** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/14/opini/1614793.htm Senin, 14 Maret 2005 Merekonstruksi Keadaban Baru Indonesia Oleh M Kristiyanto BAGAIMANA merekonstruksi keadaban baru Indonesia? Siapa yang harus merekonstruksi keadaban itu? Dua pertanyaan itu harus segera kita jawab. Kita tidak membutuhkan lagi bukti atau diskusi berbelit-belit guna menegaskan bahwa keadaban bangsa telah hancur. Setiap hari, media massa menyuguhkan aneka tragedi hancurnya keadaban manusia. Kini saatnya kita merekonstruksi keadaban bangsa Indonesia seturut sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Banyak pihak berpikir dan berusaha merekonstruksi keadaban baru bangsa Indonesia. Para pakar politik dan politikus berusaha merekonstruksi keadaban baru di bidang politik dengan reformasi politik. Sayang, reformasi "setengah hati" itu justru melahirkan kultur politik baru, yaitu kultur politik kekerasan. Dunia politik kita terus diwarnai berbagai kericuhan politik dan gontok-gontokan fisik. Deklarasi Gerakan Pembaharuan PDI-P Jawa Timur juga berakhir dengan kericuhan fisik. (Kompas, 27/2/2005). PEMERINTAH dan para pakar ekonomi menggarap sektor ekonomi. Mereka berusaha meningkatkan taraf ekonomi rakyat. Presiden baru-baru ini mencanangkan penanggulangan kemiskinan melalui Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMK) demi peningkatan ekonomi rakyat kecil. (Kompas, 27/2/2005). Namun, usaha ini tetap dibayang-bayangi korupsi. Kenyataannya, selama ini sumbangan untuk pembangunan ekonomi rakyat kecil tak pernah sampai ke alamat karena dikorupsi. Para pejuang keadilan menempuh jalan penegakan hukum. Jerih lelah mereka juga belum menghasilkan buah berarti. Setiap hari masih terjadi pelanggaran hukum secara terang-terangan dan para penegak hukum tak bisa berbuat apa-apa. Mafia pengadilan tak pernah terbongkar tuntas. Bahkan tidak sedikit pejuang keadilan menjadi korban teror, tekanan, dan kekerasan. Almarhum Munir salah satu contohnya. Sampai detik ini kasus Munir pun belum ada titik terang! Para pakar pendidikan tanpa henti menyuarakan pentingnya prioritas anggaran belanja bagi pendidikan. Namun, pemerintah tidak menanggapi serius. Di lain pihak pemerintah terlalu campur tangan dalam dunia pendidikan. Keputusan Mendiknas tentang Ujian Nasional menjadi pertanda tak akan ada pembaruan bidang pendidikan (Kompas, 25/1/2005). Pendidikan menjadi "ajang bisnis" dan belum menjanjikan tenaga-tenaga andal. Masyarakat kita masih "mabuk gelar". Tidak mengherankan bila segala cara dihalalkan untuk meraihnya. Kita menghadapi krisis multidimensional. Jika krisis itu tidak digarap, peradaban bangsa kita akan kian hancur. Federico Ruiz, seorang teolog spiritualitas Spanyol, menyebutkan tiga penyebab krisis peradaban manusia. Pertama, globalitas (globalità), yaitu kompleksitas dari berbagai elemen dalam suatu situasi atau keadaan. Kedua, radikalitas (radicalitá), yaitu karakter ekstrem dari aneka kelompok masyarakat. Ketiga, kecepatan (rapiditá), yaitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Federico Ruiz, 1999) Di hadapan kita terbentang globalitas budaya, tata nilai, gaya politik, cara hidup, agama, dan sebagainya. Di satu pihak ada kelompok-kelompok masyarakat yang hanyut dalam globalitas itu. Mereka lebih suka ikut arus karena bebas memilih apa yang disukai. Akibatnya, identitas dirinya menjadi tidak jelas. Keadaban mereka ambigu. Di lain pihak sekelompok orang mengambil sikap radikal. Mereka lebih suka menutup diri terhadap globalitas dan bertahan pada "keyakinan" dan cara hidup secara ketat. Muncullah kelompok-kelompok radikal di berbagai tempat. Di Indonesia jurang antara kedua kelompok itu tampaknya kian lebar. Tambahan lagi, kita tidak bisa membendung kecepatan (rapidità) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Didukung kecepatan teknologi informasi, globalitas membanjiri kita. Kecepatan kian memperparah keadaban saat orang tidak punya "filter" yang kuat. KRISIS keadaban yang kita hadapi sebenarnya krisis gaya hidup. Kita mau ikut arus zaman atau sebaliknya. Banyak orang bingung menentukan pilihan. Yang paling mudah adalah ikut arus. Muncullah keadaban baru yang ambigu. Di satu pihak ada kelompok ikut arus, tak punya spiritualitas, di lain pihak kelompok ekstrem yang menganggap perubahan sebagai kemunduran spiritualitas. Bagaimana merekonstruksi keadaban baru? Darren E Sherkat dalam Religious Socialization: Sources of Influence and Influences of Agency menyatakan, keluarga adalah agen perubahan keadaban yang efektif. (Michele Dillon ed. 2003) Dalam keluarga "dicetak" kepribadian seseorang. Keluarga menjadi tempat orang belajar tata krama dan sopan santun. Dalam keluarga mentalitas seseorang dibentuk, prinsip dan nilai-nilai kehidupan ditanamkan. Keluarga menjadi tempat belajar "berpolitik" di mana dihadirkan suasana saling menghargai dan mendengarkan, belajar berdiskusi dan berbeda pendapat secara sehat. Keluarga juga menjadi tempat orang belajar dan mengalami cinta, perhatian, toleransi, dan kesediaan untuk berbagi. Keluarga menjadi agen utama rekonstruksi keadaban. Keadaban seseorang diwarnai keadaban keluarganya. Keadaban publik adalah kompleksitas keadaban dari keluarga. Kini saatnya kita menyumbangkan peran masing-masing dengan cara membentuk keadaban bagi keluarga masing-masing. Jika keluarga-keluarga berantakan, jangan mengharapkan generasi baru yang mempunyai keadaban lebih baik. Dengan kata lain, rekonstruksi keadaban baru bangsa Indonesia adalah tanggung jawab dan tugas bersama. Rekonstruksi keadaban bangsa adalah rekonstruksi keadaban diri dan tiap keluarga. Keadaban bangsa ibarat pelangi yang banyak warna. Tugas kita, menyumbangkan salah satu warna indah. M Kristiyanto Rohaniwan, Sedang mendalami Teologi Spiritualitas di Universitas Pontificio Instituto di Spiritualità Teresianum, Roma ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **