[list_indonesia] [ppiindia] Merekonstruksi Keadaban Baru Indonesia

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 13 Mar 2005 23:49:55 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/14/opini/1614793.htm
Senin, 14 Maret 2005

Merekonstruksi Keadaban Baru Indonesia
Oleh M Kristiyanto


BAGAIMANA merekonstruksi keadaban baru Indonesia? Siapa yang harus 
merekonstruksi keadaban itu? Dua pertanyaan itu harus segera kita jawab. 
Kita tidak membutuhkan lagi bukti atau diskusi berbelit-belit guna 
menegaskan bahwa keadaban bangsa telah hancur.

Setiap hari, media massa menyuguhkan aneka tragedi hancurnya keadaban 
manusia. Kini saatnya kita merekonstruksi keadaban bangsa Indonesia seturut 
sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

Banyak pihak berpikir dan berusaha merekonstruksi keadaban baru bangsa 
Indonesia. Para pakar politik dan politikus berusaha merekonstruksi keadaban 
baru di bidang politik dengan reformasi politik. Sayang, reformasi "setengah 
hati" itu justru melahirkan kultur politik baru, yaitu kultur politik 
kekerasan. Dunia politik kita terus diwarnai berbagai kericuhan politik dan 
gontok-gontokan fisik. Deklarasi Gerakan Pembaharuan PDI-P Jawa Timur juga 
berakhir dengan kericuhan fisik. (Kompas, 27/2/2005).

PEMERINTAH dan para pakar ekonomi menggarap sektor ekonomi. Mereka berusaha 
meningkatkan taraf ekonomi rakyat. Presiden baru-baru ini mencanangkan 
penanggulangan kemiskinan melalui Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan 
Menengah (UMK) demi peningkatan ekonomi rakyat kecil. (Kompas, 27/2/2005). 
Namun, usaha ini tetap dibayang-bayangi korupsi. Kenyataannya, selama ini 
sumbangan untuk pembangunan ekonomi rakyat kecil tak pernah sampai ke alamat 
karena dikorupsi.

Para pejuang keadilan menempuh jalan penegakan hukum. Jerih lelah mereka 
juga belum menghasilkan buah berarti. Setiap hari masih terjadi pelanggaran 
hukum secara terang-terangan dan para penegak hukum tak bisa berbuat 
apa-apa. Mafia pengadilan tak pernah terbongkar tuntas. Bahkan tidak sedikit 
pejuang keadilan menjadi korban teror, tekanan, dan kekerasan. Almarhum 
Munir salah satu contohnya. Sampai detik ini kasus Munir pun belum ada titik 
terang!

Para pakar pendidikan tanpa henti menyuarakan pentingnya prioritas anggaran 
belanja bagi pendidikan. Namun, pemerintah tidak menanggapi serius. Di lain 
pihak pemerintah terlalu campur tangan dalam dunia pendidikan. Keputusan 
Mendiknas tentang Ujian Nasional menjadi pertanda tak akan ada pembaruan 
bidang pendidikan (Kompas, 25/1/2005). Pendidikan menjadi "ajang bisnis" dan 
belum menjanjikan tenaga-tenaga andal. Masyarakat kita masih "mabuk gelar". 
Tidak mengherankan bila segala cara dihalalkan untuk meraihnya.

Kita menghadapi krisis multidimensional. Jika krisis itu tidak digarap, 
peradaban bangsa kita akan kian hancur. Federico Ruiz, seorang teolog 
spiritualitas Spanyol, menyebutkan tiga penyebab krisis peradaban manusia. 
Pertama, globalitas (globalità), yaitu kompleksitas dari berbagai elemen 
dalam suatu situasi atau keadaan. Kedua, radikalitas (radicalitá), yaitu 
karakter ekstrem dari aneka kelompok masyarakat. Ketiga, kecepatan 
(rapiditá), yaitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 
(Federico Ruiz, 1999)

Di hadapan kita terbentang globalitas budaya, tata nilai, gaya politik, cara 
hidup, agama, dan sebagainya. Di satu pihak ada kelompok-kelompok masyarakat 
yang hanyut dalam globalitas itu. Mereka lebih suka ikut arus karena bebas 
memilih apa yang disukai. Akibatnya, identitas dirinya menjadi tidak jelas. 
Keadaban mereka ambigu.

Di lain pihak sekelompok orang mengambil sikap radikal. Mereka lebih suka 
menutup diri terhadap globalitas dan bertahan pada "keyakinan" dan cara 
hidup secara ketat. Muncullah kelompok-kelompok radikal di berbagai tempat.

Di Indonesia jurang antara kedua kelompok itu tampaknya kian lebar. Tambahan 
lagi, kita tidak bisa membendung kecepatan (rapidità) perkembangan ilmu 
pengetahuan dan teknologi. Didukung kecepatan teknologi informasi, 
globalitas membanjiri kita. Kecepatan kian memperparah keadaban saat orang 
tidak punya "filter" yang kuat.

KRISIS keadaban yang kita hadapi sebenarnya krisis gaya hidup. Kita mau ikut 
arus zaman atau sebaliknya. Banyak orang bingung menentukan pilihan. Yang 
paling mudah adalah ikut arus. Muncullah keadaban baru yang ambigu. Di satu 
pihak ada kelompok ikut arus, tak punya spiritualitas, di lain pihak 
kelompok ekstrem yang menganggap perubahan sebagai kemunduran spiritualitas.

Bagaimana merekonstruksi keadaban baru? Darren E Sherkat dalam Religious 
Socialization: Sources of Influence and Influences of Agency menyatakan, 
keluarga adalah agen perubahan keadaban yang efektif. (Michele Dillon ed. 
2003)

Dalam keluarga "dicetak" kepribadian seseorang. Keluarga menjadi tempat 
orang belajar tata krama dan sopan santun. Dalam keluarga mentalitas 
seseorang dibentuk, prinsip dan nilai-nilai kehidupan ditanamkan. Keluarga 
menjadi tempat belajar "berpolitik" di mana dihadirkan suasana saling 
menghargai dan mendengarkan, belajar berdiskusi dan berbeda pendapat secara 
sehat. Keluarga juga menjadi tempat orang belajar dan mengalami cinta, 
perhatian, toleransi, dan kesediaan untuk berbagi. Keluarga menjadi agen 
utama rekonstruksi keadaban.

Keadaban seseorang diwarnai keadaban keluarganya. Keadaban publik adalah 
kompleksitas keadaban dari keluarga. Kini saatnya kita menyumbangkan peran 
masing-masing dengan cara membentuk keadaban bagi keluarga masing-masing. 
Jika keluarga-keluarga berantakan, jangan mengharapkan generasi baru yang 
mempunyai keadaban lebih baik.

Dengan kata lain, rekonstruksi keadaban baru bangsa Indonesia adalah 
tanggung jawab dan tugas bersama. Rekonstruksi keadaban bangsa adalah 
rekonstruksi keadaban diri dan tiap keluarga. Keadaban bangsa ibarat pelangi 
yang banyak warna. Tugas kita, menyumbangkan salah satu warna indah.

M Kristiyanto Rohaniwan, Sedang mendalami Teologi Spiritualitas di 
Universitas Pontificio Instituto di Spiritualità Teresianum, Roma



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Merekonstruksi Keadaban Baru Indonesia