2.218,63 ton setara beras.
> 
> Menurut Karolus, setiap tahun selalu ada pembelian
> 100 ton beras untuk stok sepanjang tahun, termasuk
> stok untuk tahun berikutnya. Untuk tahun anggaran
> 2005, pemkab mengajukan pengadaan beras 75 ton,
> tetapi baru disetujui untuk pembelian 20 ton melalui
> voting di DPRD.
> 
> Bisa diprogramkan
> Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana NTT
> yang juga Wakil Gubernur NTT Frans Leburaya
> mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT dipastikan siap
> membantu penanganan kekeringan di Lembata. Stok
> beras di provinsi saat ini cukup untuk menyangga
> tiga sampai empat bulan ke depan.
> 
> Proyek padat karya bisa diprogramkan tidak saja
> untuk masa tanggap darurat, tetapi dapat bergulir
> hingga awal MT 2005/2006. Program-program produktif
> lainnya bisa juga diarahkan ke desa-desa atau daerah
> yang dilanda kekeringan dan gagal panen. (CAL)
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.nizami.org


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Anggaran untuk Kenaikan Gaji Anggota DPR Dulu? Re: Penanganan Kelaparan di Lembata Lamban